bab 3

1.1K 121 13
                                    

Dan malam itu Suho akhirnya berhasil diseret oleh seojun. Meskipun dia harus mengerahkan lebih banyak usaha untuk mendorong maupun menyeret, Suho akhirnya berada disana, berdiri dengan wajah malas di antara hiruk pikuknya pasar malam.

Ada banyak permainan, beberapa orang mengantri untuk  menyewa. Beberapa yang lain menikmati  belanja.

Jika bukan karena orang itu adalah seojun, dia tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya di tanah ini. Bukan hanya terlalu ramai, tempat ini juga terlalu terang oleh cahaya lampu yang menyilaukan.

Suara penjual yang menawarkan dagangannya, tawar menawar oleh si pembeli, juga suara anak-anak yang merengek meminta sesuatu, suara ini sangat berisik seperti mengumpulkan semua kebisingan di dunia dalam satu wadah lalu ditumpahkan ke dalam indera pendengarannya.

Suho mengernyit lelah, ingin sekali pulang dan melakukan hal yang lebih berguna seperti belajar. Sebaliknya dia justru terjebak di tempat ini untuk mengikuti seojun yang terus menerus berlarian seperti anak kecil. Tidak jauh berbeda dengan anak kecil yang menatap dengan mata berbinar ke arah boneka besar di ujung jalan sana.

Berikan dia sesuatu seperti topi kerucut dan lolipop di tangannya, maka seojun akan terlihat mirip satu sama lain, perbedaan kecilnya mungkin anak-anak akan dicubit karena gemas tapi seojun akan dicubit untuk dikemas.

"Suho kemari," suara seojun memanggil diantara keributan di sekitarnya, melambaikan tangannya yang ramping menyuruhnya untuk datang.

Dengan malas Suho berjalan mendekat, "ada apa?"

"Cepat pilih, hitam atau biru?" Dia mengangkat gelang-gelang kecil di tangannya, biru di sebelah kanan dan hitam di sebelah kiri. Menunjukkannya untuk dipilih.

Suho berkata tidak acuh, "tidak tau, pilih sendiri."

"Eh aku ingin membelinya tapi tidak tau harus membeli yang mana, cepat pilih salah satu." Ujarnya bersikeras.

Suho dengan malas menyarankan untuk membeli semuanya jika bingung. Metode tercepat saat kau tidak tau harus memilih yang mana, cukup beli semuanya sekaligus.

Seojun berdecak sebal, "dasar tidak berguna," menimbang sebentar sebelum mengambil yang berwarna hitam.

Mereka kembali berkeliling, Suho walaupun malas sampai rasanya ingin berbaring ditanah, dia masih bergerak dengan enggan. Tidak tau darimana datangnya, tapi orang ini sepertinya tidak pernah kehabisan energi saat bersenang-senang, jauh berbeda dibandingkan saat disuruh belajar.

Setelah cukup lama berkeliling, hampir setiap sudut dari tempat ini sudah disisir oleh seojun. Di belakangnya, Suho benar-benar merasa lelah menjaga seojun yang terus melompat kesana kemari seperti belalang.

"Terimakasih," Suho menyerahkan lembaran uang untuk membayar dua gelas minuman ditangannya. Kopi hangat di tangan kiri dan susu stroberi di tangan kanan.

Desahan panjang keluar dari mulutnya melihat seojun memandang tak berkedip pada seorang anak yang tengah merengek, memegangi ujung baju ibunya untuk meminta sesuatu, sementara sang ayah mencoba membujuk ibu agar menuruti saja kemauannya.

Karena tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, anak itu perlahan dari yang merengek kini mulai menangis. Suho melihat seojun tersenyum kecil namun sekilas raut kesedihan tercetak dalam fiturnya yang tampan.

Dimasa lalu seojun juga berharap memiliki seseorang yang bisa dia tarik ujung bajunya, dia juga ingin merasakan rasanya merengek lalu menangis saat tak bisa mendapatkan sesuatu. Tapi dia tidak memiliki kesempatan untuk itu, dia menghela.

Bukan hanya kesempatan untuk merengek. Sejak kecil dia sudah dipaksa untuk mandiri, dan kini melihat anak kecil seperti itu di depan wajahnya, dia merasa dunia sangat tidak adil.

Han Seojun  (Suho X Seojun)Where stories live. Discover now