27

29.1K 1.3K 75
                                    

Hari itu tak biasanya Ghea tiba-tiba meminta pulang lebih awal, padahal baru sore hari. Biasanya mereka akan kembali ke cottage ketika malam, setelah selesai menikmati suasana malam di pusat kota. Gabriel yang khawatir jika Ghea terlalu lelah, kemudian memberitahukan sang pemandu tur bahwa tur mereka selesai lebih awal. Ketika pulang, Ghea tidak banyak berbicara dan langsung masuk ke kamar mandi, membersihkan diri dan berbaring di ranjang, membuat Gabriel sangat khawatir. Gabriel sudah berkali-kali menanyakan apakah gadis itu baik-baik saja, namun Ghea selalu menjawab jika dirinya baik-baik saja.

Karena dirasa Ghea tidak ingin diganggu tidurnya, Gabriel kemudian pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya, sekaligus mandi. Sudah berapa hari ia puasa seks, sebab Ghea sedang hamil anaknya dan gadis itu juga tak ada tanda tanda ingin tidur dengannya. Gabriel tentu tidak bisa menyerang gadis itu seperti dulu, sebab anaknya bisa dalam bahaya. Gabriel yang memiliki libido tinggi tentu terpaksa harus memuaskan dirinya sendiri dengan kondisi Ghea yang rentan itu.

Gabriel yang telah selesai mandi, kemudian memakai jubahnya sebelum keluar dari sana. Ketika ia keluar dari kamar mandi, matanya langsung bertabrakan dengan Ghea yang sedang duduk di ranjang dengan pipi merah padam. Gabriel menelan ludahnya dengan kejantanannya yang mulai menegak kembali ketika melihat Ghea memakai lingerie pink yang sangat terbuka itu. Lingerie itu membungkus dada Ghea yang semakin berisi dan memperjelas lekuk pinggul gadis itu. Kehamilan Ghea yang masih muda membuat perutnya tak terlalu menonjol. Di rambut gadis itu ada pita kecil yang manis dan tak lupa Ghea memakai kaos kaki putih -seolah gadis itu tahu Gabriel menyukainya.

Ghea tidak kuat melihat Gabriel, sebab tatapan pria itu dalam, seolah ingin memakannya. Pipi Ghea merah padam, bahkan sampai ke telinga. Ghea meremas sprei ranjang itu dengan perasaan malu, karena ditatapi intens.

"A-aku... um..." Ghea kebingungan sendiri, sebab Gabriel tidak mengatakan apa-apa dan hanya melihatnya. "K-kau menyukainya, Sir? A-aku akan memakai bajuku kembali j-jika k-kau-"

"Aku menyukainya," potong Gabriel pelan sambil meregangkan ototnya, seolah bersiap untuk berolahraga. "Aku hanya sedang berpikir apa yang akan aku lakukan padamu, Ghea."

Ghea merasakan dengan jelas ada nada memangsa di sana. Jantung Ghea berdebar sangat kencang. Ada satu sisi ia merasa malu, namun juga di sisi lain, ia bersemangat untuk malam ini. "B-bercinta?" jawab Ghea polos, membuat Gabriel mengerang pelan, menyadari ia tidak boleh menyentuh Ghea dengan kuat malam ini, padahal gadis itu sangat memikat.

Gabriel berjalan mendekati Ghea, membuat jantung Ghea semakin bergemuruh. Gabriel duduk di sisi ranjang, berusaha menimbang harus selembut apa dirinya malam ini.

"Aku takut menyakitimu, Ghea," ucap Gabriel sambil menghela nafas pelan, kemudian menggerakkan tangannya untuk menyentuh dada Ghea yang masih terbalut lingerie.

"Kau tidak menyakitiku, Sir," balas Ghea sambil tersenyum pada Gabriel dan melingkupi tangan pria itu di dadanya. Gabriel mendekat hingga wajah keduanya kini hanys berjarak beberapa senti saja.

Gabriel mengusap puting Ghea dari luar lingerienya, membuat Ghea mendesah lembut sambil merapatkan kakinya tanpa sadar. Gabriel kemudian menarik turun lingerie itu hingga menampilkan dada Ghea yang semakin besar karena sedang hamil. Diusapnya puting Ghea lagi sambil sesekali menekannya.

"Engh... Sir..." desah Ghea sambil menggigit bibirnya sendiri.

Gabriel menangkupkan tangannya di dada Ghea kemudian meremasnya, membuat Ghea memejamkan matanya merasakan sensasi sensual. Gabriel menunduk kemudian memberikan kecupan di leher Ghea di kala remasannya kian intens dan kuat.

"Akh!" keluh Ghea ketika merasakan remasan Gabriel terlalu kuat.

"Itu adalah cara terlembutku, Ghea. Aku takut menyakitimu. Kau kecil dan rapuh," gumam Gabriel lagi dengan nada khawatirnya yang terdengar jelas.

BEHIND THE SCENEWhere stories live. Discover now