3. Move Away

280 23 0
                                    

🖇 S E L A M A T  M E M B A C A 🖇

_____

"Sayang, kalau taruh sepatu tuh yang benar," gerutu Gladis. Memungut sepatu dan kaus kaki yang ditaruh Juna di bawah rak.

Hampir setiap hari Gladis mengatakan itu, tapi Juna tetaplah Juna. Lelaki itu masih santai saja memakan buah melon di depan televisi, melirik Gladis sekilas sambil terkekeh.

"Ini jas, kenapa ditaruh di sofa? Bukannya langsung ditaruh cucian."

"Pulang-pulang ngomel mulu kamu." Juna menepuk sofa di sebelahnya, ia menyuruh Gladis duduk.

Gladis mencium punggung tangan Juna sebelum duduk, lalu Juna membalasnya dengan mengecup singkat pipi Gladis. Kebiasaan mereka sejak menikah.

Wanita itu baru saja pulang kerja. Sementara Juna sudah pulang setengah jam yang lalu, mereka memang sengaja membawa mobil sendiri karena arah kantor yang berlawanan.

"Habisnya kamu." Meski kesal, Gladis tetap menerima suapan melon dari garpu Juna.

Seperti biasa, sejak mereka memutuskan untuk tinggal terpisah dengan orang tua, sepulang bekerja mereka akan menonton televisi dulu atau sekadar berbincang ringan sambil makan camilan, menceritakan hal apa saja yang mereka lalui di kantor masing-masing.

"Sayang, buah di kulkas udah habis. Kamu nggak mau belanja?" tanya Juna, menghirup aroma shampoo Gladis sambil memeluk pinggang sang istri.

"Nanti aja, aku lagi malas belanja."

"Kok gitu?" Sela Juna. Dia memang suka makan buah apapun yang dikupas Gladis, biasanya istrinya itu akan memotong buah-buahan untuk dijadikan salad.

"Iya nanti beli. Mau buah apa?" Gladis berusaha menahan geli saat Juna mengusapkan wajahnya di ceruk leher. Sepertinya Juna belum bercukur.

"Apa aja, aku mau mandi dulu nanti aku antar belanja." Juna beranjak setelah mendaratkan bibirnya di bibir Gladis sekilas.

Setelah mereka menikah, Juna sering sekali memberikan kecupan pada Gladis saat lelaki itu ingin pergi kemana pun.

Gladis menghela napas, memperhatikan punggung Juna yang hilang setelah ia membuka pintu kamar.

__________

Sudah dua bulan berlalu. Gladis banyak belajar memasak dan mengurus apartemen kecil yang ia tinggali bersama Juna. Ia belajar hal kecil mengenai apapun, tentang rumah tangga.

"Harusnya sih, takaran setengah sendok teh udah cukup," celetuk Gladis.

"Gue tambah satu sendok lagi, pas kuenya udah jadi, suami gue nggak mau makan Dis."

Gladis tertawa sambil berjalan untuk mematikan kompor. "Ya bantet tuh kue."

"Kapan-kapan gue coba lagi."

"Emangnya lo nggak kerja Zha?" tanya Gladis, sambil menuang sayur sop ke dalam mangkuk.

"Nggak Dis, Tristan larang gue kerja. Lo jangan bilang siapa-siapa dulu ya, sebenarnya gue ngisi."

Gladis tersedak. "Gercep banget lo berdua."

"Hehehe, nggak tahu. Gue mual banget semalam cium parfum Tristan, gue usir sampai dia tidur sofa."

"Durhaka sama suami lo," kata Gladis.

"Hormon Dis, hormon orang hamil."

"Iya juga, sih."

"Eh, Btw Dis, lo nggak ada rencana mau punya anak cepat sama Juna?"

"Juna bilang, yang penting usaha. Dia nggak bilang mau punya cepat-cepat sih, gue juga nggak mau buru-buru punya anak."

Trouble After Marriage (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora