Ending

19K 848 80
                                    

Happy Reading.

*

Ledakan itu terjadi diantara malam yang seharusnya sunyi dan penuh ketenangan. Kekacauan itu tidak bisa dihentikan. Semua menjadi satu, hancur lebur. Penuh dengan darah dan bau amis. Menyeruak dan menusuk hidung. Jika di hitung ada sekitar 50 mayat.

Steven hanya diam melihat anak buahnya menyingkirkan mayat di mansion Bianca. Tubuhnya penuh dengan noda darah. Tidak terluka hanya saja cukup untuk mengatakan jika ini tidak baik-baik saja.

"Tuan kami sudah membereskan semuanya" Steven hanya melirik dan mengangguk, sontak saja laki-laki itu berlalu. Nafas Steven terasa berat. Kemenangan memang dirinya dapat tapi ada satu penyesalan yang menjadi beban fikiran Steven.

"Tidak seharusnya kau ikut campur" memejamkan matanya sesaat dan berlalu. Steven berjalan pada mayat yang bergeletakan.

Sosok mayat wanita dengan luka tusuk disekujur tubuhnya. Steven jongkok untuk melihatnya. "Percayalah Bianca aku tidak bermaksud melakukan ini. Anggap saja sebagai bayaran atas kematian adikku" Steven tau jika Bianca adalah dalang dari menabrak adiknya. Sejak saat itu dirinya mengejar Bianca hanya saja selalu lolos. Dendam jelas hanya saja bagaimanapun Bianca adalah wanita.

Steven tidak mungkin memperlakukan Bianca sama seperti Brian. "Tunggu aku di Neraka. Aku juga akan kesana untuk menebus semuanya" Steven berdiri dan melangkahi mayat Bianca dengan begitu saja. Waktunya pergi, tugasnya sudah selesai.

*

Jimin mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya. Cukup silau dan menyakiti matanya. "Eugh..." mengerang saat merasakan sakit pada kapalnya. Mencoba mengingat apa yang terjadi.

"Ahk...."

"Aku tidak tau jika kau sebodoh itu" Jimin mengikuti arah sumber suara. matanya melebar melihat Steven duduk manis disalah satu sofa single disini.

"Kau.." Steven mendecih pelan. Laki-laki bodoh yang dicintai keponakan dan adiknya. Demi tuhan jika bukan karena mereka sudah pasti Steven akan membunuh Jimin. Laki-laki Biadap tidak berguna.

"Apa tidak ada cara lain dengan menyerahkan tubuhmu yang tidak berguna itu? Kau tau gara-gara keputusan sialmu Aliya jadi bisu" mata Jimin membola terkejut. Bisu? Aliya bisu?

"Jangan terkejut seperti itu. Kau tampak bodoh dengan wajah itu. Ah ya aku lupa jika kau memang bodoh" Cetus Steven dingin. Jimin hanya diam, mencoba mengingat semua dan apa yang terjadi. Apa ini semua Ulah Steven.

Jimin terus saja berfikir, sementara Steven hanya fokus pada jendela kamar yang terbuka lebar. "Bagaimana dengan Bianca?" Decihan Steven terdengar keras. Jimin bertanya hal yang lucu, kenapa harus Bianca. Kenapa tidak Aliya?

"Berapa di tempat yang sama seperti Brian" jawaban singkat Steven membuat Jimin lega. Tidak senang tapi lega. Bianca sudah mati.

"Ini terakhir kali aku menyelamatkan mu Jim. Ingat sekali lagi, terakhir. Setelahnya aku tidak akan melakukan lagi" Jimin diam menantap Steven. Jimin tau jika Steven masih  dendam padanya. Steven baik padanya demi Aliya, hanya Aliya. Jimin terlampau tau dan hafal. Bagaimanapun Stela mati juga karena dirinya.

"Aku tau ini sangat terlambat dan memuakkan. Tapi aku akan mengatakan dengan tulus. Aku minta maaf atas kematian Stela. Demi Tuhan aku tidak berniat membuat dia seperti itu. Aku juga tidak tau akan berakhir seperti itu" mata Steven terpejam erat. Ingatannya berputar pada wajah tenang sang adik yang sudah mati.

Semuanya salah. Tidak ada yang benar. Jimin hanya korban rapi Steven tidak bisa menghentikan dirinya untuk membenci Jimin. Tidak bisa. "Minta maaflah didepan dia langsung. Kau tidak pernah kesana kan?" Jimin mengangguk pelan, itu memang yang akan dirinya lakukan. Minta maaf dipusara Stela dengan tulus.

All About Sex! 21+Where stories live. Discover now