April 2017

217 66 12
                                    

"Lo baik-baik, kan, sama Eros?"

Freya menghentikan gerakannya mengecat kuku untuk menoleh dan menatap Tiara bingung. Pertanyaan Tiara itu terlalu random.

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

Tiara mengedikkan bahu. Ia kemudian merebahkan diri dengan nyaman di atas tempat tidur Freya. Tangannya langsung memeluk salah satu boneka besar di sana. Posisi Tiara saat ini adalah posisinya pewenya untuk bergosip.

"Kemarin banyak yang bilang pada liat lo berantem di depan perpus."

Freya sempat terdiam. Ah, pasti pertengkaran mereka beberapa hari yang lalu yang dimaksud Tiara. Padahal Freya pikir tidak ada satu orang pun di depan perpustakaan, tetapi tetap saja ada telinga-telinga tersembunyi di setiap sudut sekolah.

"Gitu, deh," Freya enggan menjawab. Kalau mengingat lagi hari itu, ia masih merasa kesal walaupun setelah itu Eros sudah meminta maaf padanya.

"Lo berdua berantem mulu perasaan. Nggak capek?"

Sebenarnya, pertengkaran-pertengkaran Eros dan Freya yang semakin sering itu mulai mencemaskan teman-teman mereka. Hanya saja, sampai sekarang, tidak ada yang berani mengutarakannya dengan jujur pada keduanya. Mereka sadar itu bukan tempat mereka untuk ikut campur, tetapi karena sudah dua kali Eros dan Freya kedapatan bertengkar di tempat umum, salah satu dari mereka harus berani bertindak. Dan tidak ada orang lain yang lebih didengar Freya selain Tiara di perkumpulan mereka.

"Capek, lah. Tapi gimana lagi? Gue nggak mau lah terus-terusan di-nomor-sekiankan sama dia. Mana bisa gue nerima gitu-gitu aja." Nada suara Freya mulai terdengar defensif. Dan dari kerutan tidak suka di wajahnya, Tiara tahu Freya mulai tersulut emosi. Ternyata memang hubungannya dengan Eros sedang tidak baik-baik saja.

"Lo berdua mungkin harus belajar saling ngertiin, sih, Frey. Soalnya sayang aja, ujian udah deket tapi kalian ribut mulu," Tiara mencoba memberi pengertian.

Tapi bukan Freya namanya kalau tidak keras kepala. Ia malah kemudian menatap Tiara tajam. "Jadi cuma gue yang suruh ngertiin dia? Kok lo jadi belain dia sih, Tyr?"

Tiara menarik napas perlahan. Memang harus sabar kalau menghadapi Freya yang sedang meledak-ledak seperti ini. Salah bicara sedikit saja, cewek itu pasti akan salah menerima dan berujung ngambek.

"Gue bilang lo berdua, bukan cuma lo doang. Lagian nggak apa-apa kali, Frey, nggak bisa sering ketemu di luar sekolah."

"Aduh, Tyr. Lo tahu gue, kan? Gue tuh paling nggak bisa nggak sering-sering ketemu sama pacar. Gue sama Eros emang tiap hari ketemu di sekolah, tapi buat quality time kan gue butuh lebih dari itu!"

Tiara mulai pusing. Ternyata dua orang ini sama saja. Yang satu keras kepala dan sangat clingy, sementara satunya lagi cemburuan dan tukang ngambek sedunia. Ia sendiri heran bagaimana kedua orang yang sama-sama childish itu bisa jadian.

"Ah, tau deh. Pusing gue mikirin lo berdua," Tiara menggerutu. Lebih baik ia tidur saja.

"Emang nggak perlu dipikirin," Freya menyahut setuju. "Gue aja males mikirin."

Tidak ada lagi suara terdengar dari Tiara. Mungkin gadis itu sudah terlalu lelah menasihati dan memilih untuk tidur. Sementara itu, Freya yang tampak sudah selesai dengan cat kukunya, langsung berjalan menuju lemari untuk memilih-milih baju.

"Lo lagi ngapain, sih?" Tiara akhirnya membuka mata karena ia merasakan Freya terus-terusan mondar-mandir di sekitarnya. Dan matanya langsung membelalak melihat beberapa helai baju yang bergeletakan dengan sembarangan di atas tempat tidur. "Ngapain lo, Frey?"

Without YouWhere stories live. Discover now