Prolog- Jagat Buana, Tahun 2102

24 3 3
                                    


Bulan ke 12, hari ke 12, jam 12 malam.

Senyap-senyap iringan lagu bernuansa jazz tahun '70 an terdengar saat darah segar mengalir dari bibir tipis Bumi. Ia tersenyum simpul sambil berusaha menutup rasa sakit dibagian lehernya. Bumi benar-benar dikerubungi luka lebam disekujur tubuhnya. Matanya masih tidak berpindah-ia masih menatap wanita didepannya yang sedang mencekik lehernya dengan ekspresi kosong.

"Kau sangat membenciku rupanya." "Lebih dari yang kau bayangkan, sayangku."

Wanita yang diketahui bernama Juni kini membalas senyuman dingin yang dilontarkan Bumi beberapa menit lalu. Ruangan yang hanya ada mereka berdua kini sangat berantakan. Meja yang retak, karpet yang kusut, lampu gantung yang mulai temaram, dan tubuh Bumi yang terbujur diatas tempat tidur.

"Aku kira aku yang paling gila di negara ini, Juni. Ternyata-"

"Bedebah, aku hanya menetralkan semua katastrofe yang kau buat dalam satu tahun ini."

Dalam satu hitungan setelah cekikan itu Juni telah melayangkan suntikan berisi fluida hasil eksperimen Bumi tepat disisi kiri vena juguler milik pria itu.

Hanya ada tawa khas Bumi setelahnya. Tawa lepas diruangan kedap suara hingga berangsur-angsur menghilang ditelan suara radio yang masih terputar disudut. Begitulah malam di musim dingin itu berlalu. Darah merah nan segar yang mengalir diantara salju putih pertama yang turun di kota itu.

"Selamat tinggal, Tuan."


22nd CenturyWhere stories live. Discover now