First Meet

181K 1.3K 73
                                    

Baskara Aksa Mahendra, 20 November 1946

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Baskara Aksa Mahendra, 20 November 1946

Seorang wanita berparas cantik menghampiri tumpukan batu yang ukurannya sekepal tangan, di tengah bukit. Ia terlihat membawa setangkai bunga mawar putih, mawar putih yang melambangkan ketulusan. Dengan tetesan air yang deras terjun bebas membanjiri pipinya. Mata hitamnya yang cantik dan pekat itu terlihat berbinar seperti mengisyaratkan cerita masa lalu yang ia lewati bersama orang itu berakhir tragis.

"Nona kala, jangan berlari! Nona jangan pakai celana terus, cobalah memakai rok!" teriak perempuan yang mengenakan kebaya putih khas bali dan dilengkapi dengan kramen di bawahnya.

Brukk

"Maaf nona saya tidak sengaja! Mari saya bantu!" Ujar seorang pria yang mengenakan setelan jas berwarna biru dongker dengan kemeja putih didalamnya dan dilengkapi dengan dester. Pria itu mengulurkan tangannya untuk memberi bantuan kepada nona tersebut.

"Siapa?" tanya Nona Kala.

"Saya?"

"Memang ada orang lagi, yang berbicara sama saya selain kamu?" jawab Nona Kala sambil berdiri memegang erat tangan kolonel tersebut.

"Ya nggak -" belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Nona Kala memperhatikannya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Hmmm, ada yang janggal"  batinnya. Tersadar akan hal itu Niskala kembali membuka mulutnya dan menanyakan satu hal.

"Kamu orang belanda tapi fasih berbahasa Indonesia? Sebenarnya siapa kamu?"

"Biarkan saya memperkenalkan diri saya lagi secara lengkap, nona." jawab kolonel tersebut

Hazel eyes milik kolonel itu menatap tajam mata hitam pekat milik Nona Kala, selama ini belum ada orang asing yang menatap tajam mata Niskala karena dirinya adalah seorang cucu bangsawan.

Kakeknya dikenal sebagai kolonel terkuat pada masanya. Dahulu saat sang kakek menjadi kolonel, Ia memimpin perang Bali 1 yang terjadi pada periode 7 Mei 1848-1850. Walaupun hasilnya tidak sesuai sama dengan apa yang direncanakan tetapi kakeknya Niskala di juluki dengan kolonel terkuat. Hasil dari perang Bali 1, Belanda menguasai seluruh wilayah Bali setelah rakyat Bali kalah melawan Belanda. Kekalahannya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, karena menggunakan senjata tradisional dan juga karena sifat perlawanannya kedaerahan.

Tidak hanya hal itu yang membuat semua orang di desa itu menyegani Niskala. Faktor lainnya mengarah kepada ayah Nona Kala yang menjabat sebagai Senapati Balimbunuti.

Senapati sendiri merupakan pemimpin tentara, akan tetapi kedudukan senapati pada jaman Bali kuno dapat dibandingkan dengan punggawa pada jaman kerajaan Gelgel dan Klungkung yang juga bertugas memutuskan perkara.

"Saya kolonel belanda yang bertugas didaerah ini, nama saya Baskara Aksa Mahendra tetapi nona bisa memanggil saya aksa. Saya orang belanda tetapi fasih bahasa Indonesia karena sewaktu saya kecil, saya tinggal di pulau Jawa dan pindah saat remaja ke Belanda untuk menjalankan wajib militer. Ibu saya pribumi dan ayah saya orang belanda. Saat ini Ibu saya tinggal di desa sebelah." lanjut Kolonel itu memperkenalkan dirinya.

Belum sempat Nona Kala membalas perkenalannya itu, sang kolonel membuka suara lagi.

"Bagaimana dengan nona? Tidak berminat memperkenalkan diri?" tanya kolonel itu sambil mengajukan tangannya untuk mengajak bersalaman.

"Saya Tjokorda Renjana Niskala Klandestin, bisa panggil saya Niskala atau Kala. Kau bilang, Ibumu tinggal di desa sebelah? Lalu kemana ayahmu?" Tanya Niskala dengan tangan yang masih menggantung di sebelah kiri tangan Kolonel Aksa.

Mendengar nama Tjokorda, Kolonel Aksa teringat akan kejadian 12 tahun lalu dimana sang ayah wafat karena ulah seseorang yang bermarga Tjokorda.

Tradisi penamaan di kalangan merupakan suatu budaya yang unik, karena berkaitan dengan jenis kelamin, urutan kelahiran, atau status kebangsawanan. Ada beberapa kasta dari yang tertinggi hingga terendah, Kasta Brahmana, Kasta Kesatria, Kasta Waisya, dan Kasta Sudra. Tjokorda sendiri termasuk kasta atas dibali, yaitu Kasta Kesatria. 

"Ayah saya sudah wafat nona, karena sesuatu hal." jawab Kolonel Aksa sambil mengangkat kedua matanya yang tidak begitu tinggi.

"Maafkan saya karena sudah lancang untuk menanyakan hal tersebut!"

"Tidak apa-apa nona! Lagi pula kejadian itu sudah 12 tahun yang lalu."

Kedua mata mereka bertemu satu sama lain seakan menandakan rahasia besar yang disimpan oleh keduanya.


Kalau ada salah atau typo atau kata-katanya kurang berkenan, monggo komen saja😙
-istrinyachanyeol

Kolonel Aksa & Puputan MargaranaWhere stories live. Discover now