〘12-pain〙

229 44 4
                                    

Sahutan dari seseorang itu membuat Airys membelalakkan matanya terkejut. Sedangkan Pansy dan Daphne, mereka tersenyum merasa menang.

Airys menatapnya kecewa, sedangkan pemuda itu hanya menatapnya datar. Lalu Airys berlari dengan sengaja menyenggol bahu pemuda itu.

Mengapa pemuda itu mengatakan hal itu padanya? Apakah ia sudah tidak menganggapnya teman lagi? Ah, sepertinya iya. Sejak gadis itu disortir masuk ke asrama yang menjadi musuh asrama pemuda itu.

Dari beberapa banyaknya lelaki Slytherin. Kenapa harus dia yang mengatakan hal menyakitkan itu padanya?

Jika yang mengatakannya Malfoy, Crabbe, atau Goyle. Ia masih bisa menerimanya, karena sudah biasa mereka memperlakukannya seperti Parkinson lakukan padanya tadi.

Atau tidak, orang yang tidak ia kenal, namun hanya tau namanya saja, seperti Pucey, Flint, atau yang lain. Tak apa, karena Airys tak mengenal mereka.

Namun, sekali lagi kenapa harus lelaki itu? Ia ingin marah. Namun, tak bisa berkata. Ingin berteriak. Namun, tak bisa mengeluarkan suara.

Airys menatap lelaki itu sinis. Lalu berlari menjauh dari mereka. Mengabaikan teriakan Parkinson yang masih memakinya dibelakang.

Langkah Airys membawanya menuju Danau Hitam. Ia duduk dibawah sebuah pohon didekat danau. Menundukkan kepalanya, kemudian melipat tangan dan menyembunyikan kepalanya diantara kedua tangannya.

Menangis tanpa suara. Ia benci menjadi lemah. Namun, air matanya seolah tidak ingin diajak bekerja sama. Terus mengalir walau sudah dicegah olehnya berkali-kali.

Airys membuka lipatan tangannya. Memandang sendu kearah danau. Sudah cukup lelaki itu mendiamkannya selama ini. Kenapa harus menambahnya lagi dengan kata-kata menyakitkannya seperti tadi?

Sejujurnya, ini baru pertama kali ia mendengar ucapan menyakitkan dari lelaki itu. Dulu, sewaktu mereka masih bersama. Tidak pernah sekalipun Airys mendapatkan perlakuan kasar darinya. Malahan, lelaki itu selalu menatapnya dengan hangat dan menjaganya dengan baik.

_____

"Hei, Airys, Kemarilah!" suruh seorang anak lelaki, yang berada di tepi danau.

"Ada apa?" tanya Airys, berjalan mendekat padanya.

"Lihat, ikan-ikan ini!" anak lelaki itu mengangkat seikat ikan ditangannya.

"Kau yang menangkapnya?" Airys kecil berdecak kagum.

"Iya, lah!" sombong anak lelaki itu.

"Wah! Hebat sekalii!" teriak Airys seraya bertepuk tangan heboh. Anak lelaki itu terkekeh geli melihatnya.

"Mau makan ikan ini bersamaku?"

"Of course!!"
_____

Ingatan masa kecilnya dengan lelaki itu kembali terlintas dibenaknya. Lihatlah, betapa bahagianya mereka dulu.

Namun, sekarang seakan semua kenangan itu hanyalah angin lalu. Airys tidak menyangka akan seperti ini hidupnya sekarang.

"Hei, kau?"

Airys tersentak, lantas menghapus sisa-sisa air matanya. Menoleh kearah sumber suara. Mengerutkan keningnya mendapati Oliver berada disini. Namun, kemudian sedikit menyunggingkan senyum ketika pemuda itu duduk disampingnya.

"Ah, kukira siapa. Ternyata kau," ucapnya. "Apa ada masalah? Kulihat kau selalu sendiri."

"Euh? Tak apa. Hanya... ingin saja."

"Ah iya, aku juga baru pertama kali melihat kau disini," lanjut Airys.

"Em? Oh itu, tadi aku sedang berjalan-jalan. Bosan juga di kastil," ucap pemuda itu.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Mar 27, 2021 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

AirysOù les histoires vivent. Découvrez maintenant