2. Opsi Buruk

29 2 0
                                    


"Eomma tahu aku tidak makan rumput laut."

Haechan menatap meja makan cemberut, ibunya memasak sesuatu yang haechan tidak suka, bukan benci, hanya saja haechan tidak suka. Bukannya Haechan pemilih dalam makanan, dia hanya benar-benar tidak suka dengan rumput laut. Dia yakin seribu persen masakan ibunya enak.

"Tapi adikmu yang meminta, Eomma ada ayam di kulkas kalau kau mau." Haechan menatap adiknya di kursi tinggi tersenyum, bocah berumur empat tahun yang sayangnya luar biasa imut hingga ia bahkan tidak bisa menunjukkan amarah sedikitpun. 

"Ahhh begitu ya, Donghee yang mau ya, auh gemashnya." Mencium seluruh wajah adiknya gemas, baunya sangat wangi, haechan sangat suka. 

"Tidak perlu, aku makan di rumah Mark hyung saja, Mamanya kan masih di luar kota."

"Berhenti membuat rusuh di rumah Mark, ajak makan di sini saja."

"Tidak akan." Haechan mengecup pipi sang adik untuk terakhir kali, melewati ruang tengah di mana adik perempuan dan laki-lakinya yang lain sedang bermain game. Menggunakan sandal karet biru Haechan keluar rumah tanpa mengenakan jaket atau lapisan kain yang lebih tebal untuk melindungi diri di musim dingin. 

Berjarak lima langkah lebih sedikit Haechan telah sampai di sebuah rumah dengan pagar rendah yang kanan kirinya di penuhi tanaman tertutupi salju. Tanpa mengetuk, Haechan segera masuk ke dalam untuk menghindari angin dingin yang sialnya sangat menusuk, Haechan bernapas lega si anak pemilik rumah telah pulang sehingga pintu masuk tidak terkunci. 

"Mark hyung!" Lampu-lampu belum dinyalakan padahal matahari sudah hampir benar-benar lenyap, Haechan menyalakan semua lampu dan menuju kamar orang yang ia cari. 

"Mark hyung!" Pintu dibuka mendadak, si pemilik kamar yang sudah terbiasa dengan suara cempreng dan luar biasa merdunya milik Haechan berdehem tidak merasa terganggu. 

"Mark hyung belum makan kan?" 

"Belum." Mark mengambil kaos di bagian paling atas untuk ia gunakan, pria itu hanya menggunakan celana dan baru akan memakai bajunya. 

"Bagus." Haechan melesat pergi, Mark hampir mengikuti Haechan di belakang sebelum teriakan lain menghentikan pria berumur 20 tahun itu. 

"Keringkan rambutmu hyung!" 

*****

Haechan melihat isi lemari es milik Mark, mamanya meninggalkan banyak lauk yang bisa dipanaskan, pasti Mark bosan kalau makan itu lagi. Membuka rak yang lebih atas Haechan tersenyum menemukan ada beberapa kue beras dan kue ikan, mungkin dia akan membuat sup kue beras. 

"Iya Ma, ini sedang ada Haechan. Aku akan makan dengan baik." Mark berjalan menuju dapur sambil membawa ponselnya, ia bisa melihat Haechan dengan rambut coklatnya bergoyang-goyang setiap bocah tan itu bergerak. 

"Mark hyung ambil nasinya ya!" Haechan mengangkat panci yang penuh dengan kepulan asap tergesa-gesa. Mark yang seperti sudah sangat terbiasa dengan gesit segera meletakkan alas panci di atas meja makan sebelum mengambil nasi sesuai permintaan Haechan.

Mengatur sendok dan sumpit, Mark menunggu Haechan yang sedang mencuci tangan. Meja makan telah rapi dan diisi dua buah mangkuk nasi, sepanci sup kue beras panas yang baru matang, dan tentu saja favorite haechan yaitu kimchi.

Mereka makan dengan tenang. Haechan, walaupun bocah itu berisik, tetapi ia akan menjadi sangat kalem saat makan, begitu pula dengan Mark yang memang tidak banyak bicara. 

"Mark hyung harus membiasakan diri makan di rumahku kalau bibi sedang tidak di rumah, aku akan pergi jauh jadi tidak akan ada yang bisa memasak dan menemani Hyung makan." Haechan meminum sedikit air, sebelum melanjutkan makannya yang hampir habis. 

"Kalau tidak Hyung pasti terlihat menyedihkan. Wah aku sungguh orang yang sangat penting untuk hidup hyung." Haechan ingin menggoda Mark, sayangnya pria itu masih makan dan tidak membalas sama sekali. 

"Bagaimana ini? Nanti jika Hyung sendirian pasti akan sangat kesepian." Membuat wajah sok sedih, padahal dalam hati Haechan merasa sangat senang, lebih tepatnya menang.

"Ya sudah jangan pergi." Mark mengambil peralatan makan bekasnya dan Haechan untuk dicuci, ia tidak suka bahasan tentang Haechan yang akan pergi berkuliah di luar kota. Ia tidak suka membayangkan tidak ada Haechan di sekitarnya, ia tidak suka dengan opsi Haechan yang jauh dari jangkauannya.

Mark adalah seorang mahasiswa baru, ia setahun lebih tua dari Haechan dan berkuliah di sebuah universitas ternama yang jaraknya bisa dibilang sangat dekat dengan rumah. Mark mengambil jurusan bisnis sesuai keinginannya, setidaknya itu yang ia katakan jika ditanya oleh orang-orang. Mark si anak lelaki sederhana yang hidupnya sangat lurus, itu menurut Haechan. 

Haechan mengambil es krim yang ada di kulkas tanpa bertanya, bersadar pada meja di sebelah wastafel melihat Mark mencuci seluruh peralatan makan yang mereka gunakan tadi termasuk alat masak. Bila diingat-ingat lagi mereka sudah bertetangga dan bersama sejak kecil selama 18 tahun, Haechan jadi memikirkan perkataannya sendiri. Mark tanpa dirinya, apa yang akan terjadi pada pria itu?

Menurut Haechan, Mark itu sangat polos, hidupnya sangat lurus dan membosankan, jangan lupakan sifatnya yang terlalu baik pada semua orang dan terkadang suka dimanfaatkan. Mark memiliki banyak teman karna sifatnya yang baik dan perhatian, bahkan ia selalu memastikan tidak ada temannya yang merasa tertinggal ataupun sendirian.  Haechan bersyukur Mark juga selalu memiliki teman-teman yang dapat mendukungnya, hanya saja Mark itu sudah seperti ketergantungan pada Haechan. 

"Hyung belum bercukur, apa krim cukurnya habis?" Menghisap es krimnya lembut, Haechan menunjuk kumis tipis di wajah Mark yang mulai tumbuh tanpa tahu si lawan bicara ikut menjilat bibir melihat tindakan Haechan.  

"Bukankah aku jadi lebih tampan kalau tidak bercukur?" Mark tersenyum, alis camarnya terangkat menatap Haechan penuh tawa.

"Hyung seperti gelandangan, tampan dari mana?" Mark terbahak kencang, memang seperti inilah keseharian mereka, Haechan yang melucu dan Mark yang bagian tertawa. 

"Benarkah? Padahal aku rasa aku benar-benar tampan dengan kumis tipis seperti ini." Menyebalkan sekali, Haechan ingin memukul kepala Mark kalau saja dia tidak ingat si alis camar itu sedang mencuci piring. 

"Aku rasa Hyung akan benar-benar menjadi gelandangan jika aku tidak mengurus hyung." Haechan geleng-geleng kepala, Mark itu memiliki ibu seorang wanita karir yang sangat sibuk, walaupun ibu Mark juga memperhatikan anaknya, tetapi tetap saja ada bagian-bagian kecil seperti mengingatkan Mark untuk bercukur yang wanita itu lewatkan.

"Tidak akan, kan ada kau." Mengeringkan gelas dan piring dengan hati-hati, Mark tersenyum penuh arti pada haechan yang menatapnya datar. 

"Kan aku akan pergi, tidak mungkin aku akan bersama Hyung terus." Mata pudu itu memincing curiga, Mark walaupun terlihat sangat polos, tindakannya juga bisa sangat berbahaya. 

"Aku tidak bilang kalau kau akan menetap." 

"Hyung tidak merencakan sesuatu yang aneh kan?" Haechan was-was, ia tahu sifat Mark luar dalam, tetapi ada satu sisi yang Haechan hindari dan menjadi alasan terbesarnya untuk pergi dari sahabatnya ini. 

"Tentu saja tidak, apa yang bisa aku lakukan?"





Banyak hal Haechan-Minhyung 



TBC


Full SunWhere stories live. Discover now