1. Tawaran Pulang Bareng

866 92 6
                                    

Haruto mendumel sepanjang jalan menuju kantin. Alasanya tidak jauh-jauh dari disamakan dengan abangnya sendiri. Yoonbin.

Orang-orang tuh kenapa sih?

Matanya minus, ya? Jelas-jelas mereka itu berbeda. JAUH BERBEDA. Yoonbin suka makanan pedas, Haruto tidak suka (lebih tepatnya tidak bisa). Yoonbin tidak suka makanan terlalu manis, Haruto justru suka. Yoonbin yang selalu flat, Haruto yang moody-an. Yoonbin pendek, Haruto tinggi. Bahkan orang bilang Haruto itu tiang berjalan.

Sampai sini, mereka tuh berbeda.

Paham?






Haruto duduk di samping Jeongwoo dengan cemberut, tak peduli ketika ia mengambil kentang goreng cowok bermarga Park di sampingnya.

"Heh, kentang gue!" Jeongwoo memukul pelan punggung tangan Haruto membuat kentang goreng yang suda diambil jatuh ke piring kertas.

"Minta satu doang," ucap Haruto masih tak acuh mengambil kentang goreng yang baru.

Jeongwoo berdecak pelan, lekas menjauhkan piring kertasnya dari jangkauan tangan Haruto. "Lo bisa minta yang lain, tapi nggak untuk kentang goreng!"

Haruto merenggut mendengar itu, ia menoleh menatap Junghwan yang duduk di hadapannya. Barangkali si empu nama sadar ditatap, ia pun mendongakkan kepala hanya untuk menemukan Haruto menatapnya dengan mata membulat memohon belas kasihnya. Junghwan menipiskan bibir, tanpa kata menyodorkan piring kertas berisi kentang gorengnya pada Haruto.

Yang disodorkan piring langsung memasang ekspresi sumringah, dan dengan senang hati mengambil dua potong kentang goreng dan mencocolkannya ke mayonaise.

"Badmood?" tanya Junghwan.

Haruto menatapnya sebentar lalu menggeleng. Menyanggahnya.

"Terus kenapa dateng-dateng cemberut?" Junghwan dengan perhatian kembali bertanya.

"Langsung minta kentang goreng gue lagi!" sahut Jeongwoo sedikit sebal.

Haruto berhenti mengunyah, tetapi ekspresi di wajahnya semakin cemberut saja membuat kedua temannya menatap bingung. Keduanya saling tatap, detik berikutnya mereka mengerti.

"Aaaa, tentang Kak Yoonbin?" tanya Jeongwoo memakan kentang gorengnya.

Haruto mengangguk kecil. Junghwan kali ini terkekeh kecil membuat Haruto menatapnya. "Ngapain ketawa? Emang lucu?!" tanyanya sensi.

Junghwan menggeleng pelan. "Nggak, nggak ada yang lucu." Junghwan memperbaiki posisi duduknya sebentar. "Kenapa sih lo selalu nggak suka setiap disamain sama Kak Yoonbin? Lo, kan, Adeknya."

Haruto memutar bola matanya malas. "Adek? Masa, sih? Gue malah pernah berpikir kalau Bang Yoonbin itu bukan Kakak gue."

"Heh, mulutnya!" Jeongwoo langsung menabok pelan mulut Haruto setelah cowok itu selesai bicara.

Haruto berdecak pelan, menatap Jeongwoo dengan sinis. Yang ditatap balas melotot kecil membuat Haruto juga ikut melotot ke arahnya.

Junghwan menatap keduanya malas. "Jangan jadi Adik durhaka-lah."

Haruto menoleh. "Dia duluan yang jadi Abang durhaka!"

Junghwan menghela nafas lelah. Ya sudahlah terserah Haruto, ia tak mau ambil pusing. Toh, entah kapan, anak itu akan sadar sendiri.

Lagi pula, untuk apa repot-repot mengurusi urusan orang, kan.

*

Haruto duduk sendirian di pos satpam menunggu mobil yang biasa menjemputnya. Sesekali ia akan menghentakan kakinya ke lantai, mengusir rasa bosan, sembari menatap sekitar.

ABANGDonde viven las historias. Descúbrelo ahora