Chapter One

214 45 4
                                    

"Lu suka cowok humoris gak?"

"Hah?"

Gak ada angin gak ada ujan, tiba-tiba aja Dejun nanya kayak gitu ke gue. Gue menatap cowok dengan kacamata itu bingung. Ini dia belom tau ya kalo gue suka sama Lucas dari semester empat?

"Gua ganti deh pertanyaannya. Tipe cowok ideal lu kayak gimana?"

"Kenapa?" tanya gue sambil menyendok kuah soto ayam yang tinggal dikit. "Lo mau memantaskan diri?"

"Kagak, anjir!" seru Dejun. "Sebagai sahabat yang baik, gua mau lu move on dari si Joni Joni itu. Jadi gua nanya tipe lu kayak gimana, biar kalo gua nemu yang sesuai kriteria lu, gua bisa kenalin ke lu."

"Tipe gue ya..." Gue menatap ke atas, seolah-olah mikir. "Yang tinggi, terus lucu, selera humornya bagus biar nyambung sama gue."

"Terus?"

"Terus terus nabrak." Gue meletakkan sendok dan garpu di mangkok yang udah kosong. "Sebenernya ya, gue jujur nih dari hati gue yang paling dalem, gue lagi nyari cowok yang extrovert, soalnya gue kapok sama yang introvert."

"Oh, si Joni itu introvert?"

"Jonathan," koreksi gue. "Nama dia Jonathan, bukan Joni."

"Cie belain mantan."

Ledekan Dejun gak gue gubris. Gue malah mengambil mangkok kosong di hadapan gue, dan hendak menaruhnya di tempat piring kosong yang udah disediain, tapi gue kembali duduk saat Dery dan Lucas tiba-tiba dateng dan mengambil tempat duduk masing-masing.

Dery duduk di sebelah Dejun dan Lucas duduk di sebelah gue.

Untuk beberapa saat, tatapan gue gak bisa lepas dari Lucas karena hari ini dia ganteng banget, ya Tuhan! Biasanya dia juga ganteng banget meski cuma ngampus pake kaos dan ripped jeans, tapi hari ini gantengnya super duper beda. Kayak aktor Hollywood di acara premiere film gitu.

Ya Tuhan, aku semakin terpesona.

"Buset, keren amat lu hari ini," ujar Dejun dengan muka julid. "Mau ke mana lu? Ada acara?"

Lucas tertawa pelan. "Yoi dong. Ada janji gua hari ini."

Wah, janji apa tuh?

Kali ini, Dery yang gantian kepo. Cowok itu bertanya sambil tersenyum miring, "Janji ngapain?"

Baru Lucas mau jawab, Dejun udah memotong duluan, "Oh, udah ada gebetan ya lu?"

Kretek kretek.

Gue tersenyum meledek Lucas, ngikut-ngikut yang lain. Padahal dalam hati gue rasanya kayak nyes gitu.

"Kepo lu," jawab Lucas sambil senyum malu-malu, membuat gue semakin yakin kalo omongan Dejun emang bener. Soalnya dulu temen gue, Calvin, pernah kayak gini juga. Tiap ditanya soal cem-cemannya, dia selalu jawab 'Kepo' tapi sebulan kemudian taunya jadian.

Dery masih tertawa mengejek. "Asik, ada yang mau juga sama lu."

Pandangan gue terarah pada cowok dengan rambut hitam kecoklatan yang udah agak panjang itu.

Der, cewek yang mau sama Lucas banyak banget.

Gue salah satunya.










"Kok lu lemes banget." Dejun menyenggol lengan gue. "Padahal udah makan nasi kuning sepiring."

"Lu sakit?" tanya Dery.

"Engga kok," jawab gue lemes. Iya sih gue udah makan nasi kuning sepiring dan satu piring nasi kuning yang dijual di kantin fakultasnya Dejun tuh banyak banget, bisa buat dua orang. Tapi tetep aja gue jadi loyo gara-gara gebetanku lagi jalan sama gebetannya sekarang.

Ya ampun mau nangis gue rasanya.

"Eh." Gue tiba-tiba berhenti pas kami lewat depan Starbucks. Dejun dan Dery ikutan berhenti. "Gue baru inget ada janji sama Mina di sini."

"Mina?"

"Michelle Nadya Halim, anak hukum, seangkatan sama kita. Pacarnya Brian Juandra," jelas gue. "Udah ya, gue duluan. Bye!"

Gue melangkah dengan lesu ke dalam Starbucks. Setelah mengambil pesanan gue, gue mendapati Mina yang lagi sibuk sama laptopnya di meja dekat jendela.

"Mi."

"Heh, akhirnya dateng juga lo." Mina menunjuk kursi kosong di hadapannya. "Sana duduk. Ngomong-ngomong, lo loyo banget kayak belom makan setahun."

"Ya gimana gue gak loyo," kata gue sambil menarik kursi. "Lucas lagi jalan sama gebetannya."

"Astaga, perkara cinta lagi ternyata." Mina menggelengkan kepalanya, menatap gue prihatin. Temenan lama dari kelas 11, Mina udah hafal banget kalo gue yang selalu happy mendadak jadi loyo ya pasti gara-gara cinta. "Lo tau dari mana? Dia bilang ke lo kalo dia mau jalan sama gebetannya?"

"Engga sih. Cuma dia hari ini rapi banget, wangi parfumnya juga beda. Sempet diledekin juga sama Dejun Dery, tapi dia malah ketawa malu-malu."

Mina menepuk lengan gue berkali-kali. "Waktu itu gue pernah baca, dibalik lo nge-crush-in seseorang, tanpa lo sadari, ada yang nge-crush-in lo juga."

"Aduh, yang kayak gituan mah adanya di novel-novel, Mi. Kenyataan mana ada."

Gadis dengan rambut hitam panjang yang diurai itu berdecak. "Ada tau! Cuma mungkin lo aja yang gak peka jadi lo gak sadar kalo ada yang suka sama lo."

"Gue peka banget, Mi. Biasanya kalo yang punya rasa sama gue keliatan kok dari sikap dia ke gue atau tatapan matanya. Tapi kenyataannya gak ada, Mi," kata gue ngotot. Bukannya gue batu ya, tapi kalo emang gak ada, masa gue ada-adain?

"Dih, lo mah. Mestinya lo aminin dong, kan omongan adalah doa. Kok lo malah pesimis gitu." Mina meneguk Latte-nya, lalu kembali melanjutkan, "Lagian lo juga cantik, humoris, sopan, pinter cari topik lagi. Bisa bikin mood naik juga. Apa sih yang gak bisa lo lakukan?"

"Dapetin hati Lucas."

"Ya Tuhan, Lucas lagi dong!" Mina menepuk keningnya. "Lo dari pada sama Lucas yang udah jelas punya gebetan, kenapa lo gak sama Dejun aja sih? Lagian Dejun juga udah tau baik buruknya lo."

"Hah? Apaan dah?" Gue dengan cepat menggeleng. "Gaaak! Gue gak suka sama Dejun. Ganteng sih tapi bukan tipe gue."

"Yaudah sama Dery aja. Gue liat lo berdua cocok. Sama-sama bisa cairin suasana."

"Aduh, Mi. Cukup, jangan jodohin gue!" seru gue. Gak sanggup lagi dengan sikap Mina yang tiba-tiba sok-sok jodohin gue padahal move on aja belom. Niatnya aja belom ada. "Mendingan kita ngomongin yang lain aja, jangan ngomongin ginian."

"Lo mau kita ngomongin apaan?" Mina menatapku bingung. "Gue sama Brian lagi baik-baik aja, masih bucin kayak biasa. Nanti kalo gue cerita, kesian lo cuma bisa menghalu."

"Ya apa kek gitu?" jawab gue sambil mikir. "Kalo ngebahas soal tugas, kayaknya udah bosen ya? Lo udah tau tugas gue banyaknya kayak apa, dan gue juga tau tugas lo kayak gimana. Jadi menurut lo kita enaknya ngomongin apa?"

"Gimana kalo ngomongin lo yang cocok sama Dery?"

Gue berdecak. "Sumpah, Mi. Gue tau niat lo baik pengen gue cepet punya pacar, tapi gak main jodoh-jodohin gue juga."

Mina tertawa hingga kedua matanya menyipit. "Yaudah, iya. Gue gak bakal jodoh-jodohin lo lagi."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 04, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love to LostWhere stories live. Discover now