06. Khawatir?

67 10 4
                                    

[[ JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN ]]

‾‾‾‾‾‾‾

"Kak lo― "

Penasaran apa yang akan cewek itu tanyakan Alka lantas memposisikan tubuhnya menghadap cewek tersebut.

Berpikir sejenak Ayna menatap Alka yang sudah menghadap kearah dirinya dengan pandangan serius.

"Lo udah baik-baik aja?" Tanyanya serius.

Cowok itu mendengus "Iya." Jawabnya singkat.

Ayna maju selangkah mengikis jarak diantara mereka berdua. jari-jari lentiknya mempererat jaket yang diberikan oleh Alka sebab udara semakin dingin dicuaca yang tengah hujan deras ini.

Mendongak cewek itu kembali menatap Alka namun kali ini dengan tatapan yang sedikit berbeda. Yang ditatap hanya diam tanpa ekspresi.

"Gimana lo bisa sampe kek gitu kemarin?" Tanyanya. Matanya masih saja menatap Alka dengan  pandangan menyelidik bak detektif profesional.

"Lo gak perlu tau." Jawab cowok itu dingin.

Entah kemana perginya Alka yang tadi sempat perhatian kepada dirinya. Sekarang cowok yang ada didepannya ini sudah seperti orang asing saja, eh kan memang orang asing ia hanya kebetulan bertemu cowok itu di gang dan kebetulan juga satu sekolah dengannya pikir gadis itu.

"Idih pelit amat." Ucapnya sambil memanyunkan bibirnya sebal.

"Tapi kondisi lo udah baikan belum?"

Cowok itu hanya menjawab dengan berdehem singkat. Tak mau larut dalam kekesalan akhirnya gadis itu membalikkan tubuhnya dan menatap lurus ke jalan yang tengah diguyur hujan dengan derasnya.

Hening dan dingin. Itulah yang kini dirasakan oleh kedua remaja itu mereka berdua sama-sama tak bersuara hanya suara hujan dan napas mereka berdua yang saling bersahutan.

Cowok itu melirik Ayna yang tepat berada disampingnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, sedangkan yang ditatap tidak sadar dan masih saja menatap lurus ke depan.

Menghela napas samar cowok itu lantas mengambil sesuatu berbentuk kotak dari dalam tas hitamnya. Ia mengambil benda batangan dari dalam bungkus kotak itu dan tak lupa mengambil korek kemudian kedua jarinya mengapit benda panjang berukuran kecil tersebut.

Ctikk

Detik itu juga ia membakar ujung benda batangan tadi dan menghisap nya perlahan, ya itu rokok. Alka memang perokok tetapi tidak setiap hari ia hanya akan merokok ketika dirasa sedang berada di mood yang kurang bagus.

"Snif snif..."  Siapa yang merokok? Batin Ayna heran. Hidung mungilnya tidak sengaja menghirup asap rokok yang dihembuskan oleh seniornya itu untung saja ia tidak mempunyai penyakit asma.

Gadis itu menoleh ketika dirasa pelakunya tepat berada disampingnya kedua matanya melotot ketika melihat pemandangan yang kini berada didepannya. Cowok itu sedang merokok dengan santai menyenderkan punggungnya ke tembok ruko, Ayna yang melihat itu pun tanpa ba bi bu langsung saja merebut paksa rokok yang sedang dihisap oleh cowok yang ada didepannya ini.

Kaget ketika rokoknya direbut tiba-tiba dari dirinya dengan cepat cowok itu menatap tajam siapa pelaku yang dengan beraninya merebut rokok yang sedang ia hisap.

Ayna yang ditatap tajam juga tidak mau kalah ia balik menatap tak kalah tajam kearah cowok itu.

"Balikin." Desis cowok itu tajam.

"Nggak." Kukuhnya.

Menegakkan badannya. Alka berbalik menghadap Ayna dengan sorot mata yang tak henti-hentinya menatap gadis itu tajam jika saja mata cowok itu mampu mengeluarkan laser sudah dipastikan Ayna akan habis terkena laser dari mata cowok yang ada dihadapannya ini.

Menghela napas prihatin Ayna menatap Alka dengan sorot mata serius. "Rokok tuh gak baik buat kesehatan lo!"

"So?"  Tanya cowok itu acuh.

"What? Apasih nih cowok dikasih tau malah gak peduli ish nyebelin!" Batinnya sebal.

"Balikin!" Perintah cowok itu sekali lagi.

"Nggak nggak nggak." Kukuh gadis itu hingga kepalanya menggeleng kekanan dan kekiri.

Berdecak, dengan cepat cowok itu melangkah kedepan mengikis jarak yang ada di antara mereka hingga tidak tersisa.

Melihat itu dengan cepat pula tangan Ayna menyembunyikan rokok cowok itu kebelakang punggungnya. Kedua kakinya mundur selangkah menghantam tembok ruko ketika melihat Alka yang dengan tenangnya tetap melangkah maju dan mempersempit jarak diantara mereka. 

"Balikin atau― "

"Atau cium?"  Pikir gadis itu ngelantur.

"Gue buang Lo ke tengah hujan." Lanjutnya menyeringai.

Ayna tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh cowok itu. Jika menurut cerita romantis pada umumnya sang cowok akan mengancam dengan embel-embel ciuman tapi kok ini malah diancam mau dibuang ke tengah hujan? kenapa beda sekali dengan cerita romantis yang sering ia baca?! Gadis itu malah kalut dengan pikiran dongkolnya sedangkan Alka jangan ditanya lagi ia sudah hampir kehabisan kesabaran melihat wajah bengong Ayna yang tidak merespon ancamannya.

"Kek nya Lo emang lebih suka dilempar ketengah hujan ya?" Ucap cowok itu penuh dengan nada kesabaran Ia harus sabar jika ingin rokoknya kembali.

Terkejut gadis itu bangun dari lamunan dongkolnya ia sudah berpikir yang iya iya tadi dan nyatanya sekarang ia dikecewakan oleh kenyataan yang membagongkan.

"Gue gak bak― Arghh!" Pekiknya terkejut ketika tiba-tiba saja sesuatu yang panas menyentuh kulit jari jempol dan juga jari telunjuknya. Tanpa gadis itu sadari sedari tadi rokok milih Alka terus saja menyala yang menyebabkan rokok tersebut terkikis habis perlahan demi perlahan.

Alka tidak kalah terkejutnya dengan Ayna cowok itu dengan cepat mengambil tangan gadis itu dan melihat luka bakar yang disebabkan oleh rokoknya. Gadis itu meringis kesakitan ketika tangannya ditarik dengan kasar oleh Alka.

"Ck lo tuh bodoh apa gimana sih?" Tanya Alka sebal namun juga tersirat nada khawatir yang dapat disadari oleh Ayna.

Dia khawatir sama gue? Batin gadis itu tak percaya.

"Pelihara tuh kucing, bodoh kok dipelihara." Tak terima karena dikatakan bodoh oleh cowok itu dengan kasar tangannya menyentak tangan Alka yang sedang melihat luka bakar di tangannya.

Walaupun belum sekali dua kali ia dikatakan bodoh oleh seseorang tetapi tetap saja itu membuat hatinya bergejolak marah.

"Lo tuh khawatir atau cuma mau ngejek gue sih kak?" Alka yang peka dengan perubahan nada suara gadis itu dengan cepat segera memperbaiki kalimatnya.

Berdehem, "Maksud gue bukan gitu, gue kan cuma ber-canda." Ucapnya sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Terserah."

Apa? Masa sih dia beneran marah sama gue? Batin cowok itu bingung.

- TBC -

993 words

Hai i'm back guys

Maaf ya chapter ini pendek dah ngantuk bet pas ngetiknya:v

Penasaran sama lanjutannya? Komen NEXT ya~

Jangan lupa VOTE and KOMEN ya~

Oh ya boleh dong rekomend ceritaku ke temen² kalian sp tau mrka suka:)

Bye see u all❤️

•11 Mei 2021

ALKAYNA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang