Chapter 7.2: Double Trouble!

2.1K 345 22
                                    

Bukannya sewot karena tidak diacuhkan Tristan, aku justru dibuat bingung. Barusan Tristan memanggil Adian apa? Ian... Schneider?

Lelaki di sebelahku melempar senyum formalitas. "Halo," sapanya. "Kita pernah ketemu di mana ya sebelumnya?"

"Wah! Ternyata beneran Mas Ian!" Senyum Tristan melebar. Dia tampak girang banget.

"Hah? Siapa?" tanyaku.

"Saya Tristan, mahasiswa ilkom UI," Tristan mengulurkan tangan pada Adian. Kentara sekali dia nggak sabar memperkenalkan diri. "Saya pernah lihat Mas Ian di Nusa Dua, persisnya sih di seminar dan workshop yang diselenggarain kampus saya. Saya salah satu pesertanya, Mas."

"Workshop apa?" aku bertanya lagi.

"Salam kenal, Tristan," timpal Adian seraya balas menjabat tangan Tristan cukup kuat dan tegas. Lelaki itu sama sekali nggak menghiraukan aku, persis yang dilakukan Tristan.

"Nggak nyangka bisa ketemu Mas Ian kayak gini," Tristan bicara lagi, kali ini matanya berbinar tak karuan.

Aku ingin melontarkan pertanyaan ke sekian kalinya, tapi kurasa percuma. Mereka keasyikan dengan tanya-jawab singkat—sebenarnya sih, cuma Tristan yang keasyikan, Adian mah lempeng-lempeng aja saat menanggapi pertanyaan adikku.

"Eh, sebentar, sebentar. Mas Ian kenal sama kakak saya?"

Adian mengangguk. "Unit kami bersebelahan."

"Wow!"

"Kami juga teman sekelas di MBA ITB," tambahku.

"Serius?!" Tristan terbelalak.

Senyum supertipis Adian lempar sebagai bentuk jawaban. Usai dua-tiga kalimat, Adian pamit karena jemputannya sudah sampai di area pick up-drop off. Sejak tangannya dibebat, Adian rajin diantar-jemput Camry silver. Apa itu mobil kantornya? Besar kemungkinan begitu.

"Lo kenapa nggak pernah cerita kalau temenan sama Ian Schneider?!" tukas Tristan dengan nada gemas.

"Ian Schneider siapa, sih? Orang yang gue kenal itu Adian Dirgatama."

Sebelum membahasnya lebih jauh, aku terlebih dulu mengajak Tristan memasuki gedung apartemen, supaya kami segera sampai ke unitku. Kepalaku masih agak pening, jadi bawaannya pengin rebahan.

Sesampainya di unitku, Tristan langsung menagih cerita tentang Adian. Aku pun berbagi sedikit cerita 'keakraban' antara aku dan lelaki separuh bule—yang ternyata punya nama lain.

Tristan sempat nggak percaya waktu aku bilang Adian Dirgatama punya saudara kembar. Setelah kuperlihatkan foto Eldian, barulah Tristan percaya. Walau banyak miripnya, tetap aja mereka dua orang yang berbeda.

Nggak cuma aku, Tristan mengulas apa yang dia tahu soal Adian. Kami jadi kayak dua orang yang sedang bertransaksi informasi pribadi orang lain.

Dari Tristan, aku tahu Adian cukup populer sebagai software engineer, tapi dia dikenal dengan nama lain yaitu Ian Schneider. Meski masih tergolong muda, karier Adian sangat cemerlang. Dari Swiss, dia merantau ke perusahaan IT di Bangalore, lalu pindah ke Kanada, Inggris, dan terakhir, Adian berkarier di Amerika.

Adian mencapai puncak kejayaan selama bekerja di perusahaan pengembang perangkat lunak di Amerika. Yang mengejutkan, Adian membuat coding untuk sebuah sistem keamaan canggih, yang akhirnya dipatenkan.

"Pak Adian pernah masuk Forbes 30 under 30 atau liputan keren sejenis itu nggak, sih?" tanyaku tanpa bisa menahan nada remeh di sana.

"Nggak tahu. Kenapa?"

Meet, Prodigious Partner!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang