Bab 6 - Petaka Dimulai

69 3 3
                                    

"Bryan, hari Sabtu ini Mama harus bertemu orang dan janji menginap di Villa Tjandra. Hari Senin sudah kembali ke Jakarta lagi," ucap Amifta saat makan malam.

"Bryan tidak harus ikut, 'kan, Ma? Banyak pekerjaan yang belum selesai di kantor," tanya Bryan.

"Kamu tega membiarkan Mama pergi sendirian? Delegasikan saja pekerjaan kantor ke asistenmu. Apa gunanya mempunyai karyawan dengan gaji tinggi? Tidak ada tawaran, kamu tetap harus ikut," tukas Amifta.

Wanita yang sangat merindukan kehadiran seorang cucu tersebut sama sekali tidak ingin rencananya bersama Laras menjadi gagal. Bryan menghela napas menghadapi ibunya yang keras kepala.
_____
Pagi-pagi Amifta telah siap. Ia sangat antusias membayangkan rencananya untuk menyatukan Bryan dengan Sita. Wanita yang keras kepala tersebut sama sekali tidak memikirkan perasaan Lynn sebagai menantu. Keinginannya untuk mendapatkan seorang cucu membuatnya tidak bisa berpikir dengan baik. 

Amifta sengaja tidak menjemput Laras, ia ingin rencananya berjalan dengan natural. Setelah menempuh perjalanan selama tiga jam, akhirnya mereka sampai di Villa Tjandra. Bryan menyewa sebuah villa dengan dua kamar. Namun, Amifta menolak. Wanita setengah baya tersebut kemudian menyewa villa dengan empat kamar. Ia berencana akan memakai waktu yang sedikit itu dengan maksimal. 

Laras dan Sita masih dalam perjalanan. Di sepanjang perjalanan, Laras telah menginformasikan semua tentang Bryan dan meminta anak gadisnya untuk dapat merebut hati lelaki mapan tersebut.

"Mama meminta aku untuk menghancurkan rumah tangga orang lain? Aku tidak mau, Ma," tukas Sita sambil membelalakan matanya.

"Rumah tangga mereka sudah hancur karena tidak mempunyai keturunan, Sita. Jadi kamu tidak merusak pernikahan mereka. Lagi pula, istri Bryan sangat suka membangkang. Hal itu yang menyebabkan Tante Amifta tidak menyukainya. Kamu harus berusaha menaklukkan hati Bryan. Jika menikah dengannya, hidupmu akan terjamin. Selain tampan, Bryan juga sangat kaya," jelas Laras yang telah membayangkan hidup penuh kemewahan.

Sita terdiam. Ia memang telah jatuh cinta pada pandangan pertama ketika bertemu Bryan. Wanita mana yang tidak akan jatuh cinta pada lelaki sempurna seperti Bryan? Ia tampan, memiliki body goals, kaya, cerdas, dan gagah. Kedua ibu mereka juga sahabat karib, jadi Sita sudah pernah bertemu Bryan beberapa kali. Dulu, gadis berkulit kuning langsat itu memang hendak dijodohkan pada Bryan. Namun, terlambat karena Bryan telah memiliki Lynn dan serius dengan hubungannya.

"Pikirkan baik-baik, Sita. Tante Amifta juga sangat menyukaimu. Pergunakan dua hari ini dengan maksimal untuk meraih perhatian Bryan. Lelaki itu sedang ditinggal istrinya bekerja. Ini kesempatan luar biasa untukmu. Ia tentu sedang kesepian," ucap Laras yang hendak memakai semua cara asalkan Bryan menjadi menantunya.

Mata Sita membelalak, ia sangat syok mendengar permintaan wanita yang telah melahirkannya tersebut.

"Ma-Mama memintaku untuk menggoda Bryan hingga ia mau tidur denganku? Aku memang menyukai lelaki itu. Namun, masih mempunyai harga diri, Ma. Apa yang akan Bryan katakan jika aku terlalu agresif. Bukankah ia akan menganggapku sebagai wanita murahan?" tukas Sita yang tidak habis pikir dengan perkataan Laras.

"Anak bodoh, hal seperti itu sudah biasa. Lagi pula, nanti kamu juga akan menikah dengan Bryan. Tante Amifta sudah mengatakan, paling lama pernikahan mereka hanya bertahan setahun lagi," ucap Laras kesal karena Sita tidak mau mengikuti perintahnya.

"Terserah Mama saja," balas Sita pasrah.

"Perbaiki dandananmu, sebentar lagi sudah sampai," pinta Laras. 

Mobil keluaran terbaru berwarna burgundy itu memasuki halaman villa. Laras segera menghubungi Amifta untuk menanyakan nomor villa.

"Bryan, jemput Tante Laras ke sini. Mereka sudah sampai dan saat ini ada di lobi. Mama sudah mengirimkan foto Tante Laras ke ponselmu," ucap Amifta.

Trauma Dini HariWhere stories live. Discover now