12. //Change//

96 18 3
                                    

Lelaki berpostur tubuh tinggi itu kini kembali ke ruangan tempat tiga orang lainnya berada, Hwanwoong, Dongju dan Hera. Begitu kakinya memasuki ruangan tadi, dia langsung dihadiahi oleh tatapan tiga pasang mata disana. Terutama Hwanwoong yang menatapnya tajam.

"Dimana Kyunghee?." Suara Hwanwoong memecah keheningan yang sudah bersama mereka selama dua menit hanya bertatapan.

Seakan tak mendapat jawaban yang ia inginkan, Hwanwoong berdiri dari duduknya dan mendekati lelaki itu sembari berteriak lantang, "LEE KEONHEE!!!!". Kedua mata Hwanwoong memerah menahan amarah dengan satu tangan yang mengepal mengarah ke wajah Keonhee, tapi kepalannya tertahan di udara. Entah kenapa, ada rasa ragu dalam diri Hwanwoong untuk mendaratkan tinjunya pada lelaki itu.

Sedangkan Keonhee hanya menatap Hwanwoong dengan sendu, mungkin itulah yang membuat Hwanwoong enggan menyakitinya.
"Dia baik-baik saja, aku tidak berbuat apapun padanya, tenanglah." Tangan Keonhee meraih kepalan Hwanwoong dan menurunkannya kembali, lalu dia berjalan melewati Hwanwoong ke arah kursi yang bersebrangan dengan yang sedang di duduki Dongju dan Hera, mendudukan dirinya disana, lalu menunduk dan meraup wajah sendiri. Ketiga orang lainnya disana menatapnya heran.

"Aku tidak bisa...." suara Keonhee sangat lirih dan terdengar sedikit serak. Hwanwoong merasakan ada yang aneh pada diri Keonhee, hatinya terasa sesak, perlahan dia mendekati sahabatnya itu dan mengambil tempat duduk di sisinya.

Sedikit ragu dan enggan sebenarnya, tapi Hwanwoong akhirnya meletakkan telapak tangannya pada punggung lebar Keonhee dan menepuknya sedikit.

"Kyunghee ada di ruangan samping, kau bisa menemuinya." Ucap Keonhee lirih tapi masih menenggelamkan wajahnya pada kedua telapak tangan miliknya. Ingin sekali Hwanwoong menemui Kyunghee, tapi entah kenapa dia merasa tidak seharusnya pergi begitu saja saat sahabatnya sedang tertekan seperti ini. Hwanwoong seakan mengerti betapa takutnya, betapa mengerikannya hidup Keonhee, terbayang akan kehidupan masa lalunya, berusaha melawan jiwanya sendiri, hatinya ragu untuk menentukan ingin menjadi jahat atau baik. Jiwanya saling berperang melawan dirinya.

"Kalau begitu aku saja yang akan menemui Kyunghee, setidaknya dia tidak akan panik jika yang dia lihat saat bangun nanti adalah sesama perempuan." Hera lantas berdiri dari duduknya, sedikit ditahan oleh Dongju yang telah berjanji akan melindungi kakak sepupunya itu pada Seoho, tapi Hera kembali meyakinkan adiknya itu dan berusaha sekuat yang dia bisa untuk tersenyum dengan tulus.

Sepeninggal Hera dan saat Keonhee sudah sedikit lebih tenang, tiba-tiba saja ada cahaya merah yang datang dari sisi belakang mereka. Seoho dan Gunhak.

Dongju yang tatapannya langsung teralihkan pada arah leher Seoho pun lantas berdiri dengan panik, untung saja Hera tidak sedang disini, jika iya dia pasti akan menangis dan menuntut penjelasan serta tak segan-segan memaki Gunhak serta Ravn. Tapi tunggu, Ravn tak bersama mereka.

"Aku tidak apa-apa, hanya luka kecil saja." Ucap Seoho dengan entengnya. Memang jika dilihat dari panjangnya goresan itu tidak seberapa, tapi jika dilihat dari dalamnya luka itu sangat mengerikan dan terasa bisa saja sebentar lagi akan menembus nadi di lehernya. Sayangnya disini tak ada peralatan P3K atau semacamnya, jadi tak ada yang bisa dilakukan oleh mereka akan luka itu.

"Tak apa. Ravn janji akan menyembuhkan lukaku nanti. Katanya sekarang dia ada urusan mendesak." Lagi, Seoho berkata dengan tenang seolah tak ada rasa sakit apapun yang dia rasakan. "Loh? Dimana Hera?"

"Dia menemui Kyunghee di ruangan samping." Jawab Dongju, dan Seoho langsung melebarkan matanya menatap Keonhee.

"Dia benar-benar membawa gadis itu?" Kini Gunhak yang bertanya sembari menunjuk ke arah Keonhee yang masih meraup wajahnya. Lalu semuanya diam. Itu artinya iya.

DEVIL || ONEUS🌙 [Book 2]✔Where stories live. Discover now