Fourteenth

1.8K 303 98
                                    


Jungwon melarikan diri dari kejaran para iblis. Ia terus berlari tanpa tujuan, hingga ia masuk ke dalam hutan perbatasan. Jungwon tidak peduli dengan apa yang akan terjadi nantinya. Jungwon hanya ingin lolos dari kejaran para iblis itu.

Setelah mendengar semua yang Raja Mu katakan, Jungwon menjadi ragu untuk percaya pada Jay. Jungwon tidak ingin bertemu Jay untuk saat ini. Jadi, Jungwon memilih untuk kabur.

Jungwon melihat kearah belakang. Para iblis itu tidak mengejarnya lagi, tapi Jungwon yakin pasti mereka akan mengadu pada Jay.

"Dasar iblis! Awas saja jika mereka mengadu pada raja. Akan aku adukan balik mereka, agar mereka mendapat hukuman karena berani mengejarku." kesal Jungwon.

Karena merasa lelah, Jungwon duduk bersandar pada sebuah batang pohon besar. Ia bernafas lega untuk saat ini bisa menghindar dari Jay. Jungwon membutuhkan ruang untuk berpikir. Apakah ia akan percaya pada Jay lagi atau tidak.
























____________________

"DASAR TAK BERGUNA!"

"Yang mulia, tenangkan diri anda!" Jake menenghentikan Jay yang akan membunuh salah satu iblis.

"Tenang?! Permaisuriku kabur, Jake. Aku tak tahu dimana dia sekarang. Ini hampir tengah malam, ia bisa dalam bahaya. Bagaimana aku bisa tenang?"

Jake mengangguk. "Tapi, dengan membunuh mereka kita tak bisa menemukan permaisuri. Hanya mereka yang tau saat permaisuri kabur."

"Mereka tak berguna, Jake! Menjaga satu manusia saja mereka tak bisa. Jadi, untuk apa mereka hidup? Lebih baik mereka mati sekarang juga."

Ketika Jay marah, ia akan keras kepala. Jake sangat benci ketika Jay marah. Jake harus menenangkan Jay agar kemarahannya tidak sampai menghilangkan satu nyawa. Terkadang Jake juga membujuknya dengan sesuatu agar Jay bisa meredakan amarahnya.

Benar-benar seperti bayi. Bayi iblis.

"Baiklah, kau boleh membunuh mereka. Tapi tidak untuk saat ini. Nanti setelah kita berhasil menemukan permaisuri, kau bunuh saja mereka." ujar Jake. Berharap agar Jay menuruti perkataannya.

"Iya Yang Mulia, yang dikatakan panglima itu benar. Jika perlu anda bisa membunuh mereka secara perlahan agar mereka merasakan sakit yang luar biasa." imbuh Ni-Ki.

Jay menganggukkan kepalanya. Ia setuju dengan Jake dan Ni-Ki. Sekarang, Jay akan pergi ke hutan perbatasan. Jay bertekad untuk menemukan Jungwon malam ini juga.
































______________________

"Nananananana~" Jungwon bersenandung ria dengan tubuh yang melompat-lompat kecil.

"Disini indah sekali, tak menakutkan seperti yang orang-orang katakan. Aku akan masuk lebih dalam agar tak bisa ditemukan oleh raja!"

"Terlambat, aku sudah menemukanmu."

Jungwon membelalakkan matanya. Itu seperti suara Jay. Kenapa Jay bisa secepat ini menemukannya? Atau jangan-jangan dia bukan Jay, tapi penghuni tidak kasat mata di hutan ini.

"Hei, mengaku! Siapa kau? Kenapa kau mirip dengan raja hah? Oh, kau pasti hantu kesepian yang ingin mendapat teman yah." ujar Jungwon setelah berbalik.

Jay mengernyit. "Apa maksudmu? Aku ini Jay, raja iblis bukan hantu."

"Kau pasti berbohong. Jangan bersikap seperti itu! Kau ini tak sopan sekali. Seenaknya memakai wujud rajaku tanpa ijin darinya. Bagaimana jika dia tahu? Apa kau mau dihukum?"

Jay semakin kebingungan. Perilaku Jungwon kali ini aneh. Dilihat dari sisi manapun Jungwon tidak terluka. Jadi, tidak mungkin jika otak Jungwon mengalami kerusakan. Jungwon sehat-sehat saja.

Apa Jungwon kerasukan? - batin Jay.

"Hei, apa kau tuli?! Aku berbicara padamu. Kenapa kau diam saja? Jangan mengabaikanku, dasar makhluk halus!." ketus Jungwon.

"Aku sudah mengatakan bahwa aku ini Jay. Kau yang tak percaya. Dan dari siapa kau belajar berbicara kasar seperti itu?"

Jungwon merotasikan bola matanya. Lalu tangannya ia bawa untuk bersedekap didepan dada. Sikapnya saat ini seolah-olah sedang mengejek Jay.

"Oh, apa kau tak tahu bahwa aku ini permaisuri raja iblis? Ingat raja iblis, bukan manusia. Astaga kasihan sekali dirimu ini. Selain tak punya teman kau juga bodoh yah. Ck ck... aku ini tinggal dalam istana. Setiap hari aku selalu bersama raja. Aku sering mendengarnya berkata sampah, bodoh, tuli, bajingan, brengsek, sialan, dan masih banyak lagi. Apa kau tahu? Raja terlihat keren saat mengatakannya. Makanya aku tertarik untuk menirunya." jelas Jungwon.

Jay mengusap tengkuknya. Jadi, Jungwon belajar darinya. Ini tidak baik. Mulai saat ini, Jay akan mengurangi agar tidak berkata kasar.

"Kenapa kau diam? Jawablah! Sudah aku bilang jangan menghiraukanku." kesal Jungwon.

"Aku adalah Jay... " jawab Jay bingung.

"Mahkluk halus satu ini benar-benar menyebalkan! Kembalilah ke wujud aslimu. Aku beri tahu ya, raja itu pemarah. Dia suka memenggal kepala orang jika dia benar-benar marah. Tadi dia telah memenggal dua kepala penyihir asal kau tahu! Jadi, jangan macam-macam padanya!"

Jay menggelengkan kepalanya.
"Aku bukan makhluk halus. Aku ini Jay. Kenapa kau tak percaya?!"

"Hei, aku sedang marah padamu. Jangan membantah! Cukup dengar dan kau tak usah menjawabnya."

"Tapi tadi kau menyuruhku untuk menjawab?"

"Itu tadi! Beda dengan sekarang."

Jungwon terus berbicara dan Jay bukan orang yang sabar menanggapi celotehan yang menurutnya tidak penting. Jay sampai pada batas kesabarannya.

Jay langsung mencekik leher Jungwon, hingga pemuda manis itu pingsan pada dekapannya.

"Cih, menyusahkan."




























































































Ada yang ingin disampaikan pada Jay tidak?

King and Empress | JaywonWhere stories live. Discover now