Part 8 : My heart to you

549 66 9
                                    

War menatapnya, keheranan mengapa pria itu masih saja terdiam duduk di pinggir ranjang dengan wajah bengong seperti itu. dia pikir ketika ia selesai mandi, yin sudah berangkat kerja.

Ketika langkahnya mendekat, mata yin beralih kepadanya. Tak tahu harus memberikan balasan tatapan seperti apa war hanya menaikan alis.

"War.." panggilnya ketika war bergerak ke arah pintu. War menoleh sekejap menunggunya.

"Duduk disini sebentar ada yang ingin aku bicarakan." lanjutnya.

War mengedipkan mata beberapa kali kebingungan, mendengar nada bicaranya sepertinya ini adalah hal serius. Tapi apa lagi? Apa dia akan membahas masalah great lagi? War mendesah namun meski demikian ia tetap menurutinya.

Pertama war keheranan mengapa yin hanya diam, tapi matanya lalu agak membesar saat melihat dia menunjukan sesuatu kepadanya. Dada war bergemuruh dan napasnya tercekat. War diam, tangannya meremas seprai kencang-kencang untuk menenangkan dirinya.

"Aku menemukan ini, aku tidak tahu ini apa dan ini milik siapa? Yang pasti ini bukan milikku apakah ini milikmu?" yin menatap war dengan penuh perhatian, raut kecemasan tersebar di seluruh sudut wajahnya.

"A-aku..."

"Apa kau memiliki masalah tidur?" yin memotong.

"Hah?"

"Pill ini adalah obat tidur bukan?"

War terdiam sejenak sebelum ia mendesah lega. Dia ragu-ragu meraih botol obat itu dari tangan yin dan menjauhkannya dari jangkauan yin.

"Mm.." war membalas sembari mengangguk, dia menunduk memegang dadanya yang masih bergemuruh. Namun akhirnya dia bisa bernapas lega.

Mengapa aku bisa seceroboh ini? Bagaimana bisa aku menaruh obatku di sembarang tempat!! Bodoh kau war!!

Untung saja, yin menyangka itu hanya obat tidur.

"Apa separah itu sampai kau harus minum obat tidur, war?" tanya yin.

War mengangkat wajah dan menatapnya, memperhatikannya sekejap lalu membalikan pandangan ke arah lain.

"Coba kau pikir saja sendiri! Coba kau bayangkan saja sendiri! Coba kau posisikan dirimu di posisiku?!" balas war, suaranya memang pelan tapi itu terdengar sangat tegas sekaligus menyakitkan.

"War, a-aku-

"apa kau sanggup melihatku pergi ke orang lain? Apa kau akan sanggup jika aku tidur dengan yang lain, yin?" war meringis mengatakan itu, suaranya bergetar. Dia tidak berencana untuk menjadi mellow di pagi hari, terutama mengungkit masalah ini terus tapi... Semua perkataannya keluar begitu saja dari mulutnya, bahkan dia tidak sempat menyaringnya.

"Tapi aku melihatmu selalu acuh. Kau selalu tampak seperti tidak peduli ketika aku pergi." balas yin terbata-bata.

"Apakah kau pernah bertanya kepadaku, yin?" war mengangkat wajahnya mencoba menahan air mata untuk jatuh dari kelopak matanya.

"Aku diam, bukan berarti aku baik-baik saja." suaranya keluar begitu pelan dan sangat pedih.

"War, a-aku..." yin mencoba meraihnya namun war menghempaskan tangan yin.

"Its hurt, yin. Im not okay." sahut war menoleh kepadanya diiringi air matanya yang terjatuh.

"Kau sudah mencintainya, kan? Kau sudah memberikan ruang di hatimu yang kau janjikan hanya untukku kepada orang lain, yin. A-aku..." war kehabisan kata-kata, dia langsung berdiri dan berjalan pergi.

Framed Memories; Broken ||| Yinwar #1 ~ CompleteWhere stories live. Discover now