16Sixteen16

37.6K 2.9K 127
                                    

Jooheon melepaskan mantelnya dan memakaikannya pada Changkyun. Lalu menuntun Changkyun agar masuk mobil.

Changkyun menahan tubuhnya sendiri agar tidak terseret oleh suaminya.

"Changkyun mohon hikss...."

"Kau perlu ganti baju sayangku, begitu pula dengan bayinya. Apa kau tidak kasihan?" Ucap Jooheon sembari membujuk.

Mengingat anaknya, membuat Changkyun menurut dan masuk pada mobil.

Anaknya akan iritasi nantinya jika tidak segera dibersihkan.

.

Sampai pada istananya, Jooheon langsung membawa Changkyun pada kamarnya.

"Nam-Il urus segera bayi itu, aku yang akan mengurus Changkyun."

"Baik Tuan."

Wanita paruh baya tersebut mengambil Ryuu dari gendongan Changkyun, dengan tidak rela, Changkyun melepaskan Ryuu untuk Nam-Il mandikan.

Dan kemudian, setelah Nam-Il tak lagi terlihat. Jooheon segera memandang Istrinya.

"Kau kabur."

Bukan pertanyaan, namun mutlak pernyataan. Changkyun yang ditatap oleh Jooheon hanya dapat menundukkan kepalanya.

Menahan isak tangisnya dengan mengigit bibir bawahnya.

"Kau membahayakan diri sendiri, tau? Itu sudah larut malam dan kau membawa bayi. Bagaimana jika kalian berdua di culik?"

Menghela nafas, Jooheon lantas menarik Changkyun agar masuk kamar mandi.

Membuka baju pasien Changkyun dan mendudukkan Changkyun pada bak mandi kosong.

Lalu,

Jooheon menyeka tubuh Istrinya dengan perlahan.

Dengan hati-hati juga, ia mengelap bagian perut Changkyun yang terdapat luka operasi disana.

"Apa ini sakit?"

Changkyun sedikit mengangguk, perjalanan yang jauh semalam juga membuat lukanya semakin terasa sakit.

"Jangan lakukan itu lagi, itu berbahaya."

Selesai membersihkan Changkyun, Jooheon segera menggendong Changkyun dan ia pakaian baju piyama satin berwarna navy.

"Tuan?"

Nam-Il datang dengan mengendong Ryuu, masih berdiri didepan pintu.

"Kemari." Suruh Jooheon.

Nam-Il segera berjalan, dan menyerahkan Ryuu pada Jooheon. Changkyun kemudian menangis.

"Bibi kenapa memberikannya pada Jooheon hyung? Hiksss.."

"Tu–tuan....."

"Sekarang kau pergi."

Nam-Il segera pergi setelah Jooheon bersuara.

"Namanya?"

Changkyun menatap Jooheon dengan wajah basahnya.

"Ry–Ryu Jin hiksss.."

"Nama yang bagus, dan tentunya akan lebih bagus lagi jika nama depannya adalah Lee Ryu Jin".

Sontak Ryuu menangis, ia haus dan lapar. Maka Jooheon segera menyerahkan anaknya pada Istrinya.

"Dia laki-laki kecil yang rakus." Jooheon berkata datar, namun matanya memancarkan kehangatan saat menatap Ryuu menyesap susu Istrinya dengan rakus.

"Tolong, jangan pisahkan aku dengan Ryuu. A–aku mohon". Changkyun mengusap kepala anaknya, berkata dengan kerongkongan yang tercekat.

Jooheon yang duduk di tepi ranjang sedari tadi langsung membelai rambut Changkyun.

"Istriku tak pernah memohon. Kau orang tinggi, tidak sepantasnya memohon. Ingat, kau Istri dari seorang Lee Jooheon".

Jooheon ingin kembali mendengar ucapan cinta dari Changkyun, ingin mengatakan kenapa kabur padahal ia mencintainya.

Setakut itukah ia akan di pisahkan dengan anaknya?

"Jangan menangis lagi, dan kau harus makan. Aku tak mau Istri ku kurus karena kelaparan." Jooheon beranjak dari duduknya dan keluar kamar.

Changkyun segera merebahkan diri dan mendekap Ryuu yang masih menyusu.

"Ibu janji akan selalu bersama Ryuu".

Lalu ia terlelap akibat kelelahan. Jujur saja, tubuhnya terasa sakit sekali. Di tambah matanya yang lelah.

.

Sore hari Changkyun terbangun, dan merasa ada yang aneh. Meraba kasurnya karena tidak mendapati Ryuu di sampingnya.

"RYUUUUU!!!! HIKSSS...."

Changkyun menyingkap selimut dan segera berlari keluar dengan begitu kencangnya. Menuruti anak tangga dengan begitu cepat.

"Tuan!"

Pelayan terpekik ngeri.

"RYUU! BIBI DIMANA RYUUU!!! RYUU! HIKSSS!! AGHHH! RYUU!!" Changkyun berteriak histeris dengan linangan air matanya yang deras.

Nam-Il segera mengejar Changkyun.

"Tuan?! Tuan muda?!"

Changkyun melangkah keluar dari sangkar emasnya. Bunyi sirene amat memekakkan telinga terdengar dan Changkyun tak perduli itu.

"Bodoh! Apa yang kalian lakukan?! cepat kejar Tuan muda." Nam-Il berujar pada pengawal didepan pintu.

Mata Changkyun mengabur karena air matanya, namun ia terus berlari hingga ia terjatuh.

"Hiksss Ryuu.... Maafkan Ibu hikss". Changkyun menyesal, kenapa ia harus tertidur dan kini ia kehilangan anaknya.

Kehilangan malaikat kecilnya.

.

.

tbc....aja lah.

Mau diterusin, tapi udah 500++ words🤤 dan terpaksa harus continue....

Gimana kalo buat kesepakatan?.

Nyampe 50+ vote, double up? Harii ini juga

HUSBAND ; JOOKYUN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang