🧶Kisah Ketujuh

23K 2.6K 173
                                    

"Mulai hari ini saya nyatakan kalian sebagai pasangan suami istri." ucap sang pendeta memberkati kedua mempelai yang berada di depannya. "Sekarang saya izinkan kalian untuk mencium satu sama lain sebagai tanda."

Mark dan Haechan saling memandang, Mark dengan setengah hati langsung mencium kening Haechan, hanya dalam waktu singkat sebagai formalitas menurutnya.

Pernikahan ini dilaksanakan secara tertutup, hanya keluarga Jung yang datang. Sedangkan orang tua Haechan? Mereka tidak datang, bahkan untuk menghubungi mereka Haechan tidak bisa, orang tua Haechan benar-benar menghilang entah kemana. Ayah dan mae nya benar-benar menjauh dari dirinya. Haechan tiba-tiba menangis tersedu, dia tidak kira akan menikah dengan Mark secepat ini. Haechan dapat melihat ada siratan keterpaksaan yang dipancarkan oleh Mark.

(flashback)

Haechan menghapus air matanya yang mengenai pipi hingga dagunya, sudah cukup dia berkeluh kesah. Sepertinya Haechan harus pergi dari kediaman keluarga Jung, tidak ada ketenangan dan kenyamanan baginya di sana. Haechan tahu ini salah, tapi dia sudah pasrah kepada tuhan.

"Kamu yakin akan meninggalkan kediaman keluarga Jung."

Haechan mengangguk.

"Aku yakin bi, aku memiliki tabungan dari hasil bekerjaku dulu. Itu cukup untuk beberapa bulan dan untuk menyewa. Mungkin setelah ini aku akan mencari pekerjaan lagi."

"Hahhh__bibi hanya bisa menerima keputusanmu Haechan. Tapi jangan lupa hubungi bibi jika kau ada keperluan atau apapun itu."

Bibi Bongcha membawa Haechan pada satu pelukan yang hangat, tapi tiba-tiba bibi Bongcha langsung terdiam saat melihat seseorang yang kini tengah berdiri di belakang tubuh Haechan.

"Tuan." ucapnya pelan.

Mendengar kata tuan, Haechan langsung melepaskan pelukannya dan memutar arah tubuhnya. Dia tidak kalah terkejutnya saat melihat sosok Mark yang sudah berdiri dan memandang ke arahnya dengan tatapan tajam.

"Kau tidak akan kemana-mana, kau akan tetap diam di rumahku. Bersama keluargaku dan bibi Bongcha." ucapnya dingin.

"Mengapa?" jawab Haechan ragu-ragu.

"Karena kau, akan menikah denganku. Bukankah itu yang kau inginkan."

Tubuh Haechan tiba-tiba membeku seketika. Perasaan campur aduk langsung menggerogoti dirinya. Dia benar-benar tidak bisa lepas dari keterkaitan keluarga Jung

Selama perjalanan pulang, tidak ada pembicaraan yang dilakukan oleh Haechan atau yang lainnya. Saatnya kembali ke rumah keluarga Jung, atau bolehkah Haechan menyebutnya rumah mertua? Entahlah, Haechan tidak tahu situasi atau peran apa yang sedang dia perankan sekarang ini.

Haechan tetap menundukkan kepalanya dalam, ia tidak berani menegakkannya. Sebelum memasuki mobil, dia sempat bersitatap dengan Mark, Haechan sangat memahami tatapan itu. Walaupun status mereka berubah dari majikan dan pembantu menjadi sepasang suami-istri, Haechan dapat tahu jika tatapan Mark yang diberikan padanya adalah sebuah penolakan yang sangat besar. Ia sadar akan hal itu.

Salahkah pernikahan ini? Pernikahan yang penuh dengan drama dan keterpaksaan. Haechan menanamkan pada dirinya bahwa pernikahan ini hanya panggung baginya. Dia tidak boleh berharap lebih, tapi baginya dia tetap harus mengurus Mark, karena dia adalah suaminya.

"Dasar bocah licik! Sekarang kau sudah berhasil!" baru saja Haechan memasuki rumah megah itu, dia sudah mendapatkan teriakan dari Taeyong. Melihat mommy mereka yang mengamuk, Jeno dan Sungchan lebih memilih kembali ke kamar masing masing.

"Yongie! Apa yang kau katakan sayang." Jaehyun mencoba untuk menenangkan sang istri.

"Biarkan saja biar dia tahu, aku yakin kamulah yang sudah menggoda dan menjebak anakku! Ingat! Walaupun kau sudah menikah dengan anakku, statusmu tetap seorang pembantu di rumah ini, camkan itu." Taeyong tidak puas hanya dengan meneriaki Haechan, dengan emosi yang meluap Taeyong dengan kerasnya mendorong tubuh Haechan hingga terjerembab ke lantai.

Mark terkejut dengan tindakan yang dilakukan oleh mommy nya, tapi ia pura-pura tidak melihatnya, ia alihkan pandangannya ke tempat lain agar dia tidak melihat tatapan Haechan yang memohon meminta pertolongan.

"Yongie!" bentak Jaehyun dengan nada tinggi.

"Sampai kapanpun aku tidak akan sudi menerima laki-laki licik ini menjadi menantu, sekali pembantu tetap pembantu."

Taeyong kembali ke kamarnya, meninggalkan kekacauan yang dia perbuat sendiri. Dia tidak peduli jika Jaehyun akan memarahinya habis-habisan setelah ini.

Jaehyun membungkuk dan membantu Haechan untuk berdiri. Ia usap pucuk kepala itu penuh kasih sayang, memberikan kekuatan pada menantu manisnya ini.

"Tolong bersabarlah menghadapi sikap Taeyong, dia sekarang adalah mertuamu. Dia sebenarnya baik. Hanya saja dia belum mempercayai dan menerima kondisi yang ada tolong Haechan jangan membencinya."

"Ya tuan." jawab Haechan dengan suara kecil.

"Jangan, aku bukan tuanmu. Panggil aku dengan sebutan ayah."

"B-baik ayah." jawabannya dengan ragu-ragu.

"Mark, sekarang bawa Haechan ke kamarmu. Sekarang dia sudah menjadi istrimu, jadi mulai  malam ini Haechan akan tidur bersamamu."

"T-tapi ayah___" Mark mencoba membantah.

"Tidak ada tapi-tapi atau nanti. Sekarang ceapt bawa Haechan! Dia pasti sudah lelah." setelah memberikan perintah pada Mark, Jaehyun juga pergi ke dalam kamar untuk menyusul Taeyong di sana.

Mark menghela nafas panjang, hari ini benar-benar menguras segala pikiran, tenang, dan emosinya. Tapi, karena tidak ingin mendengar kemarahan dari sang ayah Mark mau tidak mau harus membawa Haechan ke kamarnya.

"Ikut aku!" Mark melangkah terlebih dahulu, meninggalkan Haechan yang penuh keraguan. Dengan takut-takut ia mulai melangkah mengikuti Mark sampai ke lantai dua, tepatnya di depan kamar Mark.

"Masuk!" ucapnya dengan sedikit bentakan kepada Haechan yang masih diam di ambang pintu, dia membuka pintu itu namun enggan untuk masuk.

"Aku bilang masuk! Apa kau tuli?! Aku tidak punya waktu untuk mengurusi kebimbanganmu itu!" ucapnya dengan tatapan tajam ke arah Haechan.

Buru-buru Haechan menyeret kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Dia benar-benar takut jika Mark sudah menatapnya seperti itu, tepat saat Haechan berada di dalam. Mark langsung membanting pintu itu keras membuat Haechan terlonjak kaget, Mark tidak ikut masuk ke dalam.

Haechan menghela nafas panjang, hari ini benar-benar melelahkan. Bahkan untuk menangis saja Haechan tidak bisa, dia hanya menatap kosong ke dalam kamar yang terasa hampa dan gelap.

Sakit.

Sesak.

Takut.

Sepi.

Terkucilkan.

Terlalu banyak emosi yang Haechan terima.

Ia mengadah.

"Tuhan, aku tidak akan pernah berhenti untuk percaya pada-Mu. Aku selalu yakin dengan semua rencana yang telah kau atur, bahkan dalam skenario paling buruk yang harus aku mainkan dengan peranku. Tapi satu yang aku pinta, tolong jaga bayi kecilku ini."

enjoy for readingsalam _dwaekki🐻

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

enjoy for reading
salam _dwaekki🐻

[06][pt. 1] Beautiful PainWhere stories live. Discover now