6

258 37 1
                                    

Manik hazel itu menatap lurus ke arah pintu kamar nya. duduk dengan selimut yang menutup kaki hingga pinggang, bersandar di ranjang dengan di topang bantal putih yang di letakan tepat di belakang punggung nya.

Waktu menunjukkan tepat pukul lima sore, langit jingga terlihat membentang luas dari balik jendela yang di balut gorden putih. kembali seulas senyum tipis terukir di wajah itu saat mata nya nampak melihat ke arah hamparan awan yang selalu ia kagumi.

Pintu terbuka menampakkan pemuda dengan seragam dan tas yang menggantung di bahu nya. tersenyum tipis lalu melangkah mendekati seseorang yang masih terduduk di atas ranjang rumah sakit

"Bagaimana keadaan mu?" Langkah nya terhenti di depan meja yang ada di samping ranjang, mengambil benda coklat yang ada di sana, sebuah vas bunga.

"Masih seperti biasanya." Surai putih perak nya terlihat sedikit bergerak tertiup angin yang masuk melalui sela-sela jendela, mata nya menangkap dua tangkai bunga yang di keluarkan dari tas seseorang yang baru saja masuk ke kamar inap nya "Diichi kau membawa bunga?"

"Un. ibu ku membeli mawar putih untuk vas yang ada di ruang keluarga, karna terlalu banyak jadi aku mengambil beberapa tangkai. aku melihat vas mu kosong dari Minggu lalu." Menata tiga tangkai bunga di dalam vas lalu kembali menaruh nya di tempat semula "begini lebih bagus."

"Arigatou" Senyum kembali terlukis di setiap lekung pipih sugawara

Daichi duduk di kursi dekat ranjang, menatap sugawara, terkadang rasa penasaran sedikit mengoyak hatinya. apa yang sedang suga pikirkan saat mata nya hanya menatap lurus ke satu arah.

"Daichi" Panggil nya, manik suga kembali sibuk dengan awan yang terlihat dari balik jendela. entah kenapa rasanya cukup menenangkan
"Bisakah kau tetap di sini sampai jam delapan malam? menunggu sampai Kaa-san dan tou-san datang" Ucap suga cukup pelan 

"Aku akan menunggu sampai operasi mu selesai."

"Eh?" Kini Suga menatap daichi tidak percaya, operasi nya akan di lakukan pukul sepuluh malam dan mungkin baru selesai pukul dua sampai tiga pagi "itu akan memakan waktu lama daichi."

"Yah aku sudah izin menginap pada ibu ku, lagi pula besok akhir pekan." Dengan santai nya daichi bersandar sambil meminum minuman kaleng yang ia keluarkan dari kantung plastik dengan beberapa roti sebagai pelengkap nya 

Suga hanya menghela nafas memandang teman satu angkatan nya. tapi dalam hati, ia bersyukur daichi mau menyempatkan waktu untuk nya setiap saat.

Suga turun dari kasur, melangkah membuka gorden putih yang masih sedikit menutup pemandangan di luar, berdiri di depan jendela yang setengah terbuka

"Kau memandangi awan itu setiap hari apa tidak bosan?" Timpal daichi yang kini memakan roti-roti yang ia beli

"Daichi kau lebih menyukai bintang atau mereka?"

"Awan yang selalu kau pandangi?" Tanya daichi memastikan, satu detik berikutnya ia mendapati kepala suga mengangguk "Jujur saja aku lebih suka hamparan bintang dari pada awan jingga yang hanya sesaat." Jawab nya jujur. terlalu jujur sampai membuat suga sertawa

Mungkin kalo objek yang mereka bicarakan adalah manusia maka sakit hati akan menjalar di seluruh bagian tubuh nya setelah mendengar kalimat daichi "Tapi kalo aku boleh memilih satu kali lagi, aku lebih suka salju yang putih dan lembut."

"Daichi. kalau kau perhatikan awan-awan itu dengan baik. mereka seakan memberi kehangatan bagi setiap orang yang melihat nya."

Setelah mendengar itu, daichi bangun dari kursi nya berjalan ke arah jendela dan berdiri tepat di samping Suga "Sebaliknya menurut ku mereka kejam. mereka menampakkan keindahan, menyalurkan kehangatan, memberi kebahagiaan, tapi tidak sampai satu jam mereka sudah pergi begitu saja."
Suga tersenyum ke arah laki-laki yang lebih tinggi dari nya, mengangguk lalu kembali ke tempat tidur

Believe me i'm fine [Daisuga] End ✓Where stories live. Discover now