04

3.1K 496 93
                                    

00:12

Rasanya seluruh tubuh lisa bisa remuk kapan saja, sudah terbiasa memang. Tapi tetap saja, rasa lelah tetap menghampirinya. Ini sudah lewat tengah malam, dan setengah jam lagi kafe miliknya akan segera di tutup.

Beberapa karyawan masih terjaga dengan shif malam.

Sementara lisa memang berniat pulang ke rumah untuk mengistirahatkan tubuhnya, dan...berjumpa dengan anak kesayanganya yang pasti menunggunya pulang larut malam seperti biasa. Percuma melarang haruto yang keras kepala yang menurun dari sifat ayahnya.

Anak 17 tahun itu sungguh kepala batu menunggu lisa sampai pulamg baru haruto akan tidur.

Lisa mengedarkan pandangannya keseluruh kafe nya yang mendominasi warna coklat. Menghela nafas pelan melihat beberapa karyawan kafe yang masih teralalu muda. Masih seumuran haruto yang harus bekerja keras. Mau gimana lagi? Lalisa hanya merasa kasihan pada meraka yang memohon untuk diterima kerja di kafenya.

Lisa yang tak tega karena pernah mengalami hal yang sama.

Tangannya sudah menenteng tas kecilnya, berjalan pelan menuju meja kasir dimana penjaga kasir seorang gadis yang tampak mengantuk.

"Somi..."

Tangan lisa menyentuh lembut bahu gadis berusia 17 tahun itu. Membuat sang empu berjingkat kaget karena sempat menutup mata dalam sekejab, walau begitu sedikit meminta maaf atas keteledorannya.

Lisa tersenyum maklum. "Saya pulang dulu ya...jangan lupa untuk mengunci kafenya kalau waktunya sudah tutup" masih dengan tangan yang berada dibahu somi, lisa mengelusnya penuh kelembutan bagaikan seorang ibu yang menasehati anak gadisnya, yang mampu membuat somi berdrcak kagum dan tertegun.

"I-iya Unnie.." bagi somi, rasanya lisa masih terlalu muda untuk ia sebut ajhuma.

Sementara lalisa terkekeh pelan, lalu mengangguk pelan "terimakasih..." ucapnya tulus, diangguki somi dengan semangat.

Lisa berjalan pelan menuju pintu kafe, berniat membuka pintu itu untuk keluar dari kafe. Tapi baru saja ia berniat membukanya, seseorang lebih dulu membuka pintu kafe, membuat lisa tersentak kecil karena tak melihat jelas terlalu lelah untuk matnya yang mulai buram.

"Ah maaf..."

Seperti biasa, tidak pernah berhenti bersikap sopan.

Tapi bukannya menjawab ucapannya, seseorang itu masih berdiri dihadapannya dengan tubuh tegapnya. Karena efek lelah lisa mengucek matanya yang terasa mengabur, mendongak untuk melihat sosok yang berdiri kaku dihadapannya.

Barulah lisa menyadari kejanggalan yang ada saat aroma parfum yang ia kenali sama seperti aroma dulu yang sempat menyenangkan ia hirup.

"A-alis?..."

***

Gelisah.

Adalah salah satu yang haruto rasakan. Langkahnya masih mondar mandir didepan pintu rumah utamannya. Tangannya masih memegang ponselnya yang sudah entah keberapa kalinya panggilan tak terjawab dari ibunya yang mampu membuat haruto merasa kesal sekaligus khawatir akut.

Ini sudah lewat tengah malam. Tapi ibunya belum kembali juga dari kafe.

00:45

Mendadak haruto jadi kena serangan panik, tetap aja lisa tidak mengizinkan haruto untuk sekedar menjemputnya ataupun keluar malam malam seperti ini. Lisa tidak pernah mengizinkan nya, padahal haruto sudah besar dan pandai menjaga diri. Dia juga seorang lelaki yang tangguh tidak seperti ibunya.

She is your mother?!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant