Sebuah Kejutan

81 5 0
                                    

Tidak terasa, kini Liliyana telah sampai di kota Bandung, tepatnya di Ciwidey. Sebuah daerah yang sangat indah dan bahkan orang-orang sering menyebutnya surga tersembunyi di selatan kota Bandung. Dengan udara yang dingin dan sejuk, membuat Liliyana merasa nyaman dan betah karena tempatnya cocok untuk menghilangkan rasa penat dan rasa lelah yang melanda

"Rumahnya nyaman juga ya, Pak. Hawanya juga terasa sejuk," ucap Liyan sembari melirik ke arah rumah yang akan ditempatinya itu.

"Betul, Nona. Apalagi rumah ini, salah satu rumah favoritnya Tuan Hanif. Saya sering mengantarkan beliau kesini, jika sedang ada tugas ke area Ciwidey," kata Pak Jajang sembari memarkirkan mobilnya.

"Oh, begitu. Tapi sepertinya saya juga betah tinggal di sini, Pak. Apalagi kalau dipagi hari, pasti gak bakalan mau bangun, maunya tiduran saja hehehe," kata Liyan terkekeh-kekeh.

"Benar, Non. Bapak juga begitu, hehehe! Suasananya sangat mendukung soalnya," kata Pak Jajang sembari memarkirkan mobilnya.

Setelah Pak Jajang memarkirkan mobilnya, Liliyana pun segera turun dari mobil dan mulai melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah. Rumah itu terlihat sangat menarik dan elegan. Sebab, sudah direnovasi kembali oleh para buruh yang sudah diperintahkan oleh Pak Hanif, agar Liliyana semakin nyaman tinggal di rumah itu.

Di dalam rumah itu juga sudah disediakan beberapa asisten rumah tangga, tukang kebun, dan termasuk Pak Jajang yang selalu setia sebagai sopir pribadinya Liyan.

Ketika Liyan sudah berada di depan pintu rumahnya, para asisten rumah tangga pun segera menyambut kehadiran Liyan dengan baik dan juga ramah. Mereka sangat antusias ketika Liyan datang ke rumah itu.

Setelah masuk ke dalam rumah, Liyan pun segera membersihkan tubuhnya untuk menghilangkan rasa penat yang melanda. Sementara, para asisten rumah tangganya sedang sibuk menyediakan makanan untuk Liyan. Mereka juga sembari mencicipi oleh-oleh yang Liyan bawakan saat berhenti di rest area.

Kini, Liyan sudah terlihat segar kembali. Semua fasilitas yang akan ia gunakan sudah tersedia. Termasuk pakaian yang sudah ada di dalam lemari. Rupanya, papanya Liyan sudah menyiapkan semua kebutuhannya agar anaknya semakin betah dan tidak merasa kesusahan.

"Papa memang yang paling baik, semuanya sudah tersedia dan aku tinggal memakainya saja. Hehehe, benar-benar papa yang pengertian," puji Liyan dalam hatinya dengan senyuman yang menawan.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Liyan segera berdandan dengan tampilan yang sederhana. Walaupun tampilannya sederhana, tapi ia terlihat sangat elegan. Ketika Liyan hendak menemui para asistennya, tiba-tiba saja ponselnya berdering dengan begitu nyaring. Dan ternyata itu panggilan dari papanya.

Tanpa berpikir panjang lagi, ia pun segera menerima panggilan itu. Dalam percakapannya, pak Hanif memberi tahukan kepada Liyan bahwa besok pagi, ia harus bersiap-siap untuk menemui Adit di kantornya.

Dikarenakan, semua aturan dan cara kerja di perusahaan yang akan dipegang oleh Liyan, akan dibimbing terlebih dahulu oleh Adit.

Kebetulan kantor yang sedang dipegang oleh Adit ada dua, salah satunya adalah kantor Textile Han Satya. Pabrik ini merupakan perusahaan tekstil terpadu dengan produksi kain berkualitas dan yang terbaik dari segala kain di pasaran. Dan pak Hanif juga memberitahukan bahwa, tugas yang ia berikan harus segera dilaksanakan secepatnya. Sebab, sebentar lagi akan tutup buku dan semua tugas perusahaan harus dalam keadaan beres dan rapi agar para audit bisa mengeceknya dengan mudah.

Sesudah percakapan dengan papanya selesai, Liyan segera menutup ponselnya. Ada rasa senang dalam hatinya, karena dirinya akan segera bertemu dengan Adit. Entah Adit sudah mengetahui Liyan atau tidak, yang pasti Liyan merasa senang dan berbunga-bunga.

"Apa aku harus menghubungi Adit dulu sebelum dia tahu aku ada di sini?" kata Liyan dalam hatinya. "Ah, tidak-tidak. Lebih baik aku diam saja. Aku ingin membuat kejutan untuknya. Tapi ... pasti papa juga sudah memberitahu pada Adit, kalau aku ada di sini. Ah, sudahlah biarkan saja."

Liyan terus saja memikirkan Adit dengan hati yang berbunga-bunga. Seperti layaknya orang kasmaran, hati Liyan terus saja dag dig dug tidak karuan. Sementara, orang yang sedang dipikirkannya malah sudah datang dan menghampiri ke arah dirinya.

Tentu saja hal ini membuat Liyan sangat terkejut. Ya bagaimana tidak, seharusnya yang tercengang itu adalah Adit, tapi malah sebaliknya. Adit datang sedari tadi tanpa ada yang berani memberi tahu jika dirinya sudah ada di rumahnya Liyan. Mereka saling berkompromi hanya untuk membuat Liyan terkejut.

"Adit!" teriak Liyan dengan membelalakkan matanya. Hatinya semakin berdebar kencang. Bahkan ia berjalan seolah tidak terasa menapakkan kakinya di atas lantai. Rasanya seperti ada magnet agar terbang melayang ke arahnya Adit. Sementara, Adit hanya berdiri dan tersenyum manis ke arah dirinya.

"Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa aku terlihat ganteng, sehingga kamu terpesona dengan ketampanan ku?" kata Adit penuh percaya diri.

"Hehe bisa aja. Aku ... aku tidak menyangka kamu akan datang secepat itu. Aku pikir kamu tidak tahu kalau aku sudah ada di sini," ucap Liyan cengengesan. "Pasti papa sudah memberitahumu ya?"

"Hmm, meskipun papamu tidak memberitahukanku, aku pasti tahu dimana pun kamu berada," kata Adit dengan sorot matanya yang tajam.

Dan hal ini membuat Liyan semakin terpana dengan ucapan dan tatapannya Adit yang selalu menggetarkan hatinya. Entah harus berkata apa lagi, yang jelas wajahnya Liyan semakin merah merona karena malu dengan sanjungannya yang telah diberikan oleh Adit.

Dengan ragu-ragu, Liyan pun segera mengalihkan pembicaraannya agar tidak terlihat canggung ketika Adit menatap dirinya. "Eh, tadi papa telepon, katanya—"

Belum juga Liyan selesai bicara, tiba-tiba saja Adit langsung menggandeng tangannya dan berkata, "Aku tahu, makanya aku kesini."

"Terus, apa yang harus aku lakukan?" kata Liyan mengernyitkan alisnya. Ia berjalan seakan tergesa-gesa karena langkah kakinya Adit terlalu cepat untuk seukuran langkahnya Liyan. 

"Nanti saja dibahasnya, aku ingin mengajak kamu ke suatu tempat yang pasti kamu juga akan menyukainya," ucap Adit dengan santainya.

"Benarkah?" tanya Liyan lagi dengan mata yang berbinar-binar. "Tapi aku mau ganti pakaian dulu, Dit."

"Tidak perlu, mau berpakaian apapun, tidak akan membuat kecantikan kamu luntur kok," kata Adit yang terus saja menggenggam tangan Liyan.

"Oh, begitu ya," ucap Liyan tersenyum manis.

Adit juga hanya menganggukkan kepalanya saja. Walau dia sedikit bicara, tapi senyuman manisnya membuat Liyan menjadi semakin terpesona dengan ketampanan yang dimiliki oleh Adit.

Kini, mereka berdua pun pamit kepada orang-orang yang berada di rumah itu. Orang-orang yang selalu setia menjaga dan melindungi Liyan saat jauh dari keluarganya. Mereka juga sudah dianggap seperti keluarganya sendiri oleh Liyan ataupun Adit.

Setelah masuk ke dalam mobil, mereka berdua langsung berangkat ke tempat yang akan ditujunya. Selama dalam perjalanan, Liyan terus saja bercerita mengenai dirinya dan juga keluarganya. Adit yang mendengarnya pun ikut merespon apa yang sedang dikatakan Liyan.

Laki-laki itu hanya bisa tersenyum mendengar celotehannya Liyan karena selama ini, tidak ada satu orang pun yang bisa bercerita dan bergurau seperti Liyan. Sehingga, hanya Liyan lah satu-satunya gadis yang sangat disukainya sedari dulu.

Sesampainya di tempat yang dituju oleh Adit, keduanya langsung keluar dari mobil dengan penuh rasa bahagia.

"Inikah tempat yang kamu maksud, Dit?" tanya Liyan dengan mata yang berbinar-binar dan tidak berkedip sedikit pun.

Bersambung ...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 06, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Terjebak Cinta SepupuWhere stories live. Discover now