XXIII. PANSOS!

10 13 0
                                    

Sebab, seindah apapun rasa sayang, bila hadirnya tidak ada, sama dengan percuma.

-sajak detik


"Woy anjir!! tadi gue denger di toilet sebelah ada bunyi orang lagi kencing tapi pas gue lihat kaga ada orang bangsud! Merinding gue" ujar Raza ketakutan dengan wajah setengah pucat nya.

"Cerita jaman purba apalagi ini bah" kata Robin sembari memandang Raza dengan tatapan tak bersahabat. Sedangkan Habra dan Azhka? Ia hanya melihat Raza dengan tatapan malas.

"Kalian tadi ngerasa aneh nggak sih, sama Sasha?" Papar Raza yang tak mendapatkan sahutan dari kedua temannya itu.

"Anj- Astaghfirullah, sabar Raza mending kita maen TT aja" teriak Raza

"Tete Ndasmu!" umpat Robin-teman baru mereka, sebenarnya sih bukan teman baru, tetapi teman lama yang baru bertemu.

"Eyyo punya temen ganteng-ganteng check!" Seperti itulah sound yang sedang dimainkan Raza, Ia tipe teman yang selalu pansos kepada temannya sendiri dengan cara merekam Habra dan Azhka sebagai bahan kontennya. Pada dasarnya Raza memang tipe manusia pansos sih.

"Menurut Lo kriteria temen itu yang gimana?" tanya Robin

"Simple, pas diajak kemana aja ayok, selalu ada waktu buat ketemu, dan bisa jadi pendengar yang baik. Itu aja udah cukup" jelas Raza dengan bijak, sedangkan Robin? Ia ternganga mendengar jawaban teman barunya itu. Pasalnya, Raza tipe manusia yang sangat petakilan dengan mulut khasnya yang biasa terlontar candaan dan baru kali ini Robin melihat teman bangsudnya itu berpikir bijak disertai raut wajah yang sedikit serius. Karena Raza sangat sensitif apabila berhubungan dengan 'teman'. Dan jangan lupakan! Raza sangat membenci penghianatan dalam bentuk apapun itu.

Raza sangat tegas apabila berhubungan dengan pertemanan, Ia tidak akan mengampuni seseorang yang mencoba menyakiti temannya.

"Eh Za? Gimana nasib Gravatar?" tanya Raza serius

"Udah gue serahin sama sepupu gue"
Raza yang mendengarnya pun hanya manggut-manggut tanda mengerti.

"Kapan kita lepas jabatan? Nggak mungkin kan, Lo jadi ketua terus?" tanya Raza kembali

"Libur semester"

×××

"Aaaaa"

Teriak Sakura sembari menelungkupkan wajahnya didalam selimut tebal yang berwarna putih tulang itu, tubuhnya bagaikan dibawa terbang, yang siapapun tak akan ada yang bisa untuk menjatuhkannya.

Kakinya Ia hentak-hentakan ke ranjang medium size itu, mengingat betapa romantisnya Azhka waktu itu. Hatinya selalu berdesir kala ia mengingat perubahan dalam diri Azhka.

Jika Sakura bisa menggambarkan rasa cintanya kepada Azhka, pasti luas alam semesta dan dalamnya samudra tak akan dapat menandinginya, jari jemari Sakura tergenggam erat memancarkan kebahagiaan. Mata berbinarnya, senyum lebar manisnya, ah semua menjadi satu ketika hanya Azhka yang ada dalam hatinya.

Semua kejahatan Azhka hilang dimemori otak Sakura, tergantikan perlakuan manis Azhka kepadanya.

×××

"Jinjayooo"

"Uriga"

"Hidup Lo gabut amat sih ta!" cibir Lia

SakurazhkaWhere stories live. Discover now