16~Menyerah

191 30 73
                                    

*
*
*
*
*

Tela berjalan begitu cepat menuju taman belakang sekolah yang masih sepi di pagi ini. Air mata gadis itu mengalir begitu deras mengikuti seberapa cepat langkahnya berjalan. Dadanya menggebu-gebu menandakan luka yang dalam di ujung sana. Rasanya ingin sekali lari dari segala hal yang mengingatkan dan mengguncang rasa. Tidak peduli apapun disekitarnya, goresan luka ini berhasil mengelabui semua elemen yang ada di sekeliling Tela.

Ini memang masih terlalu pagi untuk dirinya menangis dan menggila setelah dirinya diseret ke ujung dunia yang paling mengenaskan. Tapi luka ini sudah timbul jauh sebelum pagi tiba, hanya saja pagi ini seolah puncak dari kegelisahan rasa hatinya. Gadis itu mengepal tangannya begitu keras, Tela berharap ini bukan dirinya, bukan Tela yang ceria seperti dulu kala. Tapi ini alibi buruk diri seseorang yang luka akibat cinta. Sungguh mengenaskan.

Langkahnya yang kuat untuk pergi dari segala situasi yang buruk ini seketika berhenti dengan satu tarikan lembut dari sang pemilik yang hadir dengan sejuta penyesalan dalam dirinya. Tela hanya diam menghentikan langkahnya seolah lelah dengan rasanya kali ini. Dia ingin lari tapi tubuhnya tidak sekuat yang ia pikirkan.

"Maaf!"

Kalimat itu datang dengan suara berat menggebu masuk ke telinga gadis yang sudah dirasuki dengan energi panas yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

Gadis itu tidak berani membalikkan badannya. Tela merasa seperti gadis murahan yang berharap pada suatu yang jelas tak akan pernah ingin disentuh olehnya.

"Maafin gue Tel!"

"Lo ngapain disini? Jangan tarik gue setelah lo jatuhin gue." ujarnya menahan isakan tangis. Tela mengusap air mata yang sudah jelas lolos beberapa kali dari matanya. Gadis itu benar-bebar ingin jatuh sekarang.

"Bukannya lo yang biang jangan ganggu hubungan lo dengan pacar lo? Gue nggak bakalan ganggu. Jadi tolong jangan kasih gue harapan apapun lagi sekarang." lanjut Tela sesengukan, Dia tidak tahu kenapa dia merasa paling bodoh sekarang.

"Gue nggak akan ganggu lo lagi,gue janji! Sampai suatu hari gue siap muncul sebagai orang baru yang nggak kenal lo sama sekali."

Dirga menghela nafasnya dalam, kenapa dia merasa sangat bersalah sekarang? Padahal dia dengan percaya diri melukai hati gadis yang dengan tulus hadir di hidupnya tanpa mengharapkan suatu yang lebih darinya.

"Iya! Lo boleh pergi! Tapi sebelum itu... "

Dirga menggantungkan ucapannya. Dada pria itu terasa sesak sekarang. Entahlah! Yang ada dipikiran Dirga sekarang dia tidak akan menyakiti gadis ini lagi untuk kedua kalinya. Dia akan memperlihatkan semuanya.

"Boleh gue minta sesuatu?" ucap pria itu begitu memohon. Lagi-lagi sikap Dirga kembali lembut berubah seratus delapan puluh derajat dari Dirga yang membentaknya tidak kurang beberapa menit tadi.

"Tel!'

Tela menarik nafasnya dalam. Dia tidak mengerti dengana arah pembicaraan Dirga sekarang. Tapi gadis itu berpikir ini akan menjadi terakhir kalinya dia melihat Dirga sebagai pria yang ia sukai sepenuh hati.

"Lo mau apa?"

Dirga menarik garis senyum dibibinya, ketika Tela membalikkan badan menghadap sang empu bicara,meski gadis itu tidak berani menatap Pria itu kali ini.

"Gue mau lo tahu semuanya sebelum lo pergi."

"Maksud lo?" Tela mengangkat kepalanya, menatap Dirga dengan dahi yang mengkerut bingung dengan ucapan pria itu.

"Tapi lo harus janji!"

"Janji? Janji apa?"

"Janji kalau lo, jadi salah satu orang yang buat gue bertahan disini." ujar Dirga menatap serius.

"Please lo mau ngomong apa? Jangan bikin otak gue tambah panas sekarang. Udah cukup tadi lo bikin gue benar-bebar hampir Teler ." ujar gadis itu benar-benar frustasi. Tela berpikir sekarang waktunya menangis menggila setelah dicampakkan bukan diserang dengan kebingungan seperti ini. Ini bukan situasi yang tepat.

Dirga mendengus pelan"Apa hal yang paling ingin lo ketahui dari gue?"

"Banyak! Tapi gue udah mau buang sekarang. Jadi nggak mau tahu lagi apapun tentang lo."

"Gue serius!"

"Lo pikir gue becanda mau lupain lo? Gue benar akan lupain lo mulai detik ini. Gue nggak mau jadi cewek pelakor lagi. Gue nggak mau nyia-nyiain kecantikan gue." Ujar gadis itu menekan ucapannya sembari memalingkan pandangannya.

Dirga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pria itu menjadi bingung harus mengawalinya dari mana?

"Tapi satu hal yang sangat ingin lo ketahui."

Tela menghembuskan nafasnya pelan. Dia mulai berpikir suatu hal yang sangat ingin dia ketahui dari Dirga melebihi keingitahuannya tentang kenapa lelaki itu sangat dingin padanya.

"Satu hal?"

"Iya! "ujar pria itu mengangguk.

"Gue nggak tahu! Terlalu banyak yang ingin gue ketahui."

Dirga menghela nafasnya pelan, jantungnya menjadi berdetak tidak karuhan sekarang. Dirinya belum siap, tapi ini jalan terbaik untuk menghentikan segala rasa sakit yang hadir tidak sepantasanya.

"Kalau gitu,gue ingin minta sesuatu sama lo! "

"Minta apa?"

"Lepasin kaca mata gue!" ujar Dirga lepas dengan kalimat yang sudah mengacaukan hatinya sedari tadi.

Tela menatap benda hitam yang setia bertengger di hidung mancung pria itu. Benda yang menghalagi gadis itu mendapatkan pandangan langsung dari mata Dirga. Benda yang hadir begitu indah namun penuh tanda tanya.

"Buat apa?" tanya gadis itu tambah bingung.

Dirga menarik tangan manis gadis itu menuju arah kaca mata yang selalu melindunginya selama ini. Dirga berpikir ini saat yang tepat dari segalanya. Dia tidak akan menyakiti gadis ini lagi.

"Gue mohon! Gue percaya sama lo"ucap pria itu lembut.

"Percaya sama gue?"

"Lo boleh pergi setelah lo tahu segalanya."

Tela menelan salivanya susah payah, dia tidak mengerti sama sekali. Tapi hatinya begitu risau sekarang, seolah suatu hal yang begitu besar yang akan menghentikan segalanya. Jujur tidak ada satupun yang lewat dipikiran gadis itu sekarang selain pikiran bingung akan arah dari ucapan pria ini.

"Gue mohon!"

Tela menggenggam ujung roknya begitu kuat, nafasnya terasa sesak saat melihat Dirga begitu dekat dengan segala pertanyaan yang mulai bermunculan di pikirinnya. Perlahan gadis itu menarik benda hitam itu dari empunya,sangat pelan sampai Dirga begitu gelisah sekarang dengan apa reaksi gadis ini padanya.

Namun, gerakan tangan gadis itu ditahan oleh pemiliknya membuat Tela sontak kaget dengan reaksi pria itu.

"Mohon jangan benci gue! Gue nggak bermaksud apapun itu untuk lukai hati lo." ucap Dirga begitu pelan sembari membantu Tela melepaskan kaca mata hitam miliknya.

Welcome back semuanya....
Gimana Blind Guy kali ini? Semoga suka ya...

Terus dukung dan tunggu kelanjutannya...
Walaupun authornya jarang banget update apalagi bulan puasa sekarang jadi tambah males karena perut kosong jadinya otak juga kosong 😩😁

And jangan lupa vote sama commentnya...

Bye bye....










BLIND GUY Where stories live. Discover now