32 | with you [end]

1.9K 50 2
                                    

chapter thirty two (final chapter)

with you

***

🎧JASON MRAZ - I WON'T GIVE UP

I won't give up on us
God knows I'm tough, He knows
We've got a lot to learn
God knows we're worth it

[▪︎]


Gavin langsung tersenyum ketika melihat kehadiran Dira. Dira balas tersenyum tak kalah lebar dan segera menghampiri Gavin yang sedang membakar daging bersama dengan Dipta. Mereka sedang berada di balkon rumah Dira yang biasa menjadi tempat kalau acara bakar-bakaran daging ini diadakan di rumah keluarga Dira.

Semua orang terlihat sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing, bunda dan ibu Varo bagian mengurusi daging bersama Kafi yang menusuk potongan daging yang tinggal sedikit lagi selesai untuk dijadikan sate, sedangkan kedua ayah menyiapkan alat pembakaran lainnya yang baru saja Dira dan Kafi bawa dari rumah keluarga Varo. Tadi bunda sempat mengajak Gavin untuk membantunya menusuk daging yang akan disate, namun dengan segera Dira menawarkan dirinya sendiri mengingat malam di tahun kemarin saat Gavin ketahuan keberatan dengan tugasnya itu.

Dira memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Waktu berjalan begitu cepat, malam tahun baru sudah kembali datang. Dan sudah enam bulan lamanya mereka hidup tanpa Varo. Namun selama itu juga, mereka yang ditinggalkan masih belum terbiasa dengan ketidakhadiran Varo. Apalagi di saat-saat ada acara seperti ini, biasanya Varo akan selalu hadir dan menghidupkan suasana. Namun sekarang berbeda, kini Dira melihat keluarganya yang sedang tertawa karena lelucon dan tingkah konyol Gavin. Kehadiran Gavin yang menghidupkan suasana malam ini bukanlah sebagai pengganti posisi Varo, karena selamanya kedua orang itu berbeda. Gavin adalah Gavin dan Varo adalah Varo. Dira bersyukur keadaan ibu Varo sudah lebih membaik sekarang, karena selama beberapa bulan setelah ditinggalkan putra sulungnya, ibu Varo sangat terpukul.

Tahun lalu, Dira dan Varo berjanji akan merayakan tahun baru di Bandung. Namun belum sempat Varo menepati janjinya, Varo sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.

Dira menatap Gavin yang berada di sebelahnya, matanya menyipit karena terkena asap dari pembakaran itu.

"Ra, kamu di sana aja, gih. Nanti bau asap daging kalau di sini," kata Gavin dengan suara pelan.

"Iya. Kalau masih mau di sini ya udah gantiin tugas kakak. Kamu yang lanjutin bakar, kan so sweet tuh bakar daging berduaan." Dipta menyahut sambil tersenyum lebar.

Mendengar itu Gavin sontak menoleh pada Dipta. "Enak aja! Dira tugasnya nusukin daging, ya. Masa disuruh lagi buat bakar daging. Enak di elu," kata Gavin dengan menggebu yang membuat Dipta mengerucutkan bibirnya. Memang cuma Gavin yang berani ngomel-ngomel ke calon kakak ipar.

"Sebentar," lanjut Gavin sambil matanya bergerak mencari sesuatu. Setelah menemukan yang dia cari dia kembali berujar. "Duduk sini, Ra," katanya sambil membawa kursi lipat dan menempatkannya di sisi yang tidak akan terkena asap.

Dira nyengir, "Makasih." Gavin hendak mengusap rambut Dira, namun tangannya berhenti di udara setelah menyadari bahwa tangannya kotor bekas membakar daging. Maka Gavin menggantikannya dengan menganggukkan kepala dan tersenyum manis.

Sementara itu Dipta yang menjadi saksi kelakuan dua orang yang sedang dimabuk manisnya cinta itu pura-pura batuk.

Pura-pura batuk yang malah menjadi batuk betulan gara-gara tersedak asap daging.

Garis CakrawalaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora