One Day, One Night (Part 8)

5.2K 608 113
                                    

Chanyeol ikut serta dalam acara makan malam keluarga Sehun. Ia sempat menolak, tapi Sehun memaksanya dan beralasan jika Jongin dan Istrinya pun ikut serta. Chanyeol pun mau tidak mau harus menuruti Sehun dan duduk bersama bersebelahan dengan Baekhyun.

Acara berjalan biasa saja, di sela makan malam hanya ada obrolan keluarga dan sesekali membicarakan bisnis dan pekerjaan.

Joohyun pun menelisik penampilan Chanyeol dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Bukan karena terpesona atau mengagumi ketampanan sosok Chanyeol. Itu bukan saatnya memuji sosok Chanyeol, karena ia sudah beberapa kali bertemu, bahkan Junmyeon Ayah Baekhyun pernah menjalin kerja sama dengan Chanyeol. Setelah berhenti mengajar di Universitas, Junmyeon kembali menjalankan perusahaan yang sempat ia percayakan pada sang istri, walaupun saat ini Joohyun masih ikut serta, tapi porsinya tidak seperti dulu.

Tapi Joohyun melihat sesuatu yang orang lain tidak perhatikan sejak tadi.

Sehun terus saja tersenyum, dia merasa menang karena sudah berhasil mempertemukan Chanyeol dengan Pheobe Noona-nya. Ia pun senang saat keponakannya terlihat dekat dengan sahabatnya itu walaupun ini adalah pertemuan pertama mereka.

"Appa, aah" semua terkejut saat makhluk paling kecil di tempat itu menyodorkan sepotong daging dengan garpu kecil miliknya ke mulut Chanyeol.

Chanyeol tidak menyadarinya jika semua mata menatapnya. Ia hanya menyambut apa yang Gadis kecilnya berikan. Sebagian keluarga memang tidak tahu apa-apa tentang Baekhyun yang memiliki seorang anak perempuan. Dan bagi mereka yang tidak tahu, mungkin itu hal wajar dan menganggap jika Chanyeol memang Ayah dari gadis kecil itu.

Tapi Nama Chanyeol cukup dikenal, walaupun tidak seperti seorang konglomerat di Korea yang namanya melambung layaknya artis dan idola, tapi nama Chanyeol tidak asing di kalangan pengusaha di bidang yang sama dengan pria itu. Dan mereka tidak sekalipun mendengar jika pria itu sudah memiliki keluarga atau pernah menikah. Pada dasarnya, di negara mereka tidak lazim jika mengumbar kehidupan pribadi dan anggota keluarga mereka, dan keluarga yang laib pun tidak ambil pusing dengan panggilan 'Appa' oleh gadis kecil itu.

Tapi itu tidak berlaku pada kedua orang tua Baekhyun dan Sehun, apalagi mereka mulai menyadari kemiripan antara Gadis kecil itu dengan Chanyeol.

Baekhyun menyadari jika kedua orang tuanya menatap dengan tatapan menelisik, tapi wanita itu mengabaikan semua itu dan melanjutkan acara makannya walaupun otaknya terus berpikir tentang berbagai macam hal.

"Agiya, kau suka dengan Paman Chanyeol?" Joohyun mengalihkan perhatian.

"Tidak, bukan Paman, Appa" Gadis kecil itu menjawab dengan polosnya.

Baekhyun tersedak makanannya sendiri. Wanita itu tidak bisa menahan keterkejutannya. Ia tidak menyangka jika Gadis kecilnya akan banyak bicara. Dan saat ini, Baekhyun hanya berdoa minta diselamatkan dari suasana yang menegangkan baginya, walaupun tidak untuk orang lain.

Joohyun hanya mengangguk, ia adalah seorang ibu, dan dia sangat bisa membaca gelagat Baekhyun yang terlihat gelisah sejak Gadis kecilnya menyuapkan sepotong daging untuk Chanyeol.

Acara malam itu berlangsung hampir tengah malam. Dan tentu saja Baekhyun sudah kembali lebih dulu karena Gadis kecilnya sudah kelelahan dan terlelap. Dan itu juga menjadi alasan untuknya agar segera meninggalkan tempat itu sebelum semuanya semakin mengulik kehidupannya dan pertanyaan-pertanyaan yang tidak ia inginkan berdatangan.

"Kau menyukainya? Keponakanku?" Sehun seraya mengantarkan Chanyeol yang berniat kembali ke rumah keluarganya.

"Tentu saja, dia anak yang menggemaskan" Chanyeol menjawabnya dengan santai.

"Kalau begitu, jadikan dia anakmu Hyung, bukankah dia juga menyukaimu, bahkan memanggilmu Appa"

Chanyeol hanya terkekeh mendengarnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa pada sahabatnya itu. Setelahnya, Chanyeol bergegas masuk ke mobilnya dan berpamitan pada Sehun.

Chanyeol pulang ke rumah orang tuanya dan mendapatkan tatapan aneh dari adik perempuannya. Pasalnya, kakak laki-lakinya itu sangat jarang pulang ke rumah keluarganya, Chanyeol lebih suka tinggal di Penthouse anehnya di lantai 6 gedung Hotel yang ia kelola. Adik perempuannya mengatakan jika tempat tinggal kakak laki-lakinya memang aneh, ukuran kamar itu lebih kecil dibandingkan Penthouse pada umumnya, dan sedikit lebih besar dari sebuah kamar Suite, juga letaknya yang berada di lantai 6, yang berarti itu terletak di tengah gedung.

Chanyeol mengabaikan tatapan aneh adik perempuannya. Pria itu langsung masuk ke kamarnya tanpa membuat keributan. Ia tahu jika kedua orang tuanya mungkin sudah terlelap dan tidak ingin membangunkan mereka.

Chanyeol tidak menghabiskan waktu lama untuk mandi dan membaringkan tubuhnya untuk beristirahat.

Pagi harinya, Chanyeol bangun lebih awal, pria itu sengaja melakukannya agar bisa bertemu dengan kedua orang tuanya. Chanyeol sudah berada di ruang makan lebih awal dari siapa pun.

"Kau pasti pulang larut" sang Ibu tahu kebiasaan putranya.

"Tidak biasanya kau pulang saat hari kerja" kali ini sang Ayah.

Chanyeol masih diam saat kedua orang tuanya memberinya pertanyaan-pertanyaan itu. Ia masih memikirkan kalimat apa yang harus disampaikan pada kedua orang tuanya.

"Oppa, kau kenapa?" Kali ini adik perempuannya.

"Eommoni, Abeoji" kedua orang tuanya menoleh dan menunggu putranya melanjutkan "...aku, sudah memiliki seorang anak, usianya 27bulan"

"Apa!?" Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut mendengarnya.

Terlebih sang Ayah, pria paruh baya itu terlihat memegangi lehernya yang mendadak sakit saat mendengar pernyataan Chanyeol. Keduanya memang sering meminta putranya untuk segera menikah dan memberi mereka cucu. Tapi keduanya menyerah saat Chanyeol selalu mengabaikan keduanya jika mereka mengucapkan kata-kata itu. Tapi hari ini, Chanyeol mengatakan hal yang membuat keduanya seperti tersambar petir di pagi hari.

"Jangan membuat Eommoni dan Abeoji terkena serangan jantung dengan leluconmu Oppa" sang adik terlihat kesal.

"Chaeyeong-ah" sang ibu mencoba melerai.

"Apa yang kau katakan bukan sebuah lelucon? Bukankah kau tidak memiliki kekasih semenjak berpisah dengan wanita aneh itu?" Wanita yang melahirkan Chanyeol itu mencoba tenang. Sedangkan sang Ayah terlihat memijat kepalanya yang terasa pusing.

"Aku--"

"Bawa mereka ke mari jika kau tidak mengada-ada dengan perkataanmu" Sang Ayah memotong kalimat yang akan Chanyeol katakan.

Pria itu beranjak begitu saja meninggalkan ruang makan dan terlihat kembali ke kamarnya.

.

.

.

Sehun mengepalkan tangannya, ia bersiap mendaratkan kembali kepalan tangannya ke wajah Chanyeol yang sudah terlihat lebam dan melelehkan darah dari sudut bibirnya. Sehun menghajarnya tepat di wajah sebanyak tiga kali hingga Chanyeol tersungkur.

Bukan tidak bisa melawan dan membalas apa yang Sehun lakukan padanya, ia hanya merasa apa yang Sehun lakukan tidak sepenuhnya salah. Ia sudah membohongi Sehun bertahun-tahun, walaupun ia memang tidak tahu jika Baekhyun hamil dan melahirkan anaknya.

"Jika aku tidak mengingat kebaikanmu, aku sangat ingin membunuhmu" Sehun kembali menarik kerah pakaian Chanyeol dan mencengkeramnya kuat-kuat "...kau menidurinya, dan membiarkan dia melahirkan anakmu sendirian, kau--"

"Aku tidak mengetahuinya, aku sudah mengatakan aku tidak tahu!" Chanyeol yang sudah pada batasnya "...percayalah padaku, aku akan bertanggung jawab, aku akan menikahinya. Jika perlu, hari ini juga aku akan menikahinya! Aku mencintainya! Aish!" Chanyeol melakukan hal yang sama dan menarik kerah pakaian Sehun.

Ia pun kesal, ia berkali-kali menjelaskan apa yang terjadi, tapi Sehun terus marah dan memukulnya beberapa kali.

"Ya! Apa yang terjadi? Apa yang kalian lakukan?!"

Baekhyun masuk dan melerai keduanya hingga keduanya melepaskan cengkeraman tangannya. Nafas keduanya memburu menahan amarah yang masih meledak-ledak.

"Kau baik-baik saja? Wajahmu"

Baekhyun melihat wajah Chanyeol yang lebam di bagian tulang pipinya, juga salah satu sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Sedangkan Sehun tampak baik-baik saja, hanya saja rambut dan pakaiannya yang sedikit berantakan.

"Apa yang kau lakukan? Dasar bodoh!"

Baekhyun meninggikan suaranya pada Sehun. Itu tidak pernah terjadi selama hidupnya, ia sangat jarang sekali marah atau meninggikan suaranya. Tapi kali ini Baekhyun benar-benar marah.

"Aku hanya memberi pelajaran pada pria pecundang" Sehun masih dengan amarahnya yang tertahan.

"Jaga ucapanmu Oh Sehun!" Chanyeol tidak terima dengan perkataan Sehun yang menyebutnya sebagai pecundang.

"Sehun-ah, keluarga kita tidak pernah mengajarkan kekerasan atau mengatakan hal seperti itu" Baekhyun memegang lengan Sehun.

"Noona, aku bukan anak kecil. Dan aku, aku bukan penyabar sepertimu" Sehun justru terlihat seperti anak kecil yang sedang mengadu "...aku hanya ingin melampiaskan kekesalan pada siapa saja yang menyakitimu"

"Cih! Bocah" Chanyeol terdengar meledek.

"Apa yang kau katakan!?" Sehun bersiap untuk kembali memukul wajah Chanyeol.

"Sudahlah!"

Baekhyun berhasil melerai semuanya, ia masih tidak tahu apa yang menyebabkan keduanya berkelahi seperti itu. Baekhyun terlihat merawat luka di wajah Chanyeol dan memberikan kompres dingin pada wajah pria itu. Sedangkan Sehun hanya menatap keduanya dan sesekali terdengar decihan dari mulutnya.

Sehun masih merasa kesal dan marah pada Chanyeol. Tapi ia tidak tega melihat wajah sahabatnya itu terluka dan lebam, dan terlebih dialah pelakunya.

"Buktikan padaku jika kau akan menikahi Noona" Sehun bangkit dari duduknya "...seorang pria harus bisa dipegang perkataannya. Jika itu tidak terjadi, maka aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri"

Setelahnya, Sehun pergi begitu saja tanpa meminta maaf pada Chanyeol.

"Oh Sehun!"

Baekhyun berteriak, wanita itu hendak mengejarnya, tapi Chanyeol mencegahnya.

"Biarkan dia" Chanyeol memegang tangan Baekhyun agar wanita itu tidak mengejarnya.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Baekhyun membutuhkan penjelasan tentang apa yang terjadi sebenarnya.

"Sehun tiba-tiba datang sebelum aku pergi, dan dia menanyakan tentang siapa Ayah dari Bayi kita" Chanyeol terlihat kesakitan

"Kau mengatakannya?"

"Aku mengatakan semua yang terjadi, dia marah dan memukul wajahku" Chanyeol menceritakannya dengan santai.

"Kenapa kau diam saja? Kau tidak salah" Baekhyun terlihat kesal karena Chanyeol tidak melawan.

"Menurutmu aku tidak salah, aku pun berpikir hal yang sama, tapi tidak menurut pandangan orang lain, tidak terkecuali Sehun. Dia amat menyayangimu, dan akan sangat wajar jika dia bersikap seperti tadi"

"Tapi wajahmu" Baekhyun menyentuh pipi lebam pria itu.

"Tak apa" Chanyeol menenangkan wanita itu.

"Besok mungkin wajahmu akan membengkak"

"Aku akan pergi ke kantor sebentar, kau mau menungguku?" Chanyeol bangkit dari duduknya.

"Aku akan menunggu" Baekhyun bangkit "...sebentar, aku akan merapikan dasimu"

Baekhyun merapikan simpul dasi yang sudah berantakan akibat perkelahian Chanyeol dan Sehun. Tapi lebih tepatnya Sehun-lah yang menghajar pria itu. Chanyeol melihat wajah Baekhyun yang berjarak sangat dekat dengan wajahnya. Ia menelisik setiap incinya.

Tidak ada yang berubah dari wanita itu. Hanya saja, potongan rambutnya memang lebih pendek dibandingkan 3tahun lalu. Chanyeol menelan ludahnya sesekali saat ia melihat bibir tipis Baekhyun yang dulu pernah ia sesap.

Baekhyun tersenyum dan membuat jantung pria itu berdetak lebih cepat. Baekhyun selesai dengan dasi Chanyeol. Tapi pria itu menarik tangan Baekhyun dan menempelkannya ke leher bagian depan agar wanita itu menyentuh jakunnya. Baekhyun terkejut dengan itu, tapi ia mendekatkan wajahnya dan mengecup benda yang menonjol di leher Chanyeol itu. Baekhyun menyesapnya hingga membuat pria itu memejamkan matanya.

Ia ingin sekali mengecup bibir wanita itu dan menyesapnya, tapi bibirnya yang terluka membuat Chanyeol tidak bisa melakukan hal itu.

Baekhyun terus saja bermain di leher Chanyeol dan tangannya mulai merusak apa yang ia simpulkan, bahkan ia meloloskannya dan membuang dasi itu ke sembarang arah. Ia mulai membuka pakaian yang Chanyeol pakai hingga pria itu bertelanjang dada.

"Jika tidak terlalu penting, kau tidak usah pergi"  Baekhyun melingkarkan sebelah kakinya ke pinggang pria itu dan melompat untuk melingkarkan kakinya yang lain.

Chanyeol menyambutnya, pria itu menggendong Baekhyun sembari menyibak gaun wanita itu sebatas pinggang, ia mengusap-usap paha Baekhyun selagi wanita itu mencumbui lehernya. Chanyeol berjalan memasuki kamar selagi Baekhyun berada di gendongannya dan menidurkannya di atas tempat tidur.

.

.

.

Chanyeol mengabaikan deringan ponsel yang ada di luar kamar. Entah ponsel siapa yang berbunyi, keduanya hanya menikmati apa yang sudah mereka mulai lebih dari tiga puluh menit yang lalu. Baekhyun hanya memeluk pundak Chanyeol saat pria itu menggerakkan pinggulnya semakin cepat.

Dan Baekhyun terkejut saat pria itu mengangkat tubuhnya hingga duduk di pangkuan pria itu. Chanyeol menahan pinggul Baekhyun agar tidak bergerak sedangkan ia masih menghujamkan miliknya dengan tempo yang semakin cepat.

Baekhyun melenguh panjang saat miliknya kembali berkedut dengan cepat, dan Chanyeol menyusul dengan geramannya yang menggema di seluruh ruangan.

Chanyeol menyandarkan keningnya di bahu Baekhyun. Ia merasa lebam di pipinya semakin berdenyut nyeri. Bagaimana tidak, posisi dominannya membuat wajahnya tertunduk.

"Kenapa?" Baekhyun mengusap punggung pria itu yang tidak terbalut pakaian.

"Wajahku berdenyut nyeri" Chanyeol mengusakkan hidungnya di bahu wanita itu.

Posisi keduanya masih bertahan dengan Baekhyun yang ada di pangkuan Chanyeol. Keduanya enggan beranjak, tapi Baekhyun harus melepas bagian bawah mereka yang tertaut, Chanyeol mencegahnya, tapi wanita itu harus melakukannya. Ia tahu jika Chanyeol dalam keadaan yang kurang baik, ia yakin selain nyeri yang terus berdenyut, kepala pria itu pasti merasa pusing.

"Bangunlah" Baekhyun mengajak pria itu agar bangkit dan turun dari tempat tidur.

Chanyeol hanya menurut dan mengikuti saat Baekhyun menariknya ke kamar mandi. Chanyeol terus saja memeluk wanita itu bahkan saat keduanya berada di bawah guyuran air yang memancar dan membasahi tubuh mereka.

"Kita bisa melakukannya nanti, aku akan mengantarmu ke Rumah sakit" Baekhyun sembari membersihkan tubuhnya juga tubuh pria yang tidak mau melepaskan pelukannya itu.

"Kau sama saja seperti gadis kecilku, jika sedang sakit, dia tidak mau melepaskanku"

"Aku sudah memikirkan sebuah nama yang akan aku berikan pada Gadis Kecil kita" Chanyeol melepaskan pelukannya.

"Hm? Secepat itu?" Baekhyun seperti tidak percaya.

"Adora" Chanyeol sembari mengecup singkat bibir Baekhyun.

"Adora? Kenapa Adora?" Baekhyun tahu jika arti nama yang Chanyeol berikan sangat baik. Tapi ia hanya ingin tahu alasan Chanyeol memberikan nama itu pada Gadis kecil mereka.

"Bukankah dia lahir di Inggris, akan lebih pantas aku menamainya dengan nama asing. Selain itu, Adora berarti yang tercinta atau dicintai. Karena aku berharap dia akan menjadi orang yang selalu dicintai di mana pun dia berada" Chanyeol menjelaskan alasannya.

Baekhyun memeluk Chanyeol dan tertawa setelahnya. Keduanya keluar dan kembali mengenakan pakaian masing-masing.

Baekhyun keluar kamar setelah mengeringkan kembali rambutnya dan mendapati Chanyeol sedang menelepon seseorang.

"Apa ada masalah?"

"Tidak, Sehun memakiku karena tidak datang ke kantor"

Chanyeol terlihat mengenakan kemeja putih yang ia gulung sebatas siku, juga celana formal biasa.

"Kita ke rumah orang tuaku lebih dulu"

Baekhyun terkejut saat Chanyeol mengatakannya. Pria itu tidak mengatakan apa-apa sebelumnya, ia merasa sedikit khawatir jika ia tidak diterima oleh keluarga pria itu. Chanyeol melihat Baekhyun yang sedikit gelisah.

"Kita jemput Adora, mereka juga ingin bertemu dengan Gadis Kecil kita" Chanyeol menggenggam tangan Baekhyun untuk menenangkan wanita itu.

"Tunggu" Baekhyun menghentikan Chanyeol yang melangkah keluar.

"Apa kau benar-benar mencintaiku?"

.

.

.

Tbc.

Hayolooo...bakal panjang nih urusan...

Ngaduk ga? Ngaduk ga? Ngaduk lah asa engga 🤣🤣🤣
Ngaduk tipis-tipis aja ya, soalnya nanti aku pusing 🤣

Bye, mau bobo dulu ya.

Eh btw, buat Readers baru, selamat datang di dunia Soo Yong. Semoga bisa memahami tulisanku yang suka maju mundur, muter-muter bikin pusing. Plot nya ya maksudnya, jangan mikir aneh-aneh.

One Day, One Night (Chanbaek GS) - Short StoryWhere stories live. Discover now