0.1 sometimes

680 102 25
                                    

"Sometimes, we're just lost and needed someone but there's still buts" -26 Pictures

Harry Styles'

Kriiiiing... kriiing

Terdengar bel pulang sekolah telah berbunyi. Bagus, aku sudah mati bosan dengan penjelasan ibu tua ini. Akupun langsung mengambil buku buku yang tergampar diatas meja ku dan menaruhnya ke dalam tasku- tentunya.

"Hei, mate! Kau ingin langsung pulang? Yang lain mengajak kita untuk bermain di rumah Christ! Kau tidak ikut?" Kata laki laki blonde ini dengan antusias.

"Tidak kawan. Hari ini aku mempunyai urusan." Ucapku menolak.

"Oh c'mon, Harry. Kita sangat jarang bermain diluar! Bahkan bisa dibilang kau hanya bermain pada kegiatan klub berjalan."

Memang.

"Bermain lah sedikit, kau kan baru saja pindah ke sekolah ini dari satu semester yang lalu." Ucap Niall dengan mengeluarkan puppy eyes andalannya itu memohon, but nope.

"Tidak, Niall. Aku mempunyai urusan hari ini, sudah sana pergi. Aku harus mengantarkan dokumen ini ke ruang guru terlebih dahulu." Ucapku cepat.

"Yasudah kalau begitu, sampai jumpa!" Ucapnya dan langsung berlari ke arah Christ dan yang lainnya. Christ pun sempat melempar senyumnya dan menggerakkan tangannya kepada ku disusul dengan yang lainnya. Akupun hanya membalas dengan anggukan. Setelah selesai merapihkan tas ku, langsung ku beranjak dari kelas menuju ruang guru.

Angin sore sangat terasa menghujung badanku dengan lambai. Daun daun pun banyak yang berterbangan menyentuh tanah. Beberapa anak masih ada yang bermain bola basket di lapangan. Sekumpulan perempuan yang sedang mengobrol bersama. Laki laki yang sedang menatap handphone-nya dengan lusuh. Sekelompok murid yang sedang menunggu penjemputnya datang. Perempuan yang sedang kesal karena angin menghujang rambutnya dengan kencang. Bahkan ada sekumpulan anak yang sedang tertawa keras dengan salah satu perempuan yang merasa terganggu dengan tawaan mereka di sebelahnya.

Semua orang disini mempunyai hari-harinya sendiri. Tidak, memang semua orang mempunyai kehidupannya sendiri - sendiri .

Sesampai di Ruang Guru, aku langsung menaruh dokumen tugas ku ini di salah satu meja guru dan langsung merangkak pergi tanpa pamit, berhubung Ruang Guru sangat sepi. Hanya ada dua guru didalam yang sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Bahkan sepertinya kedua guru itu tidak sadar bahwa aku memasuki ruangan nya. Atau tidak peduli. Well, begitu pula denganku yang tidak peduli.

Di sekolah ini terlalu banyak orang-orang yang tidak peduli, namun berkata sebaliknya. Orang yang kesal atau bahkan benci kepada seseorang, namun bertingkah layaknya aktor protagonist yang bodoh tidak mengetahui apa apa. Ridiculous.

Kau benar, aku memang suka memperhatikan perilaku orang. Setidaknya begitulah kata Niall. Maksudku, aku juga tidak tahu mengapa aku sering memperhatikan lingkungan sekitar. Itu terjadi begitu saja.

Its just my habit, i guess.

Ya, bisa saja aku sering memperhatikan tingkah laku orang-orang di sekitar ku tapi bukan berarti aku peduli terhadap mereka. Bahkan karena aku sering memperhatikan mereka, itu membuatku mengetahui sifat asli mereka semua yang sering menutupi kebenaran yang membuatku muak dan malas bergaul dengan mereka. Anti sosial? Tidak. Aku hanya tidak suka berurusan dengan orang - orang yang tidak mempunyai urusan denganku. I mean, jika urusan kita selesai. Yasudah, sampai jumpa.

Sampai depan gerbang Sekolah, aku langsung mengambil helm yang kutitipkan di Pos Satpam Sekolah dan berjalan ke arah dimana motorku diparkirkan.

Sampai akhirnya aku berhenti berjalan karena melihat dia.

Dia yang sedang melihat sekumpulan anak yang mengobrol di seberangnya dengan sikut menahan dagu dan kaki kanan yang dilipat ke paha kirinya diam.

Lagi lagi tatapan itu, Batinku. Aku sering memperhatikannya sejak pertama kali aku pindah ke sekolah ini dan sudah sangat sering aku menangkap tatapannya yang melihat ke arah sembarang, kosong.

Pikirannya tidak pernah bisa kutebak dan itu sedikit menggangguku. Dan ya, kami berada di kelas yang sama.

Merasa diperhatikan, ia pun melihat ke arahku, tersenyum dan berlalu pergi.

Aku tidak membalas senyumnya. Lagipula untuk apa? Ia juga langsung berlalu pergi. Apa aku harus tersenyum ke arah pohon dibaliknya? Dan lagi, aku juga tidak begitu peduli. Seperti yang sudah kubilang, aku bisa saja memperhatikan tingkah laku mereka dengan detail, tapi bukan berarti aku peduli.

Walaupun terkadang perasaan aneh yang menjanggal di dalam diriku ini selalu menyuruhku untuk mencari tahu lagi tentang­­nya.

***

A/N

Midnight update, baby! Dan 10 votes + 5 comments for next chapter !
love xo -nanas

26 Pictures⇨ h.sWhere stories live. Discover now