Golden Rose ~1~

1.4K 213 7
                                    

"Jangan berbelit-belit!" Ujarku yang sudah tak tahan ingin mendengar kebenaran.

"Sebenarnya apa yang kalian lakukan, tidur di area dapur seperti dua ekor tikus pengerat? Kalian kehilangan harga diri kalian." Ujar Evon yang to the point mengatakan kebenaran.

Aku masih kurang puas dengan jawaban Evon. Masih berfikir terlalu jauh. Aku mengerutkan kening seraya berfikir keras.

"Jadi...hanya itu?"
Aku benar-benar belum sepenuhnya percaya.

"Jadi kau berharap hal lebih dari ku? Tak akan pernah terjadi." Ujar Valion yang sudah ada di dalam ruangan dengan tampang normalnya lagi.

Ia sudah tak mabuk lagi. Wajah angkuh dan sombongnya sudah kembali seperti semula. Setelah melihat Valion, aku percaya bahwa tak ada yang terjadi diantara aku dan Valion.

Menghela nafas lega sembari menghapus pikiran kotor milikku.
Tunggu....pikiran?!

Aku melirik ke arah Rave yang tengah terkekeh puas. Aku melemparkan pandangan sinis ku padanya. Dia menyadarinya tapi tak menggubris sedikitpun.

"Baiklah cukup! Lupakan hal itu dan..."

Wanita itu...dia...mengapa dia ada disini? Dia mengatakan sesuatu...

Aku melihat wanita di mimpiku tengah berada di belakang Rave.

Kepalaku...sangat sakit...

***
Author's POV

Elson terus mengamati bulu burung yang ia ambil dari kamar asrama Athana. Sembari membulak-balik buku yang berjudul "Bird Spesies". Hingga ia akhirnya menutup buku itu dengan kuat sehingga terdengar hentakan dari lembaran buku yang ditutup. Elson menengok jendela dan terlihat bulan purnama tengah menghiasi langit malam yang berwarna biru gelap pekat.

Keesokan harinya, Elson pergi ke Asrama tanpa memberi tahu siapapun. Bahkan ia langsung menerobos asrama tanpa meminta izin kepada ibu Z. Seluruh siswi asrama nampak terkejut melihat kedatangan Elson. Ia bergegas pergi ke kamar Athana. Bulu burung itu masih ia genggam di tangannya.
Setelah masuk dan menutup pintu kamar, keheningan pun menemani Elson dengan segala penyesalan yang membebaninya saat ini.

"Bukan kah lebih baik kau segera bertindak dan kembali? Dari pada kau diam dan hanya menyesal?" Suara seorang gadis terlintas di telinga Elson.

Elson tak menggubris perkataan gadis misterius itu.

"Berhenti menghantui ku. Aku tahu ini mungkin salah satu rencana mu agar memancingku untuk kembali." Ujar Elson yang masih tertunduk dan terdiam.

Gadis itu terkekeh dengan perkataan Elson. Seakan Elson tengah melontarkan sebuah lelucon yang sangat lucu.

"Elson, apa kau tak ingin menyelamatkan gadis kesayangan mu itu?"

Elson mengangkat pandangannya. Amarah yang ia tahan nampak sulit untuk di kendalikan. Elson menatap tajam gadis yang tengah duduk di ranjang Athana.

"Kau tak akan lolos kali ini Irene."

Gadis itu tersenyum puas dengan ancaman yang di lontarkan Elson.

***
"Bunga...darah... kepercayaan yang hancur..."

Aku bergumam tanpa sadar. Devon melirikku dengan tatapan tajam.

"Efek sampingnya akan terus terasa selama 2 hari." Ujar Evon.

"Gadis kecil, kau memikirkan hal-hal aneh yang mengerikan. Isi kepala mu berantakan saat ini." Ujar Rave sembari menepuk-nepuk kepalaku.

Aku menepis tangannya.
"Aku sudah peringatkan aku tak suka di perlakukan seperti itu." Ujarku kesal.

"Sebaiknya kau pulang ke tempat Devon. Auranya sangat membingungkan dan membuatku tak nyaman." Ujar Evon sembari menutup matanya terpaksa.

My 5 Demons SweetheartWhere stories live. Discover now