Part 1 : Dari Jeongyeon 📚

388 67 21
                                    

"Jeongyeon-ah... kita tidak sekelas lagi?" ucap Nayeon kepadaku setelah membaca papan pengumuman pengacakan kelas.

"Syukurlah," jawabku singkat seakan tidak ada yang terjadi.

"Ah... padahal aku ingin duduk sebangku denganmu," Nayeon terus mengejarku walaupun aku mulai melangkahkan kakiku ke kelas baruku.

"Pergilah ke kelasmu," jawabku menghentikannya. Aku risih.

Aku bukan membencinya, aku hanya tidak suka diganggu. Walaupun Nayeon adalah saudariku sendiri. Tunggu, saudari? Sepertinya ada yang salah. Tapi lupakan saja.

Langkah demi langkah, akhirnya aku sampai di kelas baruku. Kelas unggulan di sekolah yang aku tempati. Sebenarnya agak gugup jika membayangkan satu kelas dengan anak-anak pandai, ah mulai sekarang aku hanya perlu menjadi lebih pandai untuk menyamakan levelku dengan mereka.

Dua jam pelajaran berjalan dengan sangat mulus, sampai akhirnya bel istirahat berdering. Alih-alih pergi ke kantin atau cafetaria, aku lebih memilih membaca rangkaian kata di perpustakaan sekolah. Walaupun tak sebesar perpustakaan kota, tapi menurutku perpustakaan disini cukup nyaman sebagai tempat menyendiri dan menghindari orang-orang toxic di luar sana.

Terlalu fokus membaca buku baru terbitan bulan lalu, sampai-sampai aku tak sadar ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang. Itu dirimu.

"Permisi, apa kau tahu dimana letak buku modul untuk kelas 11?" tanyamu kepadaku. Sedangkan aku, hanya menunjukkan jari telunjukku ke arah dimana barang yang kau cari itu berada.

"Bisakah kau membantuku? Aku dari tadi kebingungan mencari buku-buku itu,"

"Aku bukan petugas perpustakaan, cari sendiri," aku beralih kembali pada buku yang kubaca tadi. Awalnya memang sangat membosankan untuk sekedar berbicara denganmu. Dan aku cenderung cuek dan tidak peduli dengan keberadaanmu.

"Aku murid baru di sini, juga baru pertama kali ke perpustakaan. Wali kelasku memintaku untuk meminjam buku modul untuk pembelajaran-"

"Apa kau selalu berbicara sebanyak ini?" Aku menoleh ke arahmu. Seorang lelaki yang (sepertinya) suka mengomel sampai-sampai aku tak bisa fokus untuk membaca.

Aku pun beranjak, berjalan menuju rak buku modul yang kau cari. Saat itu, kau jelas mengikutiku dengan raut wajah bingungmu.

"Sudah jelas kan? Ambil saja sendiri," aku pun melangkah keluar perpustakaan sambil membawa buku yang baru dua halaman kubaca. Meninggalkanmu sendirian di sana. Lagi pula, saat itu aku juga tidak peduli dengan orang baru sepertimu.

"Oh, Jeongyeon? Kau tidak ke kantin?" Tiba-tiba Nayeon menyapaku lalu melangkah ke dalam perpustakaan. Padahal, anak itu paling benci kalau di suruh ke perpustakaan. Benci membaca buku lebih tepatnya.

Aku mengabaikan sapaannya sampai aku mendengar suara Nayeon lagi. Kali ini dia tidak berbicara denganku.

"Jim, butuh bantuanku?" Kira-kira seperti itu yang tak sengaja kudengar. Aku menoleh ke sumber suara. Aku melihat Nayeon berjalan ke arahmu.

'Ternyata mereka sekelas,' pikirku dalam hati, lalu beranjak menuju kelas karena bel masuk akan berdering satu menit lagi.

°•°•°

Sebenarnya, sepulang sekolah aku ada latihan basket, mengingat pertandingan semakin dekat, tim basket sekolah harus lebih rajin latihan dari biasanya. Namun, karena si pelatih mengabari bahwa dirinya sakit, latihan terpaksa di tunda untuk sementara waktu.

Hari pertama sekolah di semester ketiga sama sekali belum ada tugas yang datang menghampiriku. Padahal, aku ingin sibuk saat ini. Ah, sudahlah, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke halte bus. Memutuskan untuk pulang.

Aku melihatmu lagi, untuk kedua kalinya, sejak pertemuan pertama kita di perpustakaan siang itu. Kali ini, bukan aku yang kau ajak bicara. Tapi seseorang yang sangat kukenal. Nayeon.

"Oh, Jeong, Kau mau pulang juga?" tanya gadis bergigi kelinci itu kepadaku. Aku hanya melakukan hal yang biasa kulakukan, mengabaikannya.

Alih-alih duduk di bangku halte yang kalian duduki, aku lebih memilih berdiri dan sesekali mengecek ponselku. Padahal, walaupun dicek seratus kali pun tetap tidak ada notifikasi apapun.

Aku hanya berpura-pura mencari kesibukan agar kau tak melihatku seperti seseorang yang kesepian.

"Jeong, kau tak mau berkenalan dengan teman baruku," ujar Nayeon lagi. Gadis itu benar-benar tak kapok walaupun aku telah mengabaikannya hampir satu tahun penuh.

"Hai, aku Jimin," kali ini suaramu benar-benar tertuju padaku. Aku menoleh, memastikan apakah kau benar-benar mengajakku bicara lagi.

Dan benar saja, sorot matamu tertuju padaku. Sebenarnya aku bingung saat kau menyodorkan tangan kananmu untuk mengajakku berkenalan. Aku bingung harus membalasnya atau tidak.

"Jeongyeon," aku menyebutkan namaku dan akhirnya memutuskan untuk tidak membalas jabatan tanganmu itu.

°•°•°

Saat di dalam bus, jelas terdengar kau sedang bergurau dengan Nayeon. Terdengar asyik. Terkadang aku juga iri dengan gadis itu, kenapa dia bisa begitu mudah dekat dengan seseorang yang baru saja ia kenal. Sedangkan aku tidak.

Kau dan Nayeon duduk tepat di belakang kursi penumpang yang aku duduki. Kalau pembicaraanmu dan Nayeon terdengar olehku tanpa seizinmu, ya maafkan aku. Lagi pula bukan salah telingaku kok.

"Aku juga tinggal di kompleks itu, baru saja pindah kemarin lusa," Kalimat yang terucap dari mulutmu itu jelas menyita perhatianku.

"Wah, bagus dong. Kita bisa berangkat dan pulang sekolah bersama setiap hari," balas Nayeon dengan nada gembira.

Sejenak aku berpikir, jadi aku bisa bertemu denganmu setiap hari juga kan?

'Ah, jeong... kau ini lagi memikirkan apa sih. Bisa-bisanya kau tertarik dengan lelaki yang baru saja kau temui hari ini,' gumamku dalam hati. Aku juga bingung, kenapa aku malah memikirkan hal-hal yang tidak penting seperti ini.

°•°•°

Jam dinding menunjukkan pukul 22.35 dan aku baru saja menyelesaikan buku yang kupinjam dari perpustakaan tadi siang.

Aku merebahkan tubuhku di kasur empuk yang terletak di kamar tidurku. Aku memandangi langit-langit kamarku, dan berpikir sejenak.

Aku memang tidak terlalu hafal dengan struktur wajahmu, karena aku selalu menghindari untuk bertatapan dengan orang.  Khususnya seorang lelaki. Sebaliknya, aku lebih mudah menghafal tulisan, dan sialnya namamu masih berputar-putar di kepalaku.

Aku tidak suka itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku kasi Part 1 nya dulu deh biar pada mampir hehe..
jangan lupa vote dan komen ya gaiss.. makasii♡

Langit, Hujan, dan Senja✔Where stories live. Discover now