That's NOT Love

44 0 0
                                    


Renna menatap nanar pecahan cermin yang tercecer di lantai. Botol parfurm Bvlgari Rose Goldea telak menghantam cermin. Luluh lantah seperti hatinya malam itu.

"Pergi lu dari sini!" Vandi membabi buta, melepar semua barang Renna ke arah Renna. Renna bertekad malam itu akan menjadi terakhir kali Vandi bertindak kasar setiap kali adu mulut di antara mereka tidak bisa bertemu di titik tengah.

Renna menatap wajah pria yang ia cintai. Menguatkan hati, Renna mendekati Vandi perlahan, berusaha memeluknya.

"APAAN SIH LU??!!" Vandi mendorong hingga Renna terjengkang.

'Save yourself first, Renna.' Renna berkata dalam hati. Bergegas mengambil tas dan handphone. Sepasang tangan menyambar handphone dari tangan Renna.

"What are you doing? That's my phone!!" Renna menahan amarah

"I will give your phone back once you out of my house and bring all your stuffs," Vandi menjawab kasar.

"I need my phone." Renna mencoba tenang  sekali lagi.

"Yeah. You can have your phone once your stuffs are out."

"It's 11 pm. I will get my stuffs first thing in the morning. Now please give me my phone."

"For what? To contact your friends or your exes? NO WAAY!"

Emosi Renna memuncak. Renna mendekati Vandi berusaha mengambil handphonenya. Vandi bersikeras menahan dan mendorong Renna. Tangan Renna berhasil menangkap tangan Vandi. Layaknya sumo yang bergulat, mereka saling tarik dan dorong.

Renna merasakan jari tangannya mulai terasa sakit. Lelah, Renna melepaskan diri dari Vandi. Mengambil tas dan baju, berlalu dengan hati yang penuh pilu.

***

Sudah sejam berlalu, Renna termanggu di pinggir jalan menanti taksi. Renna melirik jam di tangannya, hari sudah berganti ternyata.

Malam itu tidak ada taksi melintas di area itu dan tanpa handphone Renna tidak bisa menghubungi siapapun.

'Perempuan di pinggir jalan nunggu taksi jam 12 malam. Thanks to you, Vandi.' Renna tersenyum kecut.

Renna melihat seorang gojek berhenti di dekatnya dan bergegas mendekatinya.

"Pak, boleh pinjem handphonenya untuk order taksi?"

Si Bapak menatapnya iba.

"Neng, mau kemana? Saya antar saja."

Renna menjelaskan tujuannya cukup jauh dari tempat mereka berada. Bapak gojek mengerti dan meminjamkan handphonenya.

***

'If someone really loves you, he will not say harsh words to you, Renna. He will not throw things at you. He will not hurt you, not mentally nor physically. He would lead you with love and patience, not show you tantrum over small things that supposedly and normally can be discussed together. That is not love, Renna. That's NOT Love.'

Renna memandang pantulan cahaya di balik kaca taksi. Pendaran lampu kota yang menghiasi hening kota Jakarta malam itu. Sunyi pun menyesap di hatinya yang terluka.

Toxic LoveWhere stories live. Discover now