surat ketujuh

39 4 0
                                    

[ 7 ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 7 ]

--

Hi Ruto,

Hari ini aku tidak sedang ingin bertanya. Kali ini, aku ingin bercerita; berkeluh kesah. Untuk yang terakhir kalinya.

Aku ingin nenumpahkan perih yang pernah tertinggal. Dahulu. Ketika aku masih menyimpan rasa padanu.

Aku tahu semua telah berubah-- tidak lagi sama. Tapi ketahuilah, apapun yang telah terjadi; baik atau buruk; aku mensyukuri tiap detiknya. Aku tidak ingin menghancurkan segalanya-- termasuk pertemuan kita. Tapi aku cuma ingin sekedar kembali menyapa-- sebagai kawan lama.

Maka apabila memang yang terbaik adalah dengan melupakan, lupakanlah. Aku tidak harus diingat. Aku tidak pula ingin diingat.

Aku sudah lelah. Tenagaku sudah kukerahkan sepenuhnya padamu dulu. Namun naas, kita memang tidak pernah dimaksudkan untuk bersatu.

Memang kita disatukan sebagai sahabat, namun tidak sebagai pasangan. Aku tidak sedih, aku justru bahagia. Karena dengan adanya rasa sakit itu, aku bisa menemukan dia yang kini telah menimangku-- Jeongwoo.

Terima kasih Haruto. Terima kasih untuk segalanya. Untuk bahagia yang pernah ada, sekaligus rasa sakit yang pernah terselipkan. Aku ingat dan cinta setiap detiknya. Sungguh.

Kini aku lantas akan mengucap perpisahan. Aku tahu tidak semua hal akan utuh sampai pada akhirnya. Sampai pada akhirnya salah satu runtuh, mundur, dan tumbuh. Tumbuh menjadi pribadi baru dengan belajar melalui rasa sakit itu.

Kini aku bahagia Ruto. Sangat. Karena melalui kedatanganmu, aku belajar. Belajar menerima kenyataan bahwa pada akhirnya, akhir kata mencinta ialah mengikhlaskan.

Sampai jumpa Ruto; sampai kita berjumpa kembali di bawah hangat mentari yang sama.

Tertanda,

HJ
16.08.35

Hi, Ruto | Watanabe HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang