Menghela nafas panjang, Seokjin menaruh handphone-nya kembali ke dalam tas berbahan kulit di pangkuannya. Raut kecewa jelas tampak pada wajah tampan sekaligus cantik itu.
Kini tatapannya ia edarkan ke samping, menatap ke luar dari balik kaca jendela mobil yg ditumpanginya. Pikirannya melayang jauh, memutar kembali ingatan momen satu bulan yg lalu.
Momen ketika Yoongi, kekasih yg sudah menjalin hubungan dengannya selama kurang lebih 3 tahun, akhirnya melamarnya pada saat keduanya sedang makan malam di sebuah restoran mewah bintang lima.
Jelas sekali rasa bahagia yg Seokjin rasakan saat itu. Setelah menunggu sekian lama untuk mendengar empat kata yg membentuk sebuah kalimat pertanyaan tentang kebersediaannya itu akhirnya terlontar juga dari sang kekasih — will you marry me?
Tentu saja anggukan haru dan antusias menjadi jawabannya.
Seokjin kira, setelah malam itu semuanya akan berjalan sama seperti apa yg selama ini ia bayangkan. Bahwa dirinya dan Yoongi akan sama-sama penuh antusias dan bersemangat untuk mempersiapkan pernikahan mereka, berdiskusi untuk segala macam tetek-bengek keperluan yg harus mereka pikirkan untuk ke depannya.
Seokjin begitu deg-deg'an sekaligus excited di waktu yg bersamaan. Banyak hal ingin ia bicarakan dan rencanakan bersama dengan sang kekasih.
WO mana yg akan mereka percayakan, konsep pernikahan seperti apa yg akan keduanya pilih, baju pengantin model seperti apa yg akan mereka kenakan, perlu atau tidaknya membuat perjanjian pra-nikah, setelah menikah mau tinggal di mana, rencana mau punya anak berapa, serta masih banyak hal lainnya yg bagi Seokjin penting untuk dipikirkan berdua.
Namun, sayangnya setelah malam itu, setiap kali dirinya mengajak sang kekasih untuk berdiskusi, Yoongi selalu menolak dan menghindarinya dengan dalih sangat sibuk dengan pekerjaannya. Ia meminta Seokjin untuk mengurus semuanya sendiri.
Sama seperti hari ini. Meski dua hari yg lalu sudah berjanji akan menemani Seokjin mencari WO untuk pernikahan mereka, tetapi lagi-lagi Yoongi membatalkan janji di menit-menit terakhir.
Hal itu tentu saja membuat Seokjin sedikit overthinking. Apa benar Yoongi sungguh-sungguh ingin menikah dengannya. Atau kekasihnya itu melamarnya hanya karena dirinya yg dalam setengah tahun terakhir ini sering mendesak meminta kepastian tentang kelanjutan hubungan mereka. Akan tetapi, dengan cepat lelaki manis itu berusaha untuk mengeyahkan segala bentuk pikiran buruk dari kepalanya.
Mungkin Yoongi memang benar-benar sedang sibuk. Tidak seharusnya dirinya kini meragukan kekasihnya itu setelah hubungan mereka yang sudah berlangsung kurang lebih tiga tahun itu, 'kan?
Seokjin sepertinya memang harus belajar lagi untuk bisa lebih mempercayai Yoongi. Harus! batinnya. Apalagi sebentar lagi keduanya akan membangun rumah tangga bersama. Kepercayaan harus jadi pondasi utama agar rumah tangga yang dibangun itu kokoh sampai kapan pun.
