Pelanggan

3 1 0
                                    

Angin musim gugur membawa perasaan ku terbang padamu, tak usah tertawa karena semesta memihak.










Angin musim gugur berderu kencang menerpa anak rambut seorang pria tinggi, berwajah tampan dengan penuh peluh keringat serta berpakaian seragam olahraga, namun wajahnya tetap damai meskipun liar angin mengganggu nya.

Ia masih tetap setia berlari mengelilingi lapangan kosong, peluh keringat turun membasahi kaosnya pandangan pria itu terus mencari-cari sebuah toko untuk membeli air mineral, rasanya ia sangat haus dan ingin cepat-cepat meneguk air. Hingga matanya menatap sebuah toko kecil di pinggir jalan dengan hiasan lampu-lampu cantik berbentuk mapple, melihatnya saja membuat hatinya menghangat memikirkan betapa hangatnya toko kecil itu. Toko yang dijaga oleh seorang gadis berambut pirang panjang.

Saat hendak menghampiri toko tersebut, seketika ia ingat bahwa ia tak membawa uang dan memutuskan pulang. Tidak membutuhkan waktu lama karena jarak rumah dan lapangan dekat, namun tiba-tiba saja pria bernama Jehan Warrin Albert lebih memutuskan untuk pulang lebih baik minum di rumah daripada harus membeli air keluar. Ingat kata orang tua zaman dulu? Minum air di rumah jauh lebih sehat dibanding minum air diluar, tentu saja sehat karena menghemat. Intinya biar gak boros uang.

Sesampainya di rumah Jehan meneguk air putih dengan rakus, ia terlalu haus selesai berolahraga.

"Je"

"Iya, nek?"

Jehan menoleh saat neneknya datang untuk mencuci sayuran di wastafel.

"Kalau mau ngerjain tugas atau apa-apa intinya biar kuota irit kamu bisa nge-WiFi di toko depan"

"Toko depan? Yang dijaga oleh gadis rambut pirang itu?"

"Iya, namanya Jia dia anak teman papa mu"

Jehan sedikit mengerutkan dahinya, ia heran kenapa neneknya mengenalkan gadis itu padanya. Padahal Jehan tidak bertanya sama sekali.

"Okey, Jehan mau mandi nek"

Jehan pergi ke kamarnya ia memilih duduk dahulu sambil bermain ponsel, menunggu keringat nya reda lalu mandi.




❄️



Jia Ambelin Daynan, seorang gadis penjaga toko. Ia gadis cantik dengan hati yang baik dan sikap yang ramah, orang-orang berkata seperti itu. Banyak lansia yang menyukai Jia karena senyuman manis dan nada bicaranya yang lembut serta tutur kata dan penampilan sopan, wajar saja banyak yang menyukainya. Selain itu, ia keturunan orang Australia dan Kanada.

"Ting!" Suara denting bell berbunyi menandakan pelanggan memasuki toko. Jia dengan cepat menghampiri empat orang lansia yang baru saja memasuki tokonya.

"Selamat pagi, bagaimana dengan hari anda, Pak?" sapa Jia, tak lupa dengan senyuman khasnya.

"Astaga Jia, jika saja aku mempunyai cucu laki-laki. Ingin rasanya mengenalkan gadis sopan seperti mu kepadanya dan menyuruhnya untuk segera melamar mu. Aku akan sangat senang jika memiliki menantu seperti mu" ucap seorang lansia yang menggunakan kacamata, ia tampak mengelus-elus rambut Jia dengan lembut.

"Dia benar, Nak. Andai semua gadis seperti mu tidak terbawa pergaulan bebas. Kami para orang tua akan merasa sangat bahagia" ucap seorang lansia yang tengah duduk disebuah kursi roda.

Jia hanya tersenyum, pikirnya kenapa para remaja sedikit melenceng jauh adalah faktor dari lingkungan apalagi lingkungan keluarga yang sangat penting bagi pertumbuhan seorang anak. Tapi ia tak sepenuhnya membenarkan hal itu, menurut nya adalah ya tergantung cara mendidiknya. Belum lagi karena majunya zaman yang berkembang pesat membuat anak-anak bahkan remaja semakin terperosok bahkan generasi ke generasi selalu mengalami perubahan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

VictoriaWhere stories live. Discover now