FL 1

13.2K 744 14
                                    

Malam sudah begitu larut, angin malam juga terasa sangat dingin dan menusuk ke kulit. Tapi sepertinya keadaan malam yang kian larut dan dingin tidak mengusik seorang wanita yang masih setia duduk disalah satu kursi taman untuk menikmati sinar rembulan.

Ovia, wanita itu seperti menikmati suasana malam ini. Tidak peduli angin dingin menerpa kulit putih bak pualam miliknya yang hanya tertutupi kimono tipis.

Entah apa yang sedang wanita itu lamunkan ditengah kesunyian malam itu. Pikirannya seperti sibuk sendiri menelusuri apapun yang ada didalamnya. Begitu sibuk hingga tidak menyadari bahwa seorang pria berjalan mendekatinya.

James, calon mantan suami keduanya mengambil posisi duduk di samping wanita itu dan merangkul Ovia. Dia menyandarkan kepalanya di bahu James.

Pria berkewarganegaraan asing itu mencium kepala Ovia dengan lembut.

"Apa kau begitu patah hati dengan rencana perceraian kita?" Tanya James sambil terkekeh pelan.

Ovia ikut terkekeh juga. Mereka memang akan segera bercerai, tapi sejujurnya Ovia tidak menyesali keputusan ini. Keduanya sudah sepakat untuk berpisah, karena pernikahan terasa tidak sesuai untuk mereka.

James itu baik. Sangat sopan dan begitu menyayangi Ovia. Sayangnya pernikahan tidak membawa keduanya pada kebahagiaan. Bukan, ini bukan persoalan materi karena James punya segalanya dan memiliki apa yang wanita butuhkan. Hanya saja selain materi, menurut Ovia mereka juga membutuhkan perasaan lain yang dinamakan cinta.

Dan mereka tidak mempunyai itu. Atau lebih tepatnya Ovia yang seperti tidak bisa lagi mencintai siapapun. Dia sudah kehilangan hatinya bertahun-tahun yang lalu. Memutuskan mencoba bersama James ternyata tidak bisa mengembalikan apa yang telah pergi bersama masa lalunya.

"Kamu tau bahwa ini keputusan yang terbaik. Ingat Rania, wanita itu sudah mempersiapkan pernikahan kalian."

Rania adalah kekasih James. Wanita itu juga teman Ovia. Aneh bukan, calon mantan suaminya akan menikahi teman dekat calon mantan istrinya segera setelah urusan perceraian mereka selesai.

Bagi kebanyakan orang, hal itu akan sangat tidak etis dan pasti banyak orang akan menduga bahwa James berselingkuh. Tetapi pada kenyataannya adalah, secara teknis keduanya sudah berpisah setahun yang lalu. Hanya saja James ingin segera melegalkan perceraian mereka karena ingin segera menikahi Rania dan tentunya hal itu juga disetujui oleh Ovia yang tidak ingin menghalangi niat baik James.

"Lalu apa yang membuat seorang Ovia Atmojo termenung dimalam yang dingin ini?"

Ovia tergelak sebentar, lalu menegakkan tubuhnya. Wanita itu menghela nafas pelan, lalu menoleh pada James.

"Aku bertemu dengan Hendro."

Terdengar tawa mengejek dari James.

"Apa yang dibutuhkannya? Uang? Mobil? Rumah? Atau liburan mewah bersama istri dan anaknya?" Terdengar jelas nada tidak suka dalam suara James, dan jelas pria itu tengah menghina Hendro.

"Dia butuh pekerjaan." Jawab Ovia singkat.

"Pekerjaan?! Dia butuh pekerjaan? Aneh sekali rasanya mendengar seorang Hendro butuh pekerjaan. Bukannya dia mendapat banyak harta ketika bercerai darimu?! Seharusnya dia dan istrinya bisa tenang bertahun-tahun dengan harta gono-gini itu. Lelaki sialan itu memang luar biasa memperdayamu!" James berdecih.

James sangat mengenal Ovia, pria itu tau semua cerita tentang perjalanan cinta Ovia dengan mantan suami pertamanya, Hendro. Pernikahan yang hanya berlangsung enam bulan, tapi berhasil menghancurkan hati dan hidup Ovia, hingga kini. Hendro mematahkan hati Ovia, sementara James hadir dan berusaha mengobati semua itu tapi sayangnya tidak pernah berhasil. Dua tahun pernikahan mereka tidak membuahkan apapun, James tidak pernah mampu untuk menyembuhkan patah hati Ovia dan menghapus cinta pertama dari hati wanita itu.

"James, tenang. Sabar. Kenapa kau jadi emosian sih?" Ovia malah tersenyum.

"Ovia aneh. Menyebalkan." Rutuk James pada wanita itu. "Seharusnya aku tidak menikahi wanita bodoh sepertimu."

Bukannya tersinggung, Ovia malah tertawa lalu memukul kepala James.

"Pria tidak tahu diri. Menikah denganku membuatmu mendapatkan posisi bagus di perusahaan minyak itu." Sindir Ovia diiringi tawa merdunya.

"Aku lebih tau diri daripada Hendro. Setidaknya aku bekerja, menafkahi mu, tidak menghidupi wanita lain. Bisa dikatakan aku setia, hingga kita memutuskan berpisah setahun yang lalu. Aku tidak menyembunyikan kekasihku, kau kenal Rania. Bahkan kau harus ingat bahwa kau yang menyodorkan Rania padaku. Faktanya Ovia, aku jauh lebih baik dari Hendro. Aku tidak menikahi mu untuk mengeruk hartamu-"

Kali ini Ovia benar-benar tertawa terbahak-bahak ketika mendengar James yang bicara panjang lebar membela diri. Sangat mudah memancing emosi James, cukup bawa saja nama Hendro ditengah percakapan mereka, maka sisi sensitif pria itu akan muncul ke permukaan dengan mudah.

"James, kau selalu bisa meledak jika kita membawa nama Hendro ditengah-tengah percakapan kita." Ucap Ovia sambil menepuk bahu James.

"Aku tidak suka pria itu. Dia lelaki rendah pengeruk harta." James kembali berdecak. "Jadi apa kau memberinya pekerjaan?"

"Apa tidak aneh jika mantan suamiku menjadi bawahan di perusahaan ku?"

"Aneh dan terasa tidak pantas."

Gelak tawa Ovia kembali terdengar.

Ovia adalah wanita yang sangat cantik ketika tertawa. Begitu mempesona.

"Aku sudah meminta mas Heru untuk mempekerjakan Hendro disalah satu restoran milik mas Heru."

"Hendro masuk ke sarang Singa. Baguslah. Ide yang sangat luar biasa, Ovia!"

"Aku sudah memberitahu mas Heru agar tidak macam-macam dengan Hendro. Dia tidak dalam kondisi sedang bermain-main dengan pekerjaannya. Hendro sepertinya benar-benar butuh pekerjaan."

"Kau mudah diperdaya. Sulit sekali bicara dengan wanita buta sepertimu!" Decak James kesal.

"Sudahlah, berhenti membahas mengenai keparat sialan itu. Mari kita bahas mengenai masalah kita. Jangan buang tenaga untuk membahas Hendro."

"Memangnya kita punya masalah?" Tanya Ovia sambil menaikkan sebelah alisnya ketika menatap James.

"Aku tidak ingin menjual rumah ini."

"James-"

"Jangan dipotong dulu, Ovia. Aku membangun rumah ini memang untuk kita. Dan rumah ini kau yang merancangnya, semua sesuai keinginanmu. Jadi aku tidak setuju jika harus dijual dan dibagi. Aku ingin menghadiahkannya untukmu."

Ovia tersenyum.

"Apa sebaiknya kita membatalkan perceraian ini?" Tanya Ovia dengan sorot mata jahil.

James memutar kedua bola matanya.

"Bertarung lah dengan Rania kalau begitu. Tapi aku sarankan jangan, karena dia sangat ahli menjambak rambut orang. Kau lihat, kepalaku hampir botak? Dia sering menarik rambutku seperti orang gila ketika kami bertengkar, apalagi jika aku melarangnya untuk berbelanja barang tidak penting di situs belanja online."

Tawa Ovia kembali meledak ketika James menundukkan kepalanya sedikit dan memperlihatkan rambut di bagian tengah kepalanya yang memang terlihat menipis dan cukup menyedihkan karena ada beberapa pitak yang jelas disana.

Dia yang mengenalkan James dengan Rania. Dan harus Ovia akui bahwa dua orang itu sangat cocok satu sama lain. Rania itu baik, James juga baik. Walaupun keduanya terkadang bertengkar, tapi kedua orang itu saling mencintai. Bahkan Ovia menjuluki keduanya 'budak cinta' untuk satu sama lain. Mereka sangat serasi, dan Ovia tidak pernah cemburu dengan kedekatan James dan Rania. Malah Ovia bersyukur James menemukan wanita yang bisa benar-benar mencintai pria itu dengan tulus, tidak seperti dirinya. Wanita yang tidak pernah berhenti mencintai mantan suami pertamanya. Mantan suami pertama yang nyatanya memang brengsek.

****

FAKE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang