H[b]E 37

1.2K 105 0
                                    

==============================

Kamu pasti pernah dengar bahwa selingkuh itu nggak ada obatnya, 'kan? Meski ada yang benar-benar taubat, tapi aku nggak bisa percaya.

==========

Bagian 37
:::::::::::::::::

Hari ini aku menepati janjiku pada Mama Haru. Aku datang bersama dengan Arisen untuk menjenguk anaknya. Terlihat raut terkejut dari mereka, terutama Anya. Pandangannya fokus pada Arisen yang dengan posesifnya merangkul bahuku di sepanjang lorong menuju kamar Haru.

"Dia...." Anya tidak meneruskan kalimatnya. Perempuan itu malah menusuk dan memainkan kedua ibu jarinya.

Why? Apa dia mengenal Arisen? Kenapa terlihat seperti ketakutan?

"Jadi kamu?" Itu suara Arisen, dingin dan jelas mengancam.

"Kamu kenal, Sen?" tanyaku yang dianggukinya.

"Dia pernah dijodohin sama aku."

"Maksudnya?"

Anya mendongak menatap kami.

Arisen menghela napasnya kasar. "Papa sama papanya dia itu kerja sama, waktu ketemu sama aku papanya nawarin perjodohan. Untungnya papa terserah aku."

"Terus?"

"Dia kejar-kejar aku," jawab Arisen polos.

Merubah atensiku menjadi fokus kepada Anya. Menatapnya yang menunduk dan terlihat gugup benar-benar membuatku merasa puas.

Jadi, Arisen adalah laki-laki yang membuatnya meninggalkan Haru? Wah, kasihan sekali Haru karena nyatanya orang yang dia sayang sama-sama pernah menyukai Arisen bukan?

"Jadi, dia tunangan kamu?" tanya Mama Haru dengan nada lirihnya. Bagaimanapun aku dan Haru bersama karena mamanya, tentunya mama Haru adalah orang paling mengharapkan hubunganku dulu.

Aku lebih memilih menganggukkan kepala. "Iya, Tante. Dia Arisen."

Arisen pun maju dan mencium punggung tangan mama dan papanya Haru.

"Haru udah siuman semalam, kamu sama tunangan kamu bisa masuk," kita papa Haru.

Tentunya aku dan Arisen setuju. Aku mengikutinya masuk menuju ruangan Haru. Namun, begitu sejajar dengan tubuh Anya, tanganku ditahannya.

"Nad, jangan bilang Haru," bisiknya.

Aku tersenyum tipis menatap wajahnya yang memelas. "Itu bukan urusan gue. Lagi pula, itu nggak penting. Gue nggak akan ngerusak kebahagiaan gue sendiri cuma buat balas dendam kok."

::::::::::

Ruangan ini menjadi sepi dan mendingin. Hanya ada aku, Arisen, Anya, dan Haru yang duduk di tempat masing-masing.

Arisen menggenggam tanganku, menyalurkan hangat tangannya. Sedangkan Haru menatapku nanar, terlebih pandangan matanya fokus pada jemariku yang bertaut dengan jemari Arisen.

"Beneran sana dia?" Akhirnya, pertanyaan yang menjadi awal percakapan pun terucap.

Fokusku bukan kepada Haru, tapi kepada Anya yang menunduk tidak berani menatap kami.

Heartbreak Effect [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang