Take 6

212 37 1
                                    

New and Tay meet for the first time at a New Years Party

Jam menunjukkan pukul dua belas kurang saat sebagian besar orang berkumpul di taman belakang kediaman Vihokratana. Sekelompok pria telah siap dengan kembang api di dekat mereka, para gadis tampak terhanyut dalam perbincangan mereka, sementara sisanya tampak sudah siap untuk menyambut tahun baru dengan suka cita.

Tay, selaku tuan rumah acara hari ini hanya dapat menatap kesekelilingnya puas. Seperti biasa, pesta tahun baru yang diadakannya benar-benar meriah. Semua tamu yang datang tampak menikmati acara dan tidak jarang mereka menyampaikan sanjungan kepada pria tampan tersebut. Rasanya tidak ada yang heran jika pesta Tay lagi-lagi menjadi topik hangat saat semester genap dimulai nanti.

Bagi Tay sendiri, pesta tahun baru ini tidak lebih dari ajang seru-seruan untuk menyambut awal yang baru. Setelah melewati duabelas bulan yang panjang, Tay rasa baik dirinya ataupun teman-temannya yang lain butuh reward karena sudah berhasil mengatasi masalah sebelum kembali menghadapi segala hal yang tak terduga di bulan-bulan selanjutnya.

Setiap tahunnya, Tay akan mengundang teman-temannya merayakan tahun baru bersama. Tidak berhenti sampai sana, kebanyakan tamu undangan Tay mengajak teman-temannya lagi untuk datang ke pesta Tay. Rasanya tidak mengherankan saat melihat mahasiswa dari berbagai jurusan berkumpul di rumah Tay. Pemilik rumah sendiri tidak merasa keberatan dengan hal itu. Menurutnya, semakin banyak yang datang, semakin baik.

"Gue ke dalam dulu. Mau ngambil kamera," ucap Tay pada sepasang kekasih yang duduk tidak jauh darinya.

Off dan Gun hanya mengangguk sejenak sebelum kembali terhanyut pada obrolan mereka. Tay sendiri tidak terlalu ambil pusing dan memilih untuk segera masuk ke dalam rumah untuk mengambil kameranya. Menjadi nyamuk bagi kedua orang itu merupakan makanan sehari-harinya, bisa dibilang pria itu sudah kebal sekarang.

Seperti dugaan, semua orang sudah memenuhi taman belakangnya. Ruang-ruang yang tadinya penuh sesak kini tampak lenggang, hanya ada beberapa temannya yang kini sudah tepar karena terlalu banyak minum. Bertahun-tahun menyelenggarakan acara ini membuat Tay sudah terbiasa dengan pemandangan tersebut.

Setelah mengambil kameranya, pria berkulit kecokelatan itu segera melangkah keluar dari rumah. Sebentar lagi, kembang api akan dinyalakan dan ia tidak mau ketinggalan momen tersebut. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, sesosok pria di dapurnya menarik perhatian Tay.

"Nggak keluar?" tanya Tay ramah. Sejenak Tay melupakan niatnya untuk cepat-cepat keluar dan malah menghampiri pria itu.

Pria tersebut menatap Tay kaget. Ia tidak menyangka kalau ada ada orang lain disini. Ia pikir semua orang telah keluar ruangan. "Nggak, gue masih mau nyobain ini," jawab pria itu singkat, sebelum mengalihkan atensinya pada makanan yang tersedia di meja panjang.

Tay tidak kuasa menahan senyumnya saat melihat tingkah pria di hadapannya. Kurang dari lima menit lagi, tahun akan berganti. Saat orang lain bersemangat menyambut tahun baru dan menyaksikan kembang api, pria itu malah tampak asyik dengan dunianya sendiri. Kue warna-warni dan beberapa cemilan nyatanya jauh lebih menarik dari acara kembang api yang telah ia persiapkan dari jauh-jauh hari.

Bukannya segera kembali kepada teman-temannya, Tay malah menarik kursi dan duduk tepat di seberang pria itu. Kamera yang sejak tadi dibawanya kini sudah diletakan di atas meja. "Udah nyobain yang mana aja? Ada yang lo suka gak?" tanya Tay, mencoba membuka percakapan.

Untuk kedua kalinya, pria itu menoleh ke arah Tay. Meskipun sedikit bingung dengan kehadiran orang asing di dekatnya, pria itu tetap menjelaskan hasil temuannya dengan semangat. Baginya, bertukar pendapat mengenai makanan yang baru saja ia cicipi merupakan momen yang sangat menyenangkan. "Gue udah nyobain sebagian kue di sebelah sini," ucapnya. "Overall, gue suka semua sih, tapi favorit gue tetap tiramisu dan strawberry cheesecake-nya."

"Lo sesuka itu yah sama dessert?"

Pria itu mengangguk semangat. "Siapa sih yang gak suka dessert? Walaupun disuguhin paling akhir, bagi gue dessert tuh bagian paling panting dalam penyajian makanan. Seenak apapun makanan sebelumnya, kalau dessert-nya gak enak, kesan baik yang udah dibentuk sebelumnya akan rusak."

Melihat pria di hadapannya menyampaikan pendapatnya dengan mata yang berbinar-binar membuat Tay tidak bisa menahan senyumnya.

"Oh ya, lo harus tau kalau bakery yang jual kue ini mahal banget dan selagi disediain secara cuma-cuma, lo harus cobain semua rasanya. Asli, lo gak bakal nyesel. Kayaknya emang bener deh, Kak Tay beneran tajir. Jadi, makanan disuguhin nggak main-main."

Alis Tay terangkat. "Lo kenal sama Kak Tay?"

Lagi, pria itu mengangguk semangat. "Dia orangnya famous banget di kampus. Pernah jadi ketua BEM fakultasnya juga, terus ramah ke semua orang, mukanya juga ganteng dan satu lagi, dia tuh pinter banget, IP-nya hampir 4," jawabnya dengan kue yang masih memenuhi tangannya.

Sebisa mungkin, Tay menahan tawanya saat mendengar jawaban pria di hadapannya. Dari jawaban dan ekspresi yang ditunjukkan pria ini, Tay yakin betul kalau sosok di hadapannya tidak benar-benar mengenalnya. Siapa juga yang akan menjawab se blak-blakan itu saat mengetahui orang yang dimaksud sedang duduk di hadapannya. "Nama lo?" tanya Tay, mengulurkan tangannya.

Menyadari bahwa mereka belum berkenalan, pria itu membersihkan tangannya dan menyambut uluran tangan Tay. "New Thitipoom, Teknik Elektro, angkatan 2020."

"Tay, buruan! Bentar lagi countdown,"

Belum sempat Tay memperkenalkan dirinya, suara Off sudah memenuhi ruangan tempat ia berada. Off dan kebiasaannya menghancurkan suasana lagi-lagi membuat Tay jengkel. Kalau saja, tidak ada New disana, rasanya Tay ingin menendang sahabatnya yang satu itu.

Berbeda dengan Tay yang masih jengkel, New membeku di tempatnya. Kepalanya mencoba mencerna apa yang tengah terjadi kini dan perlahan ia mulai menyesali apa yang dikatakannya barusan. Seharusnya ia menutup mulutnya rapat-rapat dan fokus mencicipi kue yang disediakan, bukan malah berpura-pura sok tahu seperti itu. Kalau saja Kit mengetahui kejadian ini, sahabatnya itu pasti sudah menertawakannya habis-habisan.

"So, New. Gue keluar dulu, selamat icip-icip makanannya yah," ucap Tay, mencoba mengurai kecanggungan di antara mereka.

New sendiri tidak dapat menatap yang lebih tua, malu. Mengingat segala kebodohan yang baru saja ia lakukan, lidahnya juga terasa kelu untuk digerakan.

"By the way," ucap Tay, membuat New menoleh karena refleks. "Thanks pujiannya tadi. I appreciate that. See you later, New."

Sesaat Tay melangkah ke taman belakang, pipi dan telinga New memerah. Rasanya ia ingin menghilang sekarang juga. Sementara itu, Tay tidak bisa menahan senyumnya. Rencananya untuk memotret kembang api nyatanya tidak semenarik sebelumnya, kini pikirannya dipenuhi oleh pria yang baru saja ia temui dan ekspresi malunya beberapa saat yang lalu. Biasanya Tay tidak memiliki harapan apapun di setiap tahun baru yang ia lewati, tapi tahun ini ia harap dapat mengenal sosok New lebih jauh lagi. 

One Click Scene Ft. TaynewWo Geschichten leben. Entdecke jetzt