d u a

13.7K 2K 332
                                    

02. Playboy itu penyakit
____________________________


"Sumpah gue kesel banget sama si Mika. Tau nggak, sih? Gue dikata-katain nenek lampir—”

Emang pantes sih.

"—cuma karena gue negur dia buat nggak kegatelan sama lo. Lo juga pasti risih kan sama dia? Makanya gue bantuin. Kesel banget gue liatnya juga. Caper kalau ada lo. Apalagi pas kelas umum tadi, dia duduk di belakang gue terang-terangan ngejek! Lo harus ngelakuin sesuatu, bales perbuatan dia, gue nggak terima banget!”

Males… anjir?!

Cowok itu mendongak, terkejut saat tangan yang terulur mengambil paksa benda warna putih dari telinganya.

"Lo pake ini dari tadi?" todongnya dengan tatapan kesal yang kentara, menunjukkan sebelah airpods yang dia ambil dari cowok di depannya.

"Yaa, iya?" Si tersangka menjawab dengan wajah tanpa dosanya.

"Kalau gue lagi ngomong tuh dengerin. Jangan fokus main hp terus, Tan!" serunya kembali mengingatkan, mengambil paksa ponsel cowok yang dipanggil Tan itu saat lawan bicaranya malah kembali fokus pada layar. Mengabaikan dirinya yang jelas-jelas tengah berbicara.

"Lo fokus ke hp terus ada apa sih?"

Curiga Selatan tengah bertukar pesan dengan cewek lain, Amerta segera mengecek ponsel cowok itu hanya untuk mendapati tampilan layar menunjukkan laman game mobile yang tengah dimainkan.

Selatan menghempaskan punggung ke belakang. Memberikan tatapan malas pada cewek di depannya yang masih menahan kesal. "Ini gue daritadi dengerin loh."

"Apa kata gue?"

"Lo kayak nenek lampir."

"Selatan!"

"Bener, kan? Lo bilang, si kertas mika itu bilang lo kayak nenek lampir?"

"Kok lo jadi ikut ngejek gue?" pekiknya sambil berdiri, membuat setengah pengunjung kafe mengalihkan fokus ke arah meja mereka. “Harusnya lo bela gue dong Tan gimana sih.”

Selatan mengembuskan napas kasar, dia melirik jam di pergelangan tangannya sebelum menarik tas di kursi samping. "Gue pergi duluan. Makanan udah dibayar."

Cowok itu menengadahkan satu tangannya, meminta kembali ponsel beserta airpods yang beberapa menit lalu diambil paksa.

"Mau ke mana? Gue belum selesai bicara."

"Ada rapat."

"Kenapa sih, lo susah banget diajak ketemu akhir-akhir ini?"

"Sibuk, Merta."

"Sibuk sama cewek lain? Iya?"

"Kalau ngomong tuh bismillah dulu."

"Gue nonis."

"Oh, iya. Maaf. Mau gue ajarin login nggak?"

Mengabaikan apa yang dikatakan Selatan, Amerta kembali duduk untuk mengorek isi tasnya demi menemukan benda pipih canggih yang terbungkus soft case warna tosca miliknya, dia utak-atik layarnya lalu menunjukkan isi room chat bersama seseorang.

Ayo BalikanWhere stories live. Discover now