18. Note Pink

122 18 0
                                    

"Diba hati-hati ya!" seru Tari seraya melambaikan tangan kanannya.

Hari ini adalah hari kepulangan semua santri dalam rangka libur panjang. Semua santri sibuk berkemas, menunggu jemputan yang tak kunjung datang, ada juga yang berbincang dengan temannya sebelum berpisah.

"Iya Tar, aku duluan ya. Assalamu'alaikum," pamit Diba dari dalam mobilnya. Senyumnya tidak luntur wajahnya. Ia terlihat sangat bahagia.

"Wa'alaikumsalam," balas Tari sembari tersenyum.

Sekarang Tari sendirian tinggal menunggu orang tuanya yang belum jua datang. Milla sudah pulang sebelum Diba.

Nyesek rasanya ketika harus berpisah dengan sahabat kita meskipun hanya sementara. Hampir saja air mata Tari lolos begitu saja. Untung ia segera menyekanya.

Tari hanya menunduk, rasanya sangat hampa. Ada rasa ingin menangis tapi entahlah.

Tari berniat kembali ke kamar untuk mengambil ranselnya. Sebuah susu kotak rasa strawberry tersodor didepannya. Di kemasannya terdapat sebuah note berwarna pink.

"Tar," panggil seseorang.

Tari mendongakkan kepalanya, netranya bertatapan dengan orang itu. Seketika Tari langsung kembali menunduk.

"Tar aku cuma mau ngasih ini," ujarnya seraya kembali menyodorkan sekotak susu.

"Aku tau kamu suka susu, terima ya," lanjutnya.

Tari memberanikan diri untuk menatap seseorang yang ada didepannya ini. Jujur ia sangat malu. Ketika mereka berjauhan Tari tidak ada malu-malunya, tapi ketika hanya berdua, ia mendadak kehilangan kata-kata.

"Makasih Ta," ucap Tari. Bibirnya terasa kelu bahkan hanya untuk mengucapkan 'terima kasih'. Namun, hatinya sangat berbahagia.

Pada hari terakhirnya di tahun ajaran ini ia sangat bersyukur dan bahagia.

"Tar aku pamit pulang, kamu baik-baik ya, assalamu'alaikum," pamit Apta lalu berbalik dan meninggalkan Tari yang hatinya tengah berbunga.

"Hati-hati Ta," balas Tari seraya tersenyum.

Apta berbalik lalu mengangguk pada Tari. Ia menyempatkan untuk tersenyum sekilas pada Tari.

Mendadak pipi Tari bersemu merah. Ia menatap susu kotak yang ia pegang dan senyumnya kembali terbit.

***

"See you next time Tari," batin Apta seraya menatap seorang gadis yang sedang memasukkan barang-barangnya ke bagasi mobil.

Ia juga akan segera berangkat setelah orang tuanya selesai berbincang dengan sang Kyai.

Dilihatnya Tari sudah memasuki mobil, Apta tersenyum tipis. Tanpa ia duga Tari membuka kaca mobil dan tersenyum pada Apta seraya melambaikan tangan.

Bibirnya seakan berkata 'assalamu'alaikum', Apta kembali tersenyum lagi ia juga membalas salam Tari dengan gerakan bibir saja.

Tak lama kemudian, kaca mobil itu kembali tertutup. Perlahan wajah Tari tertutup kaca mobil yang gelap itu.

"Le liatin apa?" tanya Bunda Apta mengejutkannya.

Apta tersentak lalu menatap Bundanya, "bukan apa-apa Bun," alibi Apta. Sang bunda percaya-percaya saja ia menepuk pundak putranya lalu tersenyum.

"Dia cantik ya Le, senyumnya manis," goda Bunda seraya tertawa pelan.

"Bunda apaan sih? Dia siapa? Suka ngaco," balas Apta seraya tertawa sumbang.

"Siapa? Sok polos kamu tuh. Liat aja siapa," sahut Bunda lalu membuka pintu mobil dan mengisyaratkan sang putra untuk masuk juga.

Perjalanan pulang dari pondok menuju kediaman keluarga Apta memakan waktu sekitar satu setengah jam. Selama perjalanan Apta hanya memainkan ponselnya. Entah apa yang ia lakukan, mungkin stalking.

Sesampainya di rumah Apta langsung mendatangi sang nenek yang sedang terbaring di kamarnya. Beliau menderita sakit stroke sejak dua tahun yang lalu.

Apta bersimpuh disamping ranjang sang nenek, ia memegang tangan keriput nenek. Sang nenek membuka matanya perlahan lalu menengok kearah cucunya. Ia tersenyum bahagia sambil menatap Apta.

"Den ... Ne nek ka ngen," lirih Nenek. Senyumnya tidak luntur sejak Apta datang.

"Apta juga kangen Nenek, Nenek baik-baik saja kan?" balas Apta. Ia berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh dihadapan sang Nenek.

Nenek mengangguk pelan, kondisinya memang tidak terlalu buruk juga. Tetapi bukankah takdir Tuhan itu sebuah rahasia?

Kejadian baik dan buruk bisa terjadi kapan saja. Tidak peduli bagaimana kondisi dan situasinya. Karena yang namanya takdir sudah ditetapkan sejak kita belum ada di dunia ini.

***

Tari menata pakaiannya di almari lalu mengeluarkan susu kotak pemberian Apta tadi. Sebuah susu rasa strawberry. Tari menatap sebuah catatan berwarna pink yang ditempel di kemasan susu.

Tari membaca catatan itu seraya tersenyum. Kenapa lelaki seperti Apta bisa membuat untaian kata yang menyentuh seperti ini.





Untukmu, Santriwati Penyuka Susu

Assalamualaikum Tari ...

Sebelumnya aku mau ngucapin syukron katsiron udah mau menerima susu ini, hehehe aku minta maaf cuma bisa ngasih ini sebagai tanda, entah tanda apa, tapi aku tau kamu pasti suka

Untukmu Santriwati Penyuka Susu, izinkan mengucapkan beberapa patah kata untuk mengakhiri pesan ini, soalnya kalau banyak-banyak nggak muat, hehehe

Tari tolong tunggu lah aku sampai saat itu datang, aku akan datang dan menepati janjiku yang kutulis dipesan ini

Udah dulu ya, udah nggak muat lagi soalnya

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dariku RAG








To be continued

Sorry banget kalau nggak ngefeel, aku kurang mahir dalam membuat orang baper 🤣

Tunggu part selanjutnya ya kawan see you 😚❣

Bukan Zahra dan Ali [ 𝐄𝐍𝐃 ] Where stories live. Discover now