Prolog

575 79 70
                                        

Haiii! This is my second story. I hope y'all like it!

Seperti biasa, vote dulu dong😚

A Z A L E A

A Z A L E A

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—⭐—

ISAKAN tangis dari seorang wanita paruh baya itu bergaung di penjuru ruangan. Terdengar pilu. Dadanya naik turun menahan sesak. Ujung hidungnya memerah seperti tomat. Sepi dan hampa. Yang tersisa hanyalah bunyi mesin EKG yang mendominasi ruangan.

Wanita itu memegang tangan gadis yang terbaring lemah di brankar. Beberapa alat-alat medis menempel di tubuhnya. Di mulutnya terpasang ventilator untuk membantunya bernafas. Kepalanya dililiti oleh perban. Jika dilihat-lihat, kondisi gadis itu sangat mengenaskan.

"Maafin Mama nggak bisa jagain kamu, maaf karena selalu mengabaikan kamu, dan maaf karena Mama nggak pernah mendukung keputusan kamu," ujar wanita itu dengan suara parau.

Namun, melihat keadaan putrinya membuat bulir bening itu kembali jatuh.

"Maaf." Suaranya semakin bergetar.

Dia menggeleng dan memegang tangan si gadis erat. "Enggak! Mama nggak pernah nganggap kamu beban. Kamu harus bangun."

Percuma. Gadis tersebut tidak akan menyahut. Matanya terus terpejam. Membuat hati wanita itu semakin hancur.

Wanita itu menangkupkan kepalanya pada tangan gadis itu. "Mama mohon. Hiduplah untuk Mama."

—⭐—

"Insiden yang menimpa siswi SMA Khatulistiwa mendadak menggemparkan seantero sekolah. Pihak kepolisian masih belum bisa memastikan bahwa siswi tersebut memang betul-betul terjatuh dari gedung SMA Khatulistiwa persis di lantai tiga. Dan untuk sementara waktu SMA Khatulistiwa ditutup agar memudahkan polisi untuk melakukan investigasi lebih lanjut."

Lelaki dengan pakaian formalnya itu mematikan siaran TV dengan kasar. Lisannya mengumpat melihat kebodohan yang telah terjadi di SMA Khatulistiwa.

Hingga dering teleponnya berbunyi mengalihkan atensinya. "Ada apa?"

"Pihak kepolisian sedang menuju SMA Khatulistiwa, Pak. Kehadiran Bapak ditunggu di sini."

Sialan.

"Baiklah. Saya segera ke sana," ujarnya gusar.

Kedua tangannya mengepal erat. Rahangnya mengeras membuat gerahamnya bergemeletuk. Dilemparnya telepon berlogo apel itu dengan kasar. Beberapa kali lisannya mengumpat.

—⭐—

Salah satu siswi kebanggaan SMA Khatulistiwa terjatuh dari gedung SMA Khatulistiwa persis di lantai tiga.

Tidak memungkinkan bahwa siswi tersebut terjatuh atas dasar terpeleset padahal di setiap gedung diberi pembatas setinggi dada dengan alasan keamanan. 

Apakah ada dalang di balik semua itu? Entahlah.

—⭐—

um! Gimana prolognya?

Siap untuk menyelami cerita AZALEA?

Tentunya ini bakalan berbeda dari ceritaku yg sebelumnya. Karena di sini pemeran utamanya gak cuma satu☺

Rules: membaca cerita ini pelan-pelan oke? Biar ngerti alurnya dan dapet feel-nya:)

Vote dulu dong😚

Thank u❤

Follow IG aku : @ssaifatljj

 

AZALEAWhere stories live. Discover now