19. An Agent

87 16 3
                                    

à corpse perdu

•••

“Pesuruh pria tua itu, kan? Aku melihatmu saat kamera pengawas di sekitar markas Park di retas.”

“Anak yang pintar. Jikalau kau menceritakan semua tentang ayahmu, aku akan membantumu, anak muda.”

Jaemin menatapnya seolah tidak percaya, “Aku tak percaya padamu.”

“Kalau begitu untuk apa kau mentraktirku makan, bodoh!”

Jaemin terkekeh-kekeh, “Yah, sepertinya aku ketahuan, ya? Ya sudah, deal. Tapi kita harus makan siang bersama tiap hari.”

Ajakan yang lebih muda membuatnya menghela napas, mengangguk perlahan seraya mengubah posisi duduknya. Johnny membuka kantung holster-nya, mengambil sebuah benda dan meletakkannya di depan Jaemin.

“Nah, ambillah.”

Jaemin mengangkat gantungan kecil di tangannya, “Untuk apa?”

“Kau akan tahu nanti. Pulanglah, anak muda.” Pemuda Na membalas dengan senyumnya, membungkukkan badan lantas keluar dari restoran. Si Seo menepis pikiran buruknya yang terpengaruhi bualan Park.

“Bisa-bisanya Park membohongiku, jika ia bisa kenapa aku tidak?” Batin Johnny segera mengemasi barangnya dan berjalan keluar.

••

“Bagaimana?” Pertanyaan yang dilontarkan pria tua kala ia mendatangi lagi ruangan yang sedikit membuatnya menahan sindiran lantaran kedelapan pemuda yang terus menatapnya.

Kali ini Johnny menatap sekilas Hwang yang tengah menyalakan korek gas ditangannya seraya duduk di kusen jendela yang terbuka.

“Ia hanya berbelanja dan makan siang, lalu pulang ke markas. Belum ada kecurigaan padanya.”

Pergerakan tuan Park terhenti, “Apa kau tertarik dengan anakku, Seo?”

Never,” Johnny mengelak, melihat pria di depannya yang tengah menaruh tembakau berbentuk serpihan dalam mangkuk pipa.

“Jika kau kedapatan melakukan hal itu, aku tidak akan mempercayaimu lagi, Seo. Aku akan membunuhmu jika membela anak itu.” Ancam tuan Park, Johnny mengangkat ibu jarinya.

“Aku akan berdiri paling depan untuk menembakimu, Seo.” Ujar Felix yang sedang mengasah beberapa pisau di atas meja, Johnny lantas menengok kebelakang.

Hwang yang mendengar ujaran kawannya bertepuk tangan dengan pelan, “Semangat, Seo! Hahaha...”

Ledekan dari pecandu sigaret membuat pemuda Seo meredam emosinya, menghembuskan napas beratnya kala tawa jahat kedelapan berandalan itu terdengar keras.

“Bisa aku keluar dari sini? Aku akan mengabarimu tiap pengawasan pada anakmu.”

Tuan Park mengangguk, mempersilahkan yang lebih muda keluar melewati delapan orang yang sudah berhenti tertawa.

“Kalian lihat itu? Wajah saat menahan emosinya membuat tawa air mataku menetes, ya ampun...”

“Hyunjin Hyung benar-benar melupakan materi kesopanan dari sekolah.”

Break the rules, Jeongin.”

•••

“Nah, akhirnya setelah sekian lama pesananku datang. Kemana saja kau, hah?!” Ketus Donghyuck seraya merebut kantung plastik yang sebelumnya Jaemin bawa.

“Makan siang, aku lapar. Hampir saja aku memakan pesananmu, Hyuck.”

“Sudah cukup aku menunggu makanan ini sampai perutku benar-benar kosong, dan kau coba-coba memakannya? Tamat riwayatmu, Na!”

[✓] Vengeance a VÉNDÉTAWhere stories live. Discover now