Vindicite|Flowers

173 13 3
                                    

Gak apa
Gak semua harus sesuai ekspektasi kamu-V

***

(Namakamu) bangun kesiangan. Setelah kemarin malam diinterogasi oleh Rosa sepanjang malam mengenai laki-laki berwajah datar yang sempat berpapasan dengan mereka di luar apartemennya. Rosa sepertinya kurang puas dengan jawaban ngelantur (Namakamu).

Pagi ini terjadi keributan kecil di kamar mereka.

Seperti wanita pada umumnya. Pagi ini Rosa tidak bisa lepas dari cermin panjang dihadapan sebelum semuanya sempurna. Mengunyah bibir atas dan bibir bawahnya. Rosa terlihat sangat merona dengan lipstik warna coral hibuscus-nya. Tidak lupa alat make up yang berhamburan di meja.

Mulut yang menganga. (Namakamu) tidak menyangka jika temannya gila dengan semua alat riasnya. Yang ia pikirkan sedikit polesan sunscreen dan lipsglos. Itu sudah cukup berlebihan menurutnya. Tapi ternyata, Rosa melebihi hal yang berlebihan dipikirannya.

Kakinya turun dari atas ranjang meraih tas dan tidak lupa jam tangan kesayangannya.

"Rosa." Panggilnya yang masih sibuk dengan polesan- polesannya. "Pesta kebun hampir mulai! Jika kau lupa. Aku akan mengingatkan bahwa kau belum memiliki barang bawaan!"

"Tunggu sebentar! Apa yang kau harapkan dari pesta kebun?! Hanya mengumpulkan tanaman tidak berguna itu." Rosa mendekatkan matanya. Tangan yang lihai menaik-turunkan stik maskaranya. "Lima menit lagi. Lagi pula maksud dan tujuanku ikut denganmu hanya ingin tebar pesona saja. Siapa tahu aku dapat jodoh di acara itu."

(Namakamu) menghela nafas. "Tidak banyak laki-laki yang menyukai pesta kebun. Hanya sebagian dari banyaknya mahasiswa! Jika pun ada aku yakin mereka tidak benar-benar menyukaimu! Mereka hanya tertarik dengan make up mu! Cepatlah. Aku mungkin sudah berada di kampus sejak tadi jika tidak menunggumu terlalu lama."

Rosa berdecak. "Terlalu rajin mahasiswi satu ini. Kau ingin bertemu dengan siapa memangnya?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin memastikan bahwa tidak ada catatan bolos yang tertulis namaku."

Rosa berdeham remeh. "Oh. Oke. Itu adalah elakan yang bagus."

"Rosa, aku sangat bingung." Tangan melipat di depan dada. "Riasan dan sulam alismu tidak akan membuat semua orang di dunia ini berubah. Dengan make up kau terlihat sangat menor di mataku!"

"Ck. Apa kau belum tahu tentang, wanita akan di hargai ketika cantik."

(Namakamu) mengangguk. "Siapa? Maksudku, siapa yang tidak menghargai soal itu? Semua wanita itu cantik walaupun tanpa riasan. Kau saja yang berlebihan ingin menjadi pusat perhatian. Ini terlalu menor Rosa!"

Rosa menoleh kemudian berdiri. "Hey! Dengar, ini adalah look paling natural di semua mata. Tetapi hanya matamu yang bermasalah! Ku akui jika kau memang sangat cantik tanpa riasan sedikit pun. Jadi jangan koreksi hasil karyaku, oke?"

(Namakamu) menyambar kotak kue macaroons di atas meja. Memasukkan ke dalam paperbag tanpa membalas ucapan temannya. Jika urusan berdebat adalah Rosa si juara. (Namakamu) menggantungkan tas selempang di badan. Menarik pot bunga chamomile dan memeluknya. Menunggu Rosa yang tak kunjung.

Rosa menoleh. "Eh. Kau membeli bunga tanpa mengajakku. Begitukah cara kerja seorang teman?"

"Aku mampir ke rumah kemarin. Mengingat akan diadakannya pesta kebun. Jadi, aku berinisiatif membawanya ke Apart. Lagi pula di rumahku masih banyak tanaman lain ku pikir tidak akan terlihat jika aku mencurinya satu."

VINDICATE Donde viven las historias. Descúbrelo ahora