Ch 18 Mengingat Momen Itu

1.9K 260 0
                                    

Penerjemah Indonesia: ImXuanyi

Saat Tang Ling memulihkan diri di taman Imperial, Shi Sheng datang untuk mengganti perbannya secara teratur. Dua orang yang tidak akrab dengan satu sama lain juga membicarakan bagaimana kehidupan Yunxiao selama di luar negeri.

Tang Ling tidak pernah berpikir untuk menanyakan masa lalu Yun Xiao kepada Shi Sheng, jika bukan karena Shi Sheng yang mengatakan bahwa mereka pernah belajar di universitas yang sama.

Tetapi Shi Sheng tidak bicara banyak, kecuali untuk belajar dan pertemuan sehari-hari, Yun Xiao tinggal bersama Lu Mintang secara pribadi.

Di antara hamparan bunga yang penuh dengan tulip, Tang Ling memiliki bangku yang terbuat dari tembaga putih. Setelah dua hari beristirahat Tang Ling sudah bisa berjalan. Agak panas untuk beristirahat di sini pada siang hari. Namun, sangat menyenangkan beristirahat di sini saat bulan semakin tinggi di sore hari. Angin sore bertiup ke wajahnya, dengan keharuman bunga.

Untungnya, Pelabuhan Honghu sudah lama tidak sibuk, jadi saudara Hu memintanya untuk beristirahat beberapa hari lagi.

Saat duduk di bangku Tang Ling mengenakan selimut abu-abu dan sedang melihat ponselnya untuk memesan daging dan sayuran. Shi Sheng pergi setelah mengganti perbannya barusan.

Dia tidak membalas pesan yang dikirim oleh Shen Yuancong beberapa hari yang lalu, tetapi langsung menghapusnya, Yun Xiao tidak ingin dia berhubungan dengan Shen Yuancong, jadi dia memutus kontak dengannya.

Dia hanya bersandar di tepi kursi dengan tenang, mata panjang dan sipit seperti bunga persik memandang ke gerbang utama taman kekaisaran. Dia selalu ingin Yun Xiao muncul dari sana dan kembali untuk menemuinya.

Terdengar nada dering dari ponsel yang dia letakkan di dalam rumah, itu adalah nada dering khusus untuk panggilan masuk saudara Hu.

Tang Ling bangun dari tempat duduknya dan mengeluarkan ponsel dari laci kamarnya. Sebelumnya, dia akan mengatur fungsi bisu untuk ponselnya. Sejak Yun Xiao dan Xiang Chen tidak datang untuk beberapa saat, dia tidak perlu repot-repot untuk melakukannya .

Dia baru saja mengangkat telepon ketika suara peluit pelabuhan bercampur dengan suara staff terdengar ke telinganya.

"Jiang Ming, malam ini saudara-saudara dari Pelabuhan Honghu akan berkumpul di Scarlet ONE, bagaimana kabarmu? Bisakah kamu datang pada malam ini?" Saudara Hu bertanya dengan suara yang kuat di sisi lain telepon. (T/N: Jiang Ming adalah nama samaran Tang Ling)

Tang Ling berpikir bahwa tubuhnya sudah hampir sembuh, jadi dia bisa datang.

"Ya, sekitar jam delapan malam kan? Ruangan No.0522, baiklah aku mengerti."

Ketika menutup telepon, dia mendengar suara di luar, mengira itu adalah pengantar bahan makanan.

Ketika dia pergi keluar untuk melihat, pria yang membawa makanan bukanlah orang lain, melainkan Yun Xiao yang sedang dia pikirkan akhir-akhir ini.

Mengapa tiba-tiba dia kembali?

Yun Xiao melangkah maju dengan cepat, pupil matanya yang gelap, memantulkan wajahnya, tetapi matanya dipenuhi dengan makna yang dalam yang tidak bisa dia lihat.

Perasaan tertindas yang tak terlihat membuat Tang Ling mundur dua langkah.

Mungkin dia menyadari rasa takutnya, dan rasa dingin yang dalam melintas di mata Yun Xiao, kemudian menghilang dalam sekejap.

Dia mengangkat tas yang penuh dengan sayuran itu, menjejalkannya langsung ke pelukannya dan bertanya,

"Kamu bisa memasak?"

Tang Ling memeluk tas itu dan mengangguk dengan kaku.

Bukannya dia tidak bisa mempekerjakan koki, tapi dia suka suasana yang tenang dan ingin melakukan semuanya sendiri. Oleh karena itu, pelayan akan dikirim untuk membersihkan taman imperial ketika tidak ada siapa-siapa.

"Panggil aku saat sudah selesai." Setelah Yun Xiao berbicara, dia pergi ke ruang belajar di lantai atas.

"Baik."

Tang Ling melihat ke arah Yun Xiao, dan menahan kegembiraan kecil di hatinya, bahkan perjalanan ke dapur menjadi lebih menyenangkan.

Dalam waktu kurang dari dua jam, empat hidangan dan satu sup sudah tersaji di atas meja. Meski bukan lobster king crab, masakan rumahannya juga dapat membuat orang mengeluarkan air liur dan menggerakkan tangannya tanpa henti.

Dia sampai di ruang belajar di lantai dua, pintunya tidak tertutup rapat, terdapat sedikit celah.

Tang Ling mengetuk pintu dan tidak mendengar jawaban Yun Xiao, dia membuka pintu sedikit untuk melihat, Yun Xiao sedang bersandar pada kursi empuk di sebelah meja.

"Yun Xiao?" Dia memanggil dengan lembut.

Yun Xiao sepertinya telah tertidur, bibir tipisnya ditekan dengan ringan, kelopak mata bawahnya berwarna biru samar, dan dia terlihat sangat lelah.

Tang Ling hanya berdiri di sampingnya dengan begitu tenang, keserakahan merupakan hal yang sulit dimenangkan untuk mendapatkan kesempatan bersama.

Dia ingat bahwa Yun Xiao bertengkar dengan teman sekelasnya karena suatu alasan, dan pihak yang lain terluka parah, tetapi dia hanya mimisan dari hidungnya yang dipukuli. Di rumah sakit, Yun Xiao meminjam pahanya dan tertidur seperti ini.

Saat itu, rambut Yun Xiao lebih panjang dari sekarang, dan helai rambutnya terbawa angin ketika dia mulai berlari. Dia menyukai Yun Xiao yang begitu bebas dan memiliki lebih banyak senyuman daripada sekarang.

Tang Ling memperhatikan Yun Xiao dan jatuh ke dalam ingatannya, dan tidak memperhatikan bahwa orang yang tertidur telah bangun lebih awal, matanya sedikit terbuka.

"Jangan menatapku seperti itu." Yun Xiao mengangkat bibir tipisnya, menyela pikiran Tang Ling.

Dia pun menyingkirkan pikirannya itu

"Maaf, makanannya sudah siap."

Terdapat ketidaksenangan diantara alis Yun Xiao, seolah memperingatkannya bahwa dia semakin tidak tahu diri.

[BL] A Wealthy Subtitute Ex-Husband (Indonesia)Where stories live. Discover now