Awal

18 13 4
                                    

12 RPL 1 menjadi tempat berkumpulnya cewek cantik sekaligus famous, kelas yang kerap kali menjadi incaran para guru muda yang mendambakan pacar anak SMK.

Galang Putra Brawijaya laki-laki dengan kaca mata yang selalu bertengger manis di pangkalan hidungnya menjadi daya tarik tersendiri bagi kaum hawa yang berada di sekitarnya, walaupun termasuk siswa yang cuek, Galang juga termasuk dalam jajaran anggota OSIS yang memiliki kesibukan diatas rata-rata.

Menjadi ketua OSIS bukan keinginannya, namun dia terpilih bukan karna dia mencalonkan diri teman-teman seangkatannya sepakat menaikkannya menjadi ketua OSIS dan ditanggapi setuju oleh para guru yang juga menyukai cara kerja Galang.

"Lang, lo sesibuk itu? sampe makan pun lo harus baca buku?" Mikael menggeleng melihat betapa sibuknya sahabatnya itu setiap saat, seperti setiap menitnya ada jadwal tersendiri yang harus dikerjakan.

"Dirumah, gue harus bantu mama, belum lagi harus ngajar les, jadi sebisa mungkin gue harus belajar juga buat materi yang ketinggalan."

"Yang sibuk mah beda sama yang beban keluarga," celetuk Mario.

"Makanya jangan mau jadi beban keluarga! Otak lo jangan cuman ditidurin, asah! Jadi beban keluarga kok bangga," sarkas Galang kembali fokus kebuku dan makananya.

"Gue heran, lo cowo tapi mulut lo pedes amat."

"Gue heran lo cowok tapi dari tadi ngoceh mulu, gak capek?"

Skak mat, Mikael terdiam lebih baik diam dari pada semakin tersakiti.

"Makanya kalau lo mau ngomong sama dia yang berfaedah, lo udah bareng sama dia dari TK tapi gak paham juga sama sifatnya," Mario terkikik geli, dia cukup paham dengan keduanya yang memiliki sifat bagaikan langit dan bumi, yang satu pendiam yang satu terlalu aktif.

"Duluan, Vioren baru nelfon ada rapat, gue ke ruang OSIS dulu ya, Mik sorry buat yang tadi jangan lupa bayarin makanan gue," belum Mikael meng iya kan Galang sudah hilang dari pandangan meninggalkan Mario dan Mikael yang saling pandang kemudian mendengus kasar lagi dan lagi mereka harus bahu-membahu membayar makanan sahabatnya.

"Untung lo pinter Lang!" Dengus mario mengambil uang lebih disakunya.

"Dia kalau bukan sahabat gue, mana mau gue repot mulung biar bisa bayarin makanan dia!"

•••

Ruang OSIS

"Ia vi? kenapa nelfon?" khas Galang sekali, tipe manusia anti basa-basi.

Vioren tersenyum manis berusaha bersabar Galang datang tanpa ketuk pintu dan langsung bertanya untung jantungnya buatan Tuhan. "Tadi buk Rika minta kita nyiapin acara Sumpah Pemuda."

"Vi, coba lo buat konsep nya ntar malam kirim lewat chat, gue ada ulangan mati-matika soalnya."

"Ok, ntar malam gue kirim, tapi lo jangan sok selebritis! Di chat balesnya pas udah kadaluarsa."

"Sip, cuman itu kan?"

"Ia cuman itu, lo yang semangat ulangannya Galang!"

Galang tergelak satu tangannya spontan mengacak gemas rambut sebahu gadis itu. "Lo juga semangat."

Vioren Cyntia Pratama, salah satu fans fanatik Galang, gadis yang beruntung yang dapat satu partner dan juga dekat dengan Galang. Gadis dengan suara cempreng yang memiliki tinggi 145 cm dan pemilik lesung pipi.

Melangkah keluar dari ruang OSIS dan buku paket Mati-matika ditangan kanannya justru semakin menampakkan aura goodboy nya, meski sering melihat Galang berjalan dikoridor kelas namun para siswi itu sepertinya tidak pernah puas dengan pemandangan itu.

"Kak Galang, semangat ulangannya!" Rashi Gautama yang juga salah satu gadis beruntung yang bisa dekat dengan Galang, memberikan senyum manisnya berharap status mereka berubah naik ke level yang lebih tinggi.

"Terimakasih Rashi, lo juga semangat belajarnya ya!."

Rashi mengulum lidah sampai terlihat menonjol dipipinya kemudian tersenyum malu-malu.

"Lo kenapa?"

"Ntar, Rashi nebeng kak Galang ya, soalnya bunda gak bisa jemput, ada urusan mendadak."

"Tapi gue ada latihan volly."

"Rashi tungguin, Rashi juga gak ada temennya dirumah,"

"Oke lah, ntar tungguin dilapangan utama aja ya, gue latihan disana sama yang lain, gue duluan, sampai jumpa nanti," putus Galang akhirnya, terlalu malas memperpanjang argumen untuk menolak.

Teringat sesuatu yang ia lupakan, Rashi spontan berteriak "Sama-sama kak Galang!" Hanya dijawab acungan jempol dari Galang yang berjalan semakin jauh dari pandangan mata.

"Kayaknya gue bener-bener udah jatuh dalam pesonanya kak Galang!" Gumam gadis itu tersipu malu, satu tangannya mengambil ponsel untuk mengabari bundanya kalau dia pulang bersama calon pacarnya dan bersamaan dengan kakinya yang melangkah masuk kekelas.

GalangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang