𓈊 01

4.4K 554 70
                                    

Bergerak pelan dibawah komando sang manajer, gadis yang sedang menjalani semester pertama perkuliahan itu sesekali mendapat bentakan karena lambatnya reaksi yang dia berikan.

"(Y/n)! Jangan lupa bawa dus-dus itu ke gudang!"

Tak ada bantahan, hanya ada iya dan siap. Sesekali gadis itu meringis pelan karena lengan juga siku yang ngilu karena terlalu sering membawa barang-barang berat.

Nasib jadi anak bawang juga sebagai perantau. (Y/n) sendiri asli Kyushu, Prefektur Fukuoka yang merantau ke Tokyo berniat adu nasib dan mendapat lebih banyak pengalaman juga kesempatan bekerja meski dalam keadaan baru memasuki jenjang kuliah.

Mengusap pelan lengan atasnya yang mulai mendingin karena udara malam yang sepertinya menolak jadi sahabat, manik (e/c) cerahnya menatap jalanan tempat minimarket dia bekerja.

"Semangat!" bahasa tanah kelahiran ibunya menguar pelan diudara bersamaan dengan uap dingin dari dalam mulutnya.

Dia baru saja kembali ke Jepang setelah menempuh pendidikan di tanah kelahiran ibunya, Indonesia. Membuat gadis itu menjadi cukup keras kepala akan keadaan ekonomi seburuk apapun.

Tubuhnya terbiasa bekerja keras sejak kecil. Mengeluh tak ada gunanya, hanya membuang-buang tenaga, lebih baik menggunakan tenaga-tenaga itu untuk menghasilkan cuan yang jelas berguna untuk kehidupannya.

Manik (e/c) cerahnya asing dinegeri sang ibu. Membuatnya kerap kali dikucilkan dimasyarakat.

(Y/n) dengan pakaian kerjanya berjalan memasuki ruangan gudang dan meletakkan dus mie instan kerak penyimpanannya. Tangan (y/n) mengusap bulir keringat yang menetes dari keningnya.

(Y/n) membawa beberapa bungkus makanan cepat saji kedalam toko untuk diisi ulang. Manik matanya bertemu tatap manik coklat sipit yang kini terlihat memandangnya.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?"

Laki-laki berambut pirang yang disisir kesamping itu terbatuk kecil sebelum berbicara, "itu... Aku ingin membeli sekarung beras."

Mata (y/n) mengerjap pelan, "beras yang merek apa tuan?"

Laki-laki itu menggeleng pelan, "aku lupa namanya, tolong bisakah kau mengantarku ke tempat stok beras?"

(Y/n) mengangguk dan berjalan lebih dulu lalu berhenti dirak stok beras yang ditata rapi olehnya dan beberapa teman sepekerjaannya.

"Silahkan dilihat berasnya," ucap (y/n). "Kalau begitu saya permisi."

Laki-laki itu menatap penuh kantung-kantung beras yang dijaja rapi bersamaan dengan nama pemilik lumbung beras.

Mata coklatnya jatuh pada merek beras familiar yang biasa dia gunakan. Tangannya langsung mengambil beras itu dan membawanya ke kasir.

"Kembaliannya tuan," ucap kasir menyodorkan beberapa ratus yen kearah laki-laki berambut pirang.

Laki-laki itu menggeleng, "berikan kembaliannya pada nona itu," tunjuknya pada (y/n) yang kini sibuk merapikan stan peralatan sekolah.

"Bonus untuknya yang sudah membantuku."

Laki-laki itu pergi meninggalkan sang kasir yang kini menggaruk tengkuknya. Kasir itu memanggil (y/n).

"Apa ada Kai-san?" tanya (y/n) bingung karena disodorkan uang kembalian.

"Ini, kau dapat tip bonus dari laki-laki berambut pirang yang membeli beras tadi." ucap Kai.

"Oh... Itu bagus!" (y/n) langsung tersenyum dan menerima uang itu. "Mau makan diluar nanti? Aku bayar dengan uang ini."

Kai mengangguk cepat, "nabe! Aku mau nabe!"

"Gass!"

"Eh? Gass?"

"Ha, maksudnya ayo!"

.
.
.

Sepanci nabe ludes dimakan oleh kedua perempuan itu. Banyak orang lalu lalang hanya untuk sekedar ingin tahu gadis berambut (h/c) yang terlihat sangat lahap ketika memakan potongan jamur dan buncis.

"Enak! Jarang-jarang aku bisa memakan makanan seenak ini!" ucap (y/n) memekik pelan.

"Kau benar! Hidup sebagai mahasiswa itu susah! Beasiswa yang didapat semuanya habis kekontrakan!" ucap Kai yang sepertinya mulai mabuk karena meminum beberapa gelas sake.

(Y/n) sendiri memilih mendengar ocehan temannya itu karena tidak mau meminum minuman pemabuk itu. Gawat kalau dia ikut-ikutan mabuk, harus ada satu kalau diantara dua orang yang tidak mabuk.

"Ano sa! Hik! Dosenku terlibat skandal dengan salah satu pejabat, dosenku itu langsung dikeluarkan dari universitas karena dianggap aib. Kasian sekali tapi aku tidak akan kasihan, Hik! Dia membuat nilai ku jatuh! Huweee~"

Kai menangis mengingat masa lalu suramnya. Sedangkan (y/n) malah fokus pada sayap ayam pedas yang ada dipiring Kai.

"Kai-san," panggil (y/n) yang dijawab deheman dan cegukan. "Boleh tidak aku makan ayammu?"

Kai mengangkat piring kearah (y/n). Wajahnya merah sempurna karena mabuk, "douzo, yang mulia kaisar"

"Aku bukan kaisar, tapi yah itadakimasu." jawab (y/n) mengambil ayam Kai.

Kai kembali merengek dan mulai menggesekkan pipinya keatas meja, "(y/n)~ kau manis sekali~"

"Terimakasih," jawab (y/n).

"Boleh tidak aku makan pipi bulatmu itu? Mereka terlihat seperti mochi~" Kai kembali cegukan. (Y/n) menyodorkan teh hijau kearahnya.

"Tolong tetaplah memakan hewan, jangan memakan manusia, terlebih lagi aku, hutangku masih banyak soalnya." ujar (y/n) menyelesaikan potongan daging udang terakhir didalam nabe.

(Y/n) duduk dan menatap Kai yang sudah mulai terlelap. Jarum pendek menunjukkan angka sembilan, sudah sangat larut dan (y/n) akhirnya berdiri membayar makanannya.

Tangan (y/n) menyangga tubuh Kai yang mabuk. Kaki (y/n) bergetar pelan menahan tubuh Kai yang berisi dibeberapa bagian tempat. "Berat."

"Kai-san, maaf tapi... Bisa tidak kau kurangi lemak didadamu? Tubuhmu sangat berat gara-gara itu."

.
.
.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

.
.
.

San: penutup sebelum tidur, oyasumi~

.
.
.

.
.
.

.
.
.

4 April 2021

✶ Rotation [N.Kento x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang