62- Peduli

85 16 10
                                    

brak!

Dara meletakan nampan diatas meja dengan sedikit emosi. Setelah pulang sekolah tadi ia langsung pergi ke restoran makanan untuk menghilangkan stress di kepalanya.

Beberapa pengunjung menatapnya heran, mungkin lebih tepat nya mereka heran dengan makanan yang Dara pesan.

Bagaimana tidak?

Paket family weekand bertiga, Happy meal ayam McD dan Board game. Dengan tambahan iced vanilla latte.

Dipesan oleh satu orang. Bayangkan.

Mood Dara hari ini benar-benar seburuk itu, lekukan diwajahnya saja tak kunjung hilang sejak kejadian itu.

Dara makan sambil sesekali mengelap airmata nya. Seberani apapun Dara membalas tuduhan Alva disekolah tadi, dia tetaplah seorang perempuan.

drrtt drrtt

Ponsel Dara menyala, diatas layar ponsel yang retak itu terpampang nama 'Jo' yang sedang menelpon.

Dara mengangkatnya,

"Hal—"

"Ngapain lo nelpon-nelpon gue? mau ngebelain temen lo itu hah? gak usah deh, mending—"

"Bukan itu, Ra. Ada hal lain."

Dara menyerit, lumayan bingung. Karena tidak biasanya seorang Kenzo berbicara dengan nada seserius itu. "Apa? kenapa?"

"...."

Tidak ada suara dari sambungan.

Perasaan Dara mulai tidak enak, lantas ia berhenti mengunyah lalu meminum air untuk mendengarkan lebih jelas.

"Jo?"

"Alva kecelakaan."

Dara membeku, kepalanya langsung panas dan.. ia tidak tau harus bagaimana sekarang.

"Ra—"

"D-Dimana rumah sakit nya? gue mau kesana sekarang!"

"Tenang, lo tenang dulu. Lo dimana? gue jemput aja ya?"

Dara memakai tas nya dengan tergesa-gesa. "Gak perlu Jo, shareloc—"

"Xan Hos, lo diem!! gue jemput, awas lo kalo gue kesana lo nya udah ilang!"

Gadis itu berdecak, "Yaudah cepet! gue di McD paling deket sama sekolah."

"Oke, gue kesana sekarang. Lo jangan ke—"

tut.

****

Suara langkah kaki bersahutan beradu cepat pada lorong rumah sakit.

Sembari menahan sesak di dada nya ia menghapus jejak-jejak air mata.

"Aduh cepet banget tu cewek lari nya." gumam Kenzo dari belakang.

Sesampainya depan ruangan bertuliskan UGD, Dara melihat beberapa orang menunggu.

Ada orang tua Alva, adik nya, dan Gevan.

"Assalamualaikum." Salam Dara, tentu dibalas oleh mereka yang ada disana.

"V-Van, gimana? gimana Alva?" Tanya Dara kemudian.

Pemuda yang tengah bersedikap dada sembari menyender dipilar rumah sakit itu terlihat sama gelisahnya.

"Udah setengah jam, belum ada informasi yang signifikan."

Kedua bahu gadis itu menurun, kakinya lemas.

"Kak, duduk dulu sini." Ucap seorang gadis berambut sebahu.

ALVADARA 《 2 》Where stories live. Discover now