ramen.

69 9 2
                                    

| 01 |

Slovakia, 48°44'59.99" N 18°34'59.99" E.
9 PM, Friday.

"Bonjour, Sir."

Ketukan pantofel terdengar di setiap sudut ruangan, bersamaan dengan datangnya langkah kaki sosok lelaki tinggi berbalut jas Alexander Amosu Vanquish II Bespoke. Seluruh penghuni ruangan itu membungkukkan tubuhnya sebesar 45 derajat. Sarat akan arti yang sangat dalam, seseorang yang terlampau mereka hormati.

"Untuk sementara, rumah aman akan kami pindahkan ke Alžbetina 55, 040 01 Košice, tempat yang Tuan pijak saat ini." Lelaki bertubuh bugar dengan tinggi 181 sentimeter itu berkata tegas, sedangkan tangannya terus bergerak di atas iPad, memunculkan ratusan kalimat di dalamnya.

Jeon Jeongguk menaruh pantatnya di atas kursi putar berwarna hitam yang berhadapan dengan meja kayu seberat seratus kilogram, mengambil pena kesayangannya dari balik kantung jas kelewat mahal yang bertengger nyaman di lekuk tubuhnya tanpa cela.

"Bagaimana kabar perusahaan?" Terpatri jarak lima meter ia menelisik pandang. "Sejauh mana NIS sudah mengendus pergerakan Black Shadow?" Jeongguk mengetukan jarinya di atas meja tersebut.

"Untuk saat ini kami dapat pastikan bahwa keadaan seluruh awak dalam mode green. Tidak ada satu pun yang terluka dan NIS belum bisa menggerebek masuk ke dalam perusahaan, Tuan. Anda hanya memiliki kantor cabang di Korea Selatan, bukan sebuah masalah besar." Kim Namjoon menaikkan kacamatanya yang sedikit merosot dari hidungnya.

Jeongguk mengangguk paham. "Persiapkan penerbangan Saya besok menuju Las Vegas. Pastikan NIS tidak mengendus perpindahan tempat ini." Lelaki itu sedikit membenarkan dasinya, "Nyawamu yang akan menjadi taruhan."

Sesaat Kim Namjoon tampak menahan napasnya untuk kemudian mengangguk patuh, "Baik Tuan."

Jeongguk melangkahkan kaki keluar dari dalam ruangan itu, menuju hotel teraman yang sudah dipesankan untuknya, menaiki Sweeptail Rolls Royce, mobil mewah keluaran terbaru dari negara Elizabeth. 

Bangunan tua khas vintage berwarna cokelat tua di belakangnya itu berhasil menarik perhatian beberapa orang saat Jeongguk melangkah dari dalam sana.

Lelaki itu tegas. Tidak banyak berbicara. Tatapannya mampu membuat orang-orang tertunduk dan merasa ditelanjangi. Tidak ada yang tahu bahwa Jeon Jeongguk yang sedang berjalan di samping mereka adalah seorang pemimpin mafia terkuat di Asia pun Amerika.

"Selamat malam, Sir." Michael menyapanya ramah saat Jeongguk masuk melewati pintu mobil mahal tersebut.

"Malam, Michael. Bagaimana kabarmu?"

Michael sedikit tertawa, "Sungguh, Jeongguk? Kau bertanya seperti ini saat kemarin aku baru saja terbebas dari tiga buah peluru di kaki dan bahu kiriku saat melindungi kau?" Ia mulai menginjak pedal gas.

Jeongguk berdeham sesaat, "Sudah menjadi resikomu. Aku sudah berkata saat kau—"

"Ya, ya." Michael memotongnya, tidak satu pun getaran keluar dari nada suaranya. "Jangan dibahas, Jeongguk. Aku hanya bergurau,"

Lelaki di sampingnya mendengus pelan. Menyandarkan tubuh pada kursi mobil mewah itu, menatap pohon-pohon yang dilewatinya. Jeongguk memejamkan mata, tidak ada yang bisa dipikirkannya. Seolah profesinya saat ini tidak membiarkan lelaki tersebut barang sejenak mengkhayalkan sesuatu yang indah.

Ratusan orang sudah pernah tertancap peluru pistolnya. Ratusan kali pula Jeongguk sudah mendengar suara teriakan mohon ampun dan kesakitan. Telinga dan hatinya seolah tuli, tidak ada satu pun orang yang bisa menghentikan niatnya. Tidak ada.

"Sir, kami sudah sampai." Michael membangunkan Jeongguk, suaranya pelan, tahu bahwa sang bos sedang mengistirahatkan raganya.

Jeongguk membuka matanya. Ia rasa sudah sepuluh menit mobil ini sampai di lobby hotel. Sedikit berdeham lalu membenarkan jasnya, lelaki itu turun dari dalam sana.

Beberapa bodyguards mendampinginya saat ia memasuki bangunan megah yang ada di hadapannya.

"Jimin! Astaga, tungguin!" Samar-samar pekikan itu terdengar. "Jimin! Aduh, bantalnya. Ya Tuhan, mochie berjalan itu."

Buk!

"Aaaaa, ramen pedasku!"

Jeongguk menahan napasnya, langkah laki-laki itu terhenti. Diikuti oleh para bodyguards yang menemaninya sudah memasang badan di sekeliling pemuda yang menabraknya.

"Ramenku..."

Tangan Jeongguk mengangkat ke atas, tanda bahwa ia menyuruh para bawahannya itu untuk menahan gerakan.

Kim Taehyung. Nama lelaki itu. Terukir di bantal hati berwarna merah yang sudah jatuh terinjak oleh pemiliknya sendiri. Jeongguk melihat namanya.

Yang menabraknya pun mendongak, matanya melebar saat melihat ia sudah di kelilingi oleh beberapa orang bertubuh kekar yang dibalut jas mahal. Taehyung sempat terpana saat matanya menangkap lelaki yang sebagian jas di bagian dadanya sudah basah oleh kuah ramen instan miliknya yang terjatuh.

Perutnya terasa panas saat obsidian milik Jeongguk menatapnya tajam, tidak sadar bahwa sedari tadi Kim Taehyung sudah menahan napasnya.

Lelaki itu bangun dari tumpuannya lalu membungkukkan tubuh berulang kali, bergegas pergi dari sana sambil menggumamkan kata maaf dan menyampirkan 20 dolar Amerika di tangan salah satu bodyguard tersebut.

'Sial, sial, sial. Yang tadi itu ... Bukan Jeon Jeongguk dari Jeon Company, kan?'

Kaki Taehyung sedikit melemas saat ia memasuki toilet khusus lelaki. Tangannya menumpu pada wastafel yang berlapis granit. Lelaki itu sedikit mengatur napasnya yang berantakan.

"Nggak mungkin ... Dari ratusan negara, nggak mungkin Jeon Jeongguk menapaki kakinya di sini." Kim Taehyung memukul pelan kepalanya, "Ya Tuhan, selamati nyawaku."

"Jimin sialan." Lelaki itu buru-buru merogoh kasar saku celana jeansnya mengetik beberapa pesan untuk temannya di sebrang sana—kemungkinan sudah bersantai di dalam kamar mereka.

"I hate you, Park Jimin. You will shock and regret what you did for leaving me, if you hear my story. I'm in danger. I don't wanna dieeee!" Terkirim.

"Sir," Salah satu dari pria bertubuh besar itu mengangkat tangannya, menunjukkan beberapa lembar uang mata asing yang diberikan oleh Taehyung.

Jeongguk mengencangkan rahangnya, antara kesal dan ingin tertawa karena sepertinya Kim Taehyung, lelaki berpinggang ramping tersebut berhasil menarik perhatian Jeongguk. "Cari tahu siapa Kim Taehyung. Latar belakang, keluarganya, bahkan sampai ke merk deterjen yang biasa ia pakai." ㅤ

ㅤㅤ
***

ㅤㅤ

ㅤㅤ

CONTINUE.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 09, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Las Vegas • kv Where stories live. Discover now