54. Crazy Rich : War in School

503 45 18
                                    

Karna hari ini bukan hari Senin, gue berangkat nyantai. Kalo nggak upacara telat 15 menit masih boleh masuk dan hukumannya nggak segila pas upacara. Citra Bangsa tuh sekolah rajin, walaupun udah class meeting session tetep diadain upacara.

Tapi saat gue masuk ke gerbang gue merasakan ada hal aneh. Di lapangan ada banyak orang seolah lagi demo. Gue yang penasaran pun nyoba untuk melihat lebih dekat dan ternyata... itu kampanye calon ketua OSIS.

Yang paling bikin gue melongo nggak lain dan nggak bukan adalah ternyata James biang dari kerusuhan pagi pagi ini. Dan kumpulan rame itu entah pendukungnya James atau cuma orang gabut yang kepo sama kegilaannya James.

"Udah gila kali ya si James?" tanya gue ke Irsyad yang berdiri nggak jauh dari gue.

"Dari dulu kan emang nggak beres otaknya," jawab Irsyad yang nggak bisa gue bantah karna gue setuju banget.

Gue berusaha menutupi wajah gue, gue nggak mau sampe orang orang tahu gue kenal sama James walaupun itu nggak mungkin. Terserah deh, yang penting gue berusaha dulu untuk menutupi fakta menyebalkan ini.

"Tolong untuk siswi yang bernama Navira Arrisha diharapkan mendekat ke sumber suara," kata James lewat pengeras suara di tangannya. "Sekali lagi untuk siswi bernama Navira Arrisha dari kelas 11 IPA 4, yang pake tas warna biru terus nutup nutupin muka mau kabur, tolong segera ke sumber suara sebelum ada pemaksaan."

Gue menabahkan hati gue lalu berusaha tebal muka berjalan ke arah James. Bukannya apa, tapi kalo gue nggak ngedeket yang ada satu sekolah tau nomor ktp gue dan segala informasi tentang gue bahkan leluhur gue.

"Apa sih?" desis gue.

"Nggak papa manggil aja," jawab James pakai pengeras suara, bikin gue mengumpat kasar sambil bisik bisik karna takut kebusukan gue diketahui khalayak ramai.

"Navira Arrisha kalo marah marah terus nanti saya jadi sekretaris di OSIS mau?" tanya James. Gue jelas melotot, beneran gila si James. Ngapain coba nyalon jadi ketos? Dia kan hampis di kick dari daftar pengurus OSIS karna kabur kaburan mulu. Parahnya lagi kerumunan ini makin rame aja alias kenapa sih orang orang pada segabut ini nontonin kegilaan James?

Gue makin putus asa ngeliat Zaki beserta Ruben dan Gilang bawa drum dari arah parkiran. Irsyad yang tadinya ngatain James gila ternyata ngejilat ludahnya sendiri karna sekarang dia ikutan yel yel bareng ketiga tim sukses James.

"James lo ngapain sih anjrit?" desis gue lagi. Harga diri gue beneran makin melayang apa lagi pas gue liat Kak Revo berdiri nggak jauh dari kerumunan— ngeliat heran ke gue dan James. Rasanya tuh muka gue kayak dilempar tai tiap ada yang ngeliat ke gue yang ikut berdiri diatas bangku pinggir lapangan ini.

"James, lo ngapain?" teriak Kak Dirga. Dibelakangnya ada Kak Irfan, yang merupakan salah satu calon imam harapan gue. Dia memandang aneh gue dan James seolah kami lagi ngebuka sekte sesat. Sumpah ya, pokoknya nanti kalo udah pulang James bakal gue pites.

"Nyalon jadi ketos, bang," jawab James masih setia dengan pengeras suaranya. "Bang, join jadi timses gue sini, bayarannya skin ml."

Kak Dirga, yang gue kira masih ada kewarasan dan wibawa karna dia salah satu pentolan sekolah ternyata nggak ada bedanya sama Zaki dan yang lain. Dia langsung setuju tanpa banyak mikir. Kenapa sih Kak Nayra selalu disukain sama cowok cowok konyol macam Kak Dirga sama Zaki?

"Berhubung timses gue udah lengkap, gue mulai ya kampanyenya," kata James. "Buat lo Rendi, dulu kita emang bestie, tapi sekarang lo lawan gue."

Rendi yang tampak nggak tau apa apa cuma diam berdiri di deket gawang. Dan sekarang gue udah tau akar masalah yang bikin James jadi nggak waras ini. Pasti gara-gara Putra.

REALITEENDonde viven las historias. Descúbrelo ahora