Apologies

34 7 28
                                    

"Janji ya, jangan tinggalin aku.. kita akan selalu bersama sampai besar nanti."

"Iya, janji!"

kedua bocah berusia 5 tahun terduduk di rerumputan pinggir danau. Setelah mengatakan sebuah janji kedua jari kelingkingnya saling bertautan membuat pinky promise, hal yang selalu di lakukan setiap anak lainnya. Bocah yang lebih muda menatap sekelilingnya, mata lentiknya seketika membola saat mengetahui langit telah berwarna jingga, ia segera bangkit dari duduknya dengan raut wajah panik. Jeno yang masih terduduk di bawah menatap Jaemin bingung ikut berdiri. "Na, kenapa?"

"Jenjen, kita sudah melanggar jam pulang ke rumah! Ayooo cepat pulang sebelum ayah semakin marah." Berlari seraya menarik Jeno yang masih mencerna perkataan sahabatnya.

•°•

"Kalian tahu apa kesalahan kalian?" Sang kepala keluarga Na itu yang pertama kali membuka suaranya dengan tenang nan tegas pada anaknya dan keponakan yang menduduki sofa depannya dengan kepala menunduk. Kini kedua keluarga Na dan Jung sedang berkumpul di ruang tengah rumah Na, mengintrogasi kepada anak mereka yang telah membuat orang tuanya khawatir karena belum pulang sebelum jam 6 sore.

Kedua bocah itu hanya mengangguk pelan. Melihat itu Yuta menghela nafasnya pelan lalu merebahkan punggungnya pada sandaran sofa. Kepala terasa sedikit berputar karena kejadian hari ini di tambahkan juga suami kecilnya yang menangis begitu ketakutan saat Jaemin belum pulang ke rumah. "Jaehyun, kau saja yang mengurusnya." Ucapnya melirik Jaehyun yang terduduk disampingnya dan diterima baik dengan Jaehyun.

Tenang saja mereka bukan orang tua yang gila menghukum anak mereka dengan cara kekerasan, Yuta dan Jaehyun juga masih mempunyai hati nurani.

Saat mendengar percakapan kedua ayah mereka itu dengan cepat kedua bocah yang awalnya menundukkan kepala kini langsung mengangkat kepala dengan perasaan takut dan terkejut menjadi satu. Bukan, bukan karena hukuman tapi karena ayah Jaemin; Yuta jika sudah melemparkan printah hukuman pada Jaehyun maka itu artinya saat ini Yuta benar-benar marah.

"Paman. Maaf.. ini salahnya Jeno." Dengan suara pelan bocah yang lebih tua berusaha membujuk sang paman. Kalau boleh jujur jika dibandingkan Papa Jaehyun saat memarahinya, ayah Jaemin lah yang lebih ia takutkan jika sudah dalam mode marahnya. Yuta yang mendengar itu hanya menaikan sebelah alisnya dan melirik Jeno yang sedikit ketakutan, lalu mata tajamnya beralih melihat Jaemin yang juga menatapnya dengan berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh.

"HUWAAA! AYAH, MAAFIN NANA HIKS.." Jaemin berlari kearah Yuta yang mengabaikannya.

"Hiks.. maafin, Nana.. hiks-Nana juga bersalah hiks."

"Tidak, kau sudah melanggar peraturan dua kali."

"Huuwwaaaa.. ayaahhh.."

"Berhenti menangis atau ayah tidak memaafkan kalian."

"Jeno, kemarilah." Jeno yang terpanggil menatap Jaehyun lalu sang papa hanya tersenyum dan mengangguk. Ia menuruni sofa kemudian berjalan pelan kearah Yuta dan saat di depannya Jeno terkejut ketika Yuta tiba-tiba mengangkatnya ke pangkuan.

"Kali ini aku memaafkan kalian, jika melanggarnya lagi jangan harap kalian akan bertemu lagi."


•| Promise |•

Dibangku sekolah menengah atas mereka bersekolah ditempat yang sama tapi di kelas berbeda karena ekskul yang mereka ambil, Jeno memilih ekskul musik dan basket dan Jaemin lebih memilih ekskul seni. Walaupun terkadang Jaemin dan Jeno jarang bertemu karena kesibukannya di sekolah tetapi sesekali mereka bermain bersama. Kini ke empat temannya dan Jaemin sedang berada di kantin sekolah, menunggu kedatangan makanan mereka masing yang sudah dipesannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 24, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PROMISE | NOMINWhere stories live. Discover now