Baikan

9.6K 1.5K 681
                                    

Karena sudah sampai 500 komentar, aku update lagi. Nggak nyangka, bisa cepat rame, bikin nambah semangat.

🌼Selamat membacanya 🌼


***

Airin duduk di tepi kasurnya dengan kepala tertunduk, sekarang di kamar ini, Airin hanya bersama ayahnya.

Bastian berkacak pinggang menatap Airin. "Kamu lihat kan? Tugas abang kamu sudah hancur, dia harus ulang tugasnya dari awal lagi Airin."

"Airin minta maaf ayah, Airin nggak tahu kalau abang lagi ngerjain tugas seninya."

"Nah ini bedanya kamu sama kedua abang kamu. Farrel dan Raffael selalu bisa membaca situasi, dia tahu kapan saatnya bercanda atau tidak. Seharusnya kamu mencotoh kedua abang kamu Airin."

Seperti yang Airin duga, alhasil ayahnya pasti kembali membandingkannya dengan Farrel ataupun Raffael, seolah-olah hanya kedua abangnya yang bisa membanggakan keluarga ini.

"Iya ayah," jawab Airin selalu. Dia tidak akan membantah ucapan ayahnya, walaupun ucapan itu menyakiti hatinya.

"Sudah, sekarang kamu belajar saja. Ayah nggak mau lihat nilai kamu turun Airin, kamu harus masuk SMA yang sama seperti kedua abang kamu." Bastian selalu saja menuntut Airin menjadi seperti yang dia mau, harus mengikuti jejak kedua abangnya. Mulai dari SD, SMP, bahkan SMA harus sama. Farrel dan Raffael memang selalu berasal dari sekolah unggul, Airin sendiri tidak mengelakkan kalau kedua abangnya memang banyak prestasi.

"Iya ayah." Hanya jawaban itu yang bisa Airin katakan.

Bastian membuka kunci pintu kamar Airin, sekeluarnya Bastian, ternyata istrinya Stella sudah menunggu dirinya.

"Mas, apa saja yang kamu katakan? Aku udah bilang, jangan terlalu keras kepada Airin."

Dari dalam Airin bisa mendengar suara bundanya.

"Ini hasil dari kamu manjain dia, akhirnya kebiasaan cerobohnya menyusahkan orang lain," kata Bastian.

"Kamu kenapa nyalahin aku sih mas? Bukannya kamu dari kecil selalu mengurung Airin di dalam rumah? Bahkan sampai membuat anak kita nggak punya teman. Kita juga salah mas, dulu terlalu manjain Airin, kamu sadar nggak sih? Cara didikan Farrel, Raffael, sama Airin itu beda. Kedua putra kita diberikan kepercayaan banyak, tapi Airin bahkan tidak dikasih kepercayaan sama sekali. Airin dari kecil memang sudah terbiasa dengan segala aturan kita mas." Stella sudah tidak bisa membiarkan suaminya selalu menekan Airin seperti ini. Ini merusak mental putrinya.

"Ayah, bunda, jangan berdebat di luar kamar Airin," kata Farrel datang mendekat setelah mendengar perdebatan kedua orang tuanya.

Bastian menatap istrinya, tatapan matanya tidak terlihat rasa bersalah sama sekali. "Airin memang tidak bisa diberikan keputusan sama sekali, karena dia pasti tidak bisa memutuskan dengan benar. Untuk didikan kita, nggak pernah salah."

"Bunda, sudah." Farrel memegang bahu bundanya meminta menghentikan perdebatan ini, di dalam sana Airin pasti mendengarkan.

Stella memilih untuk mengalah. "Sudahlah, kamu pasti capek, aku akan siapin makanan."

Setelah kedua orang tuanya pergi, Raffael langsung menerobos masuk ke kamar Airin. Namun ketika mereka masuk, Airin tidak ada di dalam. Kemudian dari balik pintu kamar mandi terdengar percikan suara air.

KELUARGA WIDYAMADJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang