🌶 Chivers Chapter 15 🌶

173 25 6
                                    

HAPPY READING!

•••

Meski Ares tak mendapatkan balasan perasaannya dari Celine, pria itu masih bisa tersenyum seakan semua memang baik-baik saja. Bahkan siang ini, ia mengajak Bihan dan Celine untuk makan siang bersama di luar kantor. Tak ada rasa canggung saat berhadapan langsung dengan Celine, justru wanita itu yang terlihat sedikit kurang nyaman. Celine sebenarnya masih tak enak hati pada Ares.

Kini mereka berada di kafe yang sudah Ares pesan sebelumnya. Memilih rooftop sebagai tempat bersantai di kafe tersebut. Ditemani angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah, untungnya matahari cukup bersahabat.

“Gimana kabar lo?” tanya Ares pada Celine.

“Hah? Gue baik, kok,” balas Celine yang tampak gugup dan berusaha memperlihatkan senyum tipisnya.

“Kenapa rasanya gue kayak jadi obat nyamuk di sini?” sahut Bihan.

“Apaan sih, Bi!” Celine tampak tak suka.

Ares pun tertawa renyah, ia tersenyum dan mengatakan, “Enggak ada obat nyamuk di sini. Santai aja kali, gue sama Celine enggak ada apa-apa.”

Celine tampak cemberut, padahal kemarin ia sudah mengatakan pada Bihan. Kenapa rasanya pria itu suka memancing suasana perdebatan.

Tak lama seorang pelayan datang membawa pesanan mereka. Namun, tak sengaja pelayan itu menumpahkan sup yang cukup panas pada Celine, dan mengenai lengannya. Membuat Celine terkejut dan seketika berdiri. Namun, rasa panas dari sup itu sepertinya membakar lengannya.

“Maaf, Nona. Maafkan saya. Saya tidak sengaja,” ucap pelayan itu dengan rasa bersalah.

Celine yang tak menyalahkan si pelayan berusaha tersenyum, meski sambil menahan rasa panas pada lengannya.

“Kamu ini gimana, sih! Kalau tangan teman saya melepuh gimana!”

Perkataan itu keluar dari mulut Bihan, wajahnya tampak tak bersahabat menatap pelayan itu dengan tajam.

“Maafkan saya, Tuan.” Si pelayan terus memohon.

“Panggil manajer kamu, saya mau kamu dipecat! Kerja enggak becus!” tegas Bihan.

“Tuan, jangan. Saya mohon, Tuan. Maafkan saya.” Pelayan itu masih berusaha memohon.

Celine yang mencoba meniup-niup lengannya sedikit terkejut melihat sikap Bihan yang seperti ini. Ia justru merasa kasihan pada pelayan tersebut. Ia pun memberi kode pada Ares untuk menenangkan Bihan.

“Bi, udah. Jangan dibesar-besarin. Mendingan lo bawa Celine, obati dia. Kalau kelamaan nanti bisa-bisa melepuh. Yang ini biar gue yang ngurus, ya,” bujuk Ares.

“Cel, lo enggak apa, ‘kan?” tanya Bihan begitu khawatir.

Enggak apa pala lo, Bi! Ingin sekali rasanya Celine memaki Bihan di saat seperti ini. Namun, ia urungkan karena malas berdebat.

“Ikut gue! Res, tolong urus dia.”

Setelah Ares mengangguk paham, Bihan langsung membawa Celine pergi dari rooftop kafe tersebut. Sedangkan Celine hanya menurut saja. Ia hanya memikirkan bagaimana nasib lengannya yang terkena air panas itu.

Saat mereka sudah keluar dari rooftop, Bihan langsung membawanya ke toilet. Hal itu membuat mata Celine membulat sempurna, saat melihat papan dengan tanda toilet wanita yang mereka masuki.

“Bi! Ini toilet cewek!” ucap Celine.

“Udah diem, jangan bawel!”

Bihan tak mengidahkan ucapan Celine, ia langsung membawanya ke wastafel, dan menarik lengan Celine yang terkena kuah sup panas itu mendekat pada keran air.

“Sementara diginiin dulu, ya. Biar enggak terlalu melepuh. Habis ini kita cari obat salepnya, ada di mobil gue,” ucap Bihan yang dengan lembutnya sambil memegangi tangan Celine.

Seketika Celine tersenyum, diam-diam ia memperhatikan wajah Bihan yang terlihat serius memegangi tangannya. Namun, saat pria itu menoleh padanya, Celine berusaha menyembunyikan senyumannya. Bihan dengan telaten dan lembut mengeringkan lengan Celine dengan tisu. Perlakuan yang seperti ini, yang selalu membuat hati Celine tak karuan.

“Duh, baju lo kotor lagi,” ucap Bihan ketika melihat baju Celine terkena sedikit cipratan kuah sup tersebut.

Bihan langsung melepaskan jasnya dan memakaikannya pada Celine untuk menutupi noda di baju Celine.

“Enggak usah, Bi. Nanti jas lo yang kotor.” Celine ingin menolak.

“Udah enggak apa. Ayo, ikut gue, kita kasih salep lengan lo.”

Bihan kembali membawanya begitu saja. Saat mereka keluar dari toilet, dua wanita tiba-tiba berteriak karena terkejut melihat Bihan keluar dari toilet tersebut.

“Ih, kalian mesum, ya!” tuduh salah satu wanita itu.

Bihan yang tak suka dengan tuduhan tersebut, menatap tajam wanita itu. “Kalau ngomong dijaga ya, Mbak! Siapa juga yang mesum!”

“Terus ini apa, dan Mbak ini kenapa?” tanya wanita satunya sambil menunjuk Bihan dari atas kepala sampai ujung kaki. Kemudian bergantian menunjuk Celine.

Celine terpejam sejenak dan mengembuskan napas melihat situasi tersebut, terlebih melihat Bihan yang tidak sadar di mana mereka sekarang. Ia paham mengapa dua wanita tersebut berteriak dan menuduh mereka mesum. Lihat saja, Celine mengenakan jas pria dan Bihan hanya mengenakan kemeja dengan kancing atasnya yang terbuka satu. Belum lagi mereka keluar dari toilet wanita.

“Maaf udah bikin salah paham, kita enggak ngapa-ngapain, kok. Tadi lengan saya ketumpahan kuah panas, dan dia membantu saya mendinginkannya dengan menyirami air,” ucap Celine sambil memperlihatkan lengannya yang sedikit kemerahan.

Kedua wanita itu kompak mengembuskan napas lega. “Kirain ngapain. Ya udah kalau gitu.” Kedua wanita itu pun langsung berlalu masuk ke toilet meninggalkan Bihan dan Celine.

“Dasar! Tadi aja marah-marah enggak jelas,” omel Bihan.

“Ya lagian lo bawa gue ke sini, ya jelas kalau ada yang lihat mereka bakal salah paham.”

Bihan memutar bola matanya malas. Tak peduli dengan ucapan Celine, yang penting baginya lengan Celine mendapatkan pertolongan pertama. Bihan pun kembali membawa Celine pergi ke parkiran untuk mengambil obat di mobil.

Sepanjang perjalanan menuju parkiran, tangan mereka saling menggenggam. Mungkin Bihan tidak menyadari, tetapi Celine sangat menyadari hal itu. Ia yang berjalan di belakang Bihan sesekali menatap genggaman tangan mereka dan bergantian menatap punggung Bihan. Kedua sudut bibirnya sudah tak tahan untuk tersenyum.

Genggaman hangat ini enggak akan pernah gue lupain. Lo selalu ada buat gue, Bi. Hanya bisa berharap, genggaman ini akan selalu ada sampai kapan pun, batin Celine yang tak hentinya tersenyum.

Dari kejauhan, Ares yang melihat senyuman Celine pun ikut tersenyum. Ia membiarkan keduanya, tak ingin mengganggu momen kebersamaan sejoli itu. Melihat Bihan yang sampai sebegitunya khawatir dengan Celine, dan Celine yang tampak begitu bahagia mendapatkan perhatian dari orang yang ia sukai. Rasanya memang tak ada celah di hati Celine untuk pria lain selain Bihan.

•••

SEE YOU NEXT CHAPTER!

THANK YOU!

•••

ANFIGHT DAY 15
BALIKPAPAN, 18 APRIL 2021

Chili's Heart ✔Where stories live. Discover now